Mencermati kegigihan para perantau yang datang dari kampungku (madura )Giligenting khususnya boleh jadi akan berdecak kagum, betapa tidak , mereka datang ke negeri rantau tanpa membawa modal dan hanya atas dasar taawwun (saling membantu) sesama warga giligenting diiringi saling percaya mereka mengumpulkan rupiah demi rupiah dari bisa membayar kontrak, lalu membayar hutang, dilanjutkan dengan membeli tempat usaha atau rumah,. Subhanallah !...
Masih segar dalam ingatanku, boleh dikatakan ayahku termasuk pada deretan orang-orang pertama yang datang ke Jakarta, waktu itu aku masih kelas 1 (satu) SD di kampung berarti sekitar tahun 1978 pada saat itu juga masih jaya-jayanya kapal kayu, baik mesin maupun layar tapi karena sesuatu hal orang tuaku terdampar ke Jakarta setelah terlebih dahulu mampir ke Cirebon (sepupu bapak).
Pada tahun 1980an masih sangat sedikit warga kampungku yang berani datang ke Jakarta bahkan bisa dihitung dengan jari, di samping karena tidak adanya sanak saudara, mata pencaharian yang lain seperti berlayar masih sangat menjanjikan, adapun bapakku sendiri di Jakarta waktu itu sudah ada Uwak yang datang lebih awal beserta keponakannya, dan usaha awal (bahkan hingga kini) adalah membuka warung yang menjual kebutuhan sehari-hari atau kelongtong.
Pada awal pertama terjadinya peralihan usaha warga kampungku dari mayoritas berlayar Kepada mata pencaharian yang lain, ialah karena kebijakan pemerintah dalam hal pengolahan hutan dan pelayaran rakyat. Dari tahun 1980an s/d 1990an yang menjadi ciri khas perniagaan warga madura adalah membuka warung kelontong, ciri khas itu bukan hanya nampak dari jenis usahanya (warung kelontong) tapi juga dari penataan serta sarana pendukungnya, baik berupa lemari maupun rak, tak ketinggalan pada tahun berikutnya mereka mencoba membuka cabang usaha baru namun di tempat yang sama yaitu usaha “Es, baik sirop maupun jus bahkan Es batu.
Tahun pun beranjak semakin ke sana para perantau kampungku sudah berani membuka cabang usaha lain guna melebarkan sayap usahanya, kini ciri khas pun sulit di jumpai karena selain warung mereka juga membuka usaha lain dalam bidang jasa , di antaranya Travel, angkutan umum,teknisi, pengiriman barang (jakarta /madura), perpanjangan STNK/BPKB/SIM, percetakan, rental baik komputer maupun mobil dan usaha telekomunikasi baik wartel, counter maupun warnet,. Untuk kebutuhan pokok dalam sekala besar, mereka membuka Agen kelontong, agen beras , agen minyak (sekarang agen Gas), agen minuman, agen Es , adapun dalam bidang profesi meski tak banyak ada juga yang menjadi polisi, tentara, satpam, dan ada juga bidang usaha lain seperti bengkel, bakso, pecel lele, air isi ulang, ojek, tukang dll, yang mana bidang usaha tersebut hanya menjadi ciri khas dari suku tertentu, atau kalangan tertentu yang bermodal besar seperti Cina.
Dari bidang usaha yang digeluti seperti pada catatan di atas, tentunya memang tidak semuanya berhasil, baik karena tidak sesuai dengan kemampuan atau skilnya, kekurangan modal ada juga yang karena terpaksa, atau boleh juga karena tidak menguasai manajemen usahanya .
Apa yang di geluti para perantau dari madura tersebut tak lepas dari kemauan dan adanya tantangan yang melahirkan kegigihan untuk memajukannya, jatuh bangun dalam usaha sudah biasa bagi kami, walau ada yang mengatakan”faktor nasib lebih dominan, namun sebuah pepatah mengatakan “dimana ada kemauan di situ ada jalan,.pepatah arab mengatakan “man jadda wa jadda (siapa yang bersungguh sungguh ia akan berhasil) .
Jadi bila kita malas atau bermalas-malasan, kapan kita menyongsong rizeki, karena rizeki yang bentuknya kongkret “ HARUS DICARI !!!!.....
Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan CARILAH karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung. (QS 62;10)
Silahkan baca artikel lainnya yang terkait dengan pos di atas
0 komentar
Posting Komentar
Sampaikan keritik dan saran anda