MagzNetwork

PERTOLONGAN ALLAH

Diposting oleh Mastindi | 08.20 | | 0 komentar »


Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu. (QS 47;7)


Suatu ketika saat Idul Fitri hari kedua , datang bersilaturrachim salah seorang santri yang pernah aktif turut mengajar, namun entah mungkin karena kesibukan bekerja dia meninggalkan panggilan mulia, yaitu berdakwah di jalan Allah, setelah melepas sedikit kangen dan berbasa basi, dia mencurahkan kekecewaan hatinya terhadap masalah yang sedang dihadapinya, melihat masalah yang disampaikannya sebenarnya hanya masalah klasik, bahkan boleh dibilang tidak tergolong berat, namun aneh ,. Mengapa sulit sekali mengatasinya dan terasa berat, padahal dulu (sewaktu masih aktif berdakwah) banyak masalah pelik bahkan jauh lebih sulit dari sekarang mudah sekali mengatasinya, ada saja jalan keluar yang mudah menjadi solusinya, begitu tuturnya “.
Teringat pada Ayat Allah di atas “subhanallah,.. ternyata Allah kembali menunjukkan kebenaran pernyataannya, apa yang dialami santri tadi sebenarnya merupakan bukti nyata ,bahwa Allah tidak akan pernah membiarkan seorang hambanya yang sudah berjibaku secara estafet mengenalkan huruf demi huruf agar orang lain mengenal Dinullah menderita, betapa dekatnya pertolongan Allah pada saat kita berada dan berjuang di jalanNya, atau berusaha mencapai derajat taqwa dengan jalan mengajarkan suatu ilmu yang Allah ridhoi.


Dalam shalat yang menjadi kewajiban, kita sering membaca IYA KANA’BUDU WAIYAKA NASTA’EN “yang artinya “ hanya kepada Engkau kami menyembah dan hanya kepada Engkau kami mohon pertolongan, dalam ayat ini sebetulnya sudah menjadi dalil atau tehnik yang sangat jelas bagi kita “bahwa permintaan kita kepada Allah harus juga diimbangi dengan kedekatan kepada Nya dalam bentuk menyembah, sembah dulu Allah baru kita mohon pertolongan Nya, dan tentunya semakin besar bentuk penyembahan kita kepada Allah, maka semakin besar pula pertolongan Allah kepada kita.


Sebetulnya dalam kehidupan kita sehari-hari banyak hal yang secara tidak sadar tanpa perlu kita minta namun Allah sudah memberikannya, itulah yang sering kita kenal dengan nikmat sehat dan afiat, lalu kenapa kita masih bertanya “kapan Allah mau menolong kita ? apalagi kita merasa berat tangan dan langkah untuk meluangkan waktu berdakwah dijalan Allah, ingatlah bahwa pertolongan Allah dalam ayat di atas akan berbarengan dengan akan diteguhkannya hati kita berada pada jalan Nya, jadi masihkah kita berat berjuang di jalan Allah ?

IBADAH ADALH KEBUTUHAN

Diposting oleh Mastindi | 17.44 | | 2 komentar »


Ibadah dalam ta’rif atau terminologi syara’ ialah segala perbuatan baik yang diniatkan semata-mata karena Allah itulah ibadah. Dan ibadah adalah bentuk penghambaan kepada sang pencipta yaitu Allah, yang telah menyebabkannya ada di dunia ini, adapun ibadah itu sendiri dilihat dari segi pelaksaannya ada yang bersifat kongkrit dan ada yang abstrak, ada yang formal dan ada yang non formal.


Ibadah ditinjau dalam hal ketentuan tehnis pelaksanaanya dari Allah ada yang mahdah, yaitu suatu ibadah yang sudah ditentukan tata caranya, dengan tidak boleh ditambah, dikurangi apalagi di rubah seperti shalat, puasa haji dan lainnya . dan ada yang Ghairu mahdah, yaitu suatu ibadah yang tata cara pelaksanaannya kita diberikan ruang Ijtihat, karena yang terpenting dalam ibadah ghairu mahdah ini adalah tercapainya tujuan, dan bersifat teknis atau sosial seperti berhaji dgn menggunakan pesawat untuk sarana transportasinya, dan mengembangkan teknologi untuk kemudahan melaksanakan pekerjaan sehari-hari atau sebagai fasilitas kehidupan.
Dalam subuah ayat-Nya Allah berfirman


Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya .(QS 95/5)


Manusia sebagai Khalifah telah dibekali oleh Allah beberapa hal sebagai penunjang tugas kekhalifahannya dan diciptakan dalam bentuk yang sempurna baik dalam hal fisik maupun psikis dengan Empat hal.


1. Jasad yang syahadah, bisa dilihat bisa diraba
2. Akal untuk berfikir
3. Hawa nafsu yaitu kecenderungan terhadap sesuatu
4. Ruh untuk kehidupan.


Jasad yang di berikan begitu sempurna oleh Allah, tentunya butuh perawatan yang dimulai perkembangannya oleh sifat ketelatenan orang tua kita yg dimulai dengan pemberian ASI dan makanan lainnya yang di suapkan kepada kita dengan kasih sayang yang telah Allah semaikan di hati kedua orang tua kita dalam bentuk adanya hubungan batin yang berlanjut kepada ingin memberikan perhatian dan kehidupan yang lebih, baik untuk perkembangan badan kita maupun masa depan kita, pemberian makanan, baik dengan suka rela ataupun terpaksa kita terima ternyata di kemudian hari hal itu menjadi kebutuhan pokok badan kita, yang asalnya karena ke tidak tahuan kita, kita menolak untuk menerimanya.


Akal merupakan fungsi dari dan adanya otak kita juga merupakan bagian yang cukup vital dalam kehidupan manusia, sebagai sumber perintah kepada seluruh organ tubuh manusia untuk melaksanakan sebuah aktivitas gerakan tangan, kaki dan mendengar serta melihat sebenarnya adalah otak kita yang bekerja dengan memberikan sinyal melalui jaringan syaraf-syarafnya . Adapun perkembangan akal itu sendiri melalui ilmu yang di dapat melalui belajar dan pengalaman, dalam banyak ayat Allah selalu memberikan motivasi dan pertanyaan, afala ta’qilun, afala tatafaqqarun (mengapa kamu tidak berfikir, mengapa kamu tidak bertaqakkur) pada asalnya juga, ilmu itu di masukkan dengan paksa melalui belajar sejak usia dini dan pada asalnya juga kita belum faham akan pentingnya ilmu, sampai akhirnya setelah dewasa kita menjadi tahu betapa pentingnya pengetahuan, betapa urgennya fungsi dari otak kita, baik fungsi sebelah kiri maupun kanan, betapa butuhnya kita terhadap ilmu bahkan otak yang jarang diberi makan dengan asupan pengetahuan menjadi tumpul, dan orang yang jarang berpikir otaknya menjadi tumpul, dalam hal ini Allah juga memberi rangsangan kepada manusia dengan diberinya tantangan agar manusia berusaha mencari jalan keluar, lihatlah perkembangan teknologi yang asalnya sangat sederhana dan manual lalu karena keinginan manusia untuk memudahkan aktivitasnya menjadi modern dan serba otomatis, itu merupakan hasil dari kerja otak yang setelah kita tahu dengan sadar betapa butuhnya kita akan ilmu atau sebuah pengetahuan.


AL-hawa atau kecencederungan terhadap sesuatu juga bagian yang tak kalah pentingnya dalam hidup kita, dalam al-Qur,an disebutkan dengan tiga macam,


1. Nafsu Ammarah , yaitu nafsu yang selalu mengajak kepada keburukan
2. Nafsu Lawwamah, yaitu nafsu yang merasa menyesal apabila melakukan perbuatan yang baik tetapi tidak banyak, lebih menyesal lagi kalau berbuat salah.
3. Nafsu Mutmainnah, yaitu jiwa yang tenang karena selalu terpelihara dari dosa.


Pada saat kita kecil, Hawa atau kecenderungan terhadap sesuatu biasanya berbentuk inginnya memiliki terhadap sesuatu yang menjadi dunia kecil kita, yaitu permainan, nyanyian mendengar cerita dan hal-hal yang menyenangkan karena memang dunia anak, adalah dunia yang utuh, polos, dunia tanpa beban, hingga bila ia menangis maka ia menangis 100 persen, bila ia tertawa, maka ia tertawa 100 persen begitu pun bermain maka ia bermain 100 persen. Dan tentunya seiring berjalannya waktu kecenderungan memiliki atau melakukan sesuatu itu semakin berubah, nafsu atau hawa harus diarahkan terhadap sesuatu yang di ridhai oleh Allah, ringkasnya kecenderungan terhadap sesuatu, ingin memiliki atau melakukan telah membuat peradapan manusia semakin maju dan berkembang sesuai dengan tuntutan keinginannya.
Ruh, yang bukan sekedar nyawa sebagai komponen terpenting dari empat hal yang di miliki manusia yaitu jasad, akal dan hawa nafsu juga mempunyai kebutuhan pokok sebagaimana jasad membutuhkan makanan dan minuman atau akal yang membutuhkan ilmu sebagai makanannya, atau hawa nafsu yang menuntut terpenuhinya segala keinginan, maka ruh membutuhkan Ibadah yang harus bersinergi dengan tiga komponen yang lainnya, untuk mendapat suatu ketenangan jiwa, Allah berfirman yang artinya


(Ingatlah dengan mengingat Allah hati menjadi tenang)


Ingat yang dimaksud tentulah bukan sekedar antonim dari LUPA tapi dengan mengingat akan adanya Allah, adanya tuntutan terhadap segala kenikmatan yang telah dianugerahkan-Nya, membuat otak berfikir hawa berkeinginan tubuh merespons dengan melakukan sesuatu yang akan menyelamatkannya dari kemarahan Sang Maha Besar itulah yang di sebut ibadah, dan tentunya ibadah yang dilakukan harus mempunya landasan yang jelas sumbernya bukan buatan atau karangan manusia yang selalu subyektif dalam penelaahannya, apalagi bersumber dari manusia yang tak pernah dekat kepada Allah. Jika hal itu dilakukan tentulah ketenangan jiwa dapat tercapai, dan bila kita mau sedikit saja berfikir maju sadarlah kita bahwa ibadah adalah kebutuhan kita, selanjutnya hilanglah sekat yang membedakan wajib dan Sunnah, sebab suatu hal yang kita lakukan karena kita pandang sebagi kewajiban lama kelamaan akan menjadi beban, adapun Sunnah akan mengentengkan pelakunya. Ringkasnya bila kita masih merasa ibadah itu adalah sesuatu yang memberatkan dan kita terpaksa melakukannya maka ruh kita seperti hawa atau jasad atau akal yang masih belum dewasa, pendek kata ruh kita masih kanak-kanak. Wallahu a’lam.

Ibadah Puasa

Diposting oleh Mastindi | 16.32 | 0 komentar »
183. Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,


Tak dapat dipungkiri semua perintah dan larangan Allah mempunyai maksud atau tujuan yang jelas, yang pada ujung kemanfaatannya kembali kepada manusia itu sendiri, karena pada prinsipnya bila kita mau bersifat kritis terhadap, Amar dan Nahi, atau perintah & larangan semuanya bukanlah kepentingan Allah, sebab Allah tidak berkepentingan kepada ketaatan manusia, sebagai Zat yang Maha segala-galanya.


Begitu pun puasa yang kita laksanakan, merupakan kepentingan mutlak manusia agar terdidik, melalui hikmah-hikmahnya dengan tujuan akhirnya mendidik kita menjadi orang yang bertaqwa,. Taqwa merupakan strata tertinggi di sisi Allah setelah Islam dan Iman, dan bila ini terwujud maka akan tercipta suatu tatanan kehidupan yang saling menguntungkan antar manusia itu sendiri, sebab dengan Taqwa masing-masing pribadi akan berusaha menjadi orang yang senantiasa mampu memelihara dirinya dari segala hal yang merugikan orang lain dan dirinya sendri.
Rasulullah bersabda .


(Puasalah kamu maka kamu akan sehat)


Kesehatan yang di inginkan oleh Rasulullah tentulah bukan hanya kesehatan lahiriyah atau bersifat jasadiah, sebab hal ini dapat juga dilakukan oleh orang kafir, dan puasa yang diperintahkan mempunyai ciri dan perbedaan yang nyata dengan puasa orang-orang jahiliyah, sebab bila tujuannya hanya sehat tentulah tidak perlu adanya qaidah atau aturan-aturan yang khusus dan waktu-waktu tertentu dalam tehnis pelaksanannya, oleh karena hal itulah yang mulia bersabda dalam haditsnya yang lain,


(Berapa banyak orang yang berpuasa, namun tidak ada yang diperoleh dari puasanya melainkan hanya lapar dan haus saja)


Berpuasa sebenarnya mengajarkan banyak hal kepada kita, yang bermuara pada keikhlasan kita, baik ke ikhlaskan yang bersifat vertikal, atau kepada Allah maupun horizontal, yakni kepada sesama hamba Allah


1. Ikhlas dalam beramal, sebab ibadah puasa adalah ibadah Syirriyah atau rahasia yang pelaksanaannya hanya kita dan Allah saja yang tahu, salah satu contoh bila kita berwudhu bersebelahan dgn orang lain, tahukah kita bila atau dia bila saat berkumur dengan sengaja menelan airnya, di sinilah kita diajarkan kejujuran, oleh sebab itulah puasa adalah amal yang terhindar dari riya.


2. Ikhlas dalam menerima, sebab pahala dari ibadah puasa tidak Allah jelaskan kisaran nilanya, hal ini juga harus mengajarkan kita sikap menerima terhadap ketentuan-ketentuan Allah baik bersifat Taqdir, maupun Sunnah-Nya, juga perintah serta larangan-Nya bukankah tanda Iman kepada Allah ialah kepasrahan yang motto SAMI’NA WA ATA’NA, dan ini menjadi panggilan utama utk pelaksananaan ibadah Puasa.


3. Ikhlas dalam memberi, karena puasa juga mengajarkan kita sifat sosial, terbayangkah anda pada saat lapar, yang kisaran waktunya hanya 13 jam dalam sehari, atau satu bulan dalam satu tahun, padahal ada saudara-saudara kita yang menahan lapar 24 jam dalam sehari dan dua belas bulan dalam satu tahun, tentunya dengan ini semestinya akan tumbuh empati kita terhadap penderitaan orang lain, oleh sebab itulah puasa ditutup dengan pelaksanaan Zakat fitrah sebagai pengingat kepada kita, agar jangan sampai pada hari raya dan hari-hari selanjutnya tentunya, ada saudara kita yang kelaparan pada saat kita bergembira dengan kemenangan menyambut Idul Fitri.


Cukuplah sebenarnya bila kita menelaah hadits Rasulullah yang menjadikan dua syarat agar ibadah puasa kita mempunyai nilai di sisi Allah.


(Barang siapa yang berpuasa pada bulan Ramadhan dengan Iman dan Intropeksi, maka akan diampuni apa yang telah lalu dari dosa-dosanya)


Jadi kesimpulannya, Puasa bukan hanya menahan lapar dan haus saja, tapi juga mampu menahan segala hal yang akan membatalkan nilai pahala puasa itu sendiri, Wallahu A’lam.

UJIAN ALLAH ATAU TEGURAN

Diposting oleh Mastindi | 08.43 | | 0 komentar »

2. Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi?

Bulan bulan ini , terasa betul Allah memberi banyak cobaan, al-hamdulillah semoga ini pertanda meningkatnya keimanan keluarga kami, biarlah ujian ini berjalan sesuai dengan ke hendakNya , namun harapanku semoga Allah melimpahkan kebesaran hati dan kelapangan jiwa serta kesabaran yang tiada henti, yang jelas kami harus yakin pasti ada hikmah di balik setiap kehendak Allah..

Sebenarnya Untuk mengatakan suatu musibah adalah cobaan, mungkin terlalu muluk untuk muslim sekelas aku , sebab cobaan hanya Allah berikan kepada hamba-hambaNya yang terpilih untuk di uji tingkat ke imanannya, bila kita kaji , suatu musibah bila menimpa seseorang akan berbeda penempatannya, dan tentunya setiap ujian sudah Allah tetapkan dan disesuaikan dengan kabar kemampuan si penerima.

1. Bila menimpa orang beriman berarti Allah hendak menguji kesabarannya.

2. Bila menimpa orang beriman yang banyak dosanya berarti peringatan, sebagai tanda
Allah masih akung agar hamba tersebut segera bertaubat.

3. Bila menimpa orang kafir maka musibah tersebut boleh jadi sebagai Azdab, naudzu billah.

4. Bila musibah tersebut karena di sengaja oleh korbannya maka itulah akibat.

Hikmah ini baru terasa dan kita sadari manakala musibah telah berlalu, dan kita akan merakan lebih ringan suatu musibah, bila berkumpul atau mengunjungi hamba yang senasib, banyak hikmah bila kita mau kritis menelaah setiap langkah kita dalam menghadapi suatu ujian atau teguran dari Allah.

Saat kita berobat ke Puskesmas atau ke Rumah sakit kita akan melihat antrian yang panjang padahal jam buka masih beberapa jam lagi,dan kamar yang penuh bila harus di opname, dan akhirnya harus bersedia di rawat di lorong-lorong rumah sakit, cabalah bandingkan dengan hunian hotel yang selalu hanya tidak jauh dari 50 persen, yang baru akan penuh menjelang hari hari tertentu. Dari situ kita bisa memetik hikmah bukan kita saja yang mengalami.

Saat aku pulang berobat tak lupa sebagai bagian dari prosudur berobat adalah menebus resep, ada beberapa macam yang harus diminum tentunya, saat itulah aku teringat akan Isra’ dan mi’raj nabi yang pulang dari panggilan Allah ke Sidratul-Muntaha sebagai penghibur dari kesedihan hatinya setelah di tinggal orang-orang tercintanya, sekaligus menerima perintah yang maha penting yaitu ibadah Shalat suatu ibadah yang menjadi pembeda antara Muslim dan kafir, mungkin obat ini menjadi falsafah bila aku ingin sembuh dan menjadi bagian dari masyarakat sehat tentunya harus di minum tepat waktu dan intensitas meminumnya, begitu pun shalat harus kita kerjakan tepat waktu dan hitungan kalinya, bila kita ingin menjadi bagian dari Muslim, seperti sabda Rasul yg mulia. Sebagian besar atau secara umum di antara obat yang kita tebus untuk di minum pasti terselip anti biotik, yang tak lupa selalu di pesan harus di minum habis, sebab kuman atau virus akan semakin kuat bila dia beradaptasi dengan anti biotik yang tidak full pengobatannya, mungkin itulah shalat Subuh , dengan tentunya tidak menganggap enteng shalat yg lain, sebab shalat Subuh menjadi ukuran ketaatan seorang hamba kepada Rabb Nya saat Muadzin memanggil bahwa “Shalat itu lebih baik dari pada tidur. Wallahu a’lam bis sawab

PAMALI DAN SIKAP ARIF KITA

Diposting oleh Mastindi | 01.34 | | 0 komentar »


Suatu ketika saat sedang silaturrachim ke salah seorang teman mengajar yang kebetulan mempunyai usaha yang sama ,yaitu warung kelontong kecil – kecilan dan kebetulan juga pada malam hari, ada seorang pembeli yang menanyakan silet , apakah boleh dijual ? kalau ada ia mau beli karena sedang butuh sekali untuk suatu keperluan, maka tanpa perasaan ragu langsung ikwan (teman) menjawab Ada !.. maka transaksipun terjadi , setelah selesai dengan agak bercanda saya nyeletuk eh kan pamali ? kata orang tua menjual silet pada malam hari,... hus!... Pamali sudah gak ada yang ada bu(Ibu) mali.


Banyak hal yang bersifat tabu, dan belum dapat kita pahami oleh orang tua kita selalu dibahasakan Pamali, saya tidak faham apa itu yang di maksud dgn Pamali mungkin yang di maksud adalah tabu, atau terlarang, Cuma mereka tidak dapat menjelaskan argumentasi di balik istilah itu.


Orang tua kita mereka adalah orang orang yang bijaksana , bukan pada tempatnya mengatakan mereka kolot atau sindiran lainnya yang tidak etis, karena mereka hidup memang pada jamannya, tapi saya yakin, ada hal baik dibalik istilah itu, yang tak dapat mereka dijelaskan secara logika, maka dgn keterbatasan wawasan mereka yang mampu mereka katakan adalah kata atau istilah itu, bukankah pada masa al-Qur,an diturunkan banyak terdapat ayat, (maaf dengan tidak ada maksud sedikitpun membandingkan) yang pada masa itu belum dapat dijelaskan secara logika, dan baru ditemukan jawabannya sekarang, , mungkin perbedaannya adalah pada ‘ekab atau akibatnya, jika Islam akibatnya adalah siksa atau dosa, maka orang tua kita mengemas istilah Pamali atau tabu bila dilanggar menjadi kualat atau setumpuk mitos yang memang , didasari oleh kepercayaan mereka kepada Animisme atau Dinamesme yang menjadi bagron kepercayaan mereka.


Memang tidak semua istilah Pamali kita dapat tolelir, terlebih bila berkenaan dengan masalah Aqidah , namun selama hal itu masih bisa ditolerir, tugas kitalah mencoba mencari pemahaman dari maksud mereka, sebagaimana tugas kita memahami, ayat-ayat Allah yang berkenaaan dengan fenomina alam.


Jangan duduk di depan pintu , karena tamu yang datang boleh jadi akan mengurungkan niatnya, hal ini masuk di akal terlebih bila cara duduk kita menunjukkan siat tidak welcom atau bersahabat, bukankah Islam menyuruh kita menghormati tamu, yang diawali dengan menjawab salam dengan muka ceria dan mempersilahkan masuk.


Jangan menjual minyak, bila memakai takaran pada malam hari, secara economi ini cukup logis , sebab pada malam hari dengan cuaca dinginnya minyak akan menyusut, dan ini tidak menguntungkan bagi sebelah pihak, yaitu penjual, memang penyusutan tidak banyak, namun bila dalam jumlah besar sangat besar selisihnya dengan takaran pada siang hari.
Dia tas saya hanya menjelaskan dua hal dan masih banyak lagi, sesuatu yang dikaitkan dengan Pamali dapat kita temukan jawabannya secara logika, maka dengan ini marilah bersikaf arif terhadap Istilah-istilah dari orang tua kita. Wallahu a’lam.

ISRA' DAN MI'RAJ

Diposting oleh Mastindi | 01.39 | | 0 komentar »
1. Maha suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya[847] agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.

Tidak banyak ayat ayat Allah yang dimulai dengan kalimat Tasbih, yang mana kalimat ini merupakan suatu Sunnnah dari Rasulullah untuk kita ucapkan manakala ada sesuatu yang menakjubkan terjadi di depan mata kita, wajarlah kalau Allah memulai kalimat tersebut dalam ayat yang menjelaskan kisah perjalanan Rasulullah dari Masjidil Haram di Mekkah ke Masjidil Aqsa di Palestina (yang disebut dengan Irsa,) dan dilajutkan dengan mi’raj ke Sidratul Muntaha atau tempat terujung yang malaikatpun tidak dapat sampai kesana.
Peristiwa Isra’ dan Mi’raj merupakan suatu mu’jizat yang dihadirkan Allah kepada Rasulullah pada saat beliau menghadapi masa-masa yang menyedihkan yang kita kenal sebagai ‘Amul Hazan atau tahun kesedihan dimana pada tahun tersebut belia telah ditinggalkan oleh orang orang yang telah banyak memberikan motivasi dan perlindungan dalam berdakwah, yaitu Istri beliau Siti Khadijah dan Pamannya Abu Talib, mungkin untuk pamannya kesedihan Rasulullah ialah karena pamannya tidak meninggal dalam keadaan Islam, padahal banyak jasa yang telah diberikan dalam dakwah Rasulullah.
Peristiwa Isra’ dan Mi’raj juga merupakan suatu sleksi Keimanan yang terjadi setelah beliau menceriterakan peristiwa tersebut kepada para sahabi dan kaum Muslimin, yang konsekuensinya pada waktu itu seorang Muslim yang masih labil atau belum mantap keimanannya menjadi Murtad, adapun yang tertarbiyah secara baik maka semakin besar KeImanannya, seperti yang terjadi pada golongan sahabat utama, betapa tidak peristiwa tersebut terlebih pada masa itu belum ada teknologi canggih seperti sekarang,merupakan sesuatu yang sangat diluar nalar atau secara logoka betul betul tidak masuk di akal, tapi para sahabat utama yang mengenal secara baik Rasulullah dan dalam keyakinannya, meyakini hal tersebut sebagai suatu peristiwa yang menunjukkan kebenaran status Rasulullah sebagai seorang nabi, dan peristiwa itu adalah masuk dalam kategori yang harus di Imani bukan dilogikakan.
Adapun di antara konsekuensi dari Isra’ dan Mi’raj adalah diwajibkannya perlaksanaan ibadah Ritual sebagai ciri khas seorang Muslim yang kita kenal dengan Shalat yang menjadi sarana hubungan secara vertikal seorang makhluk dengan Khaliknya, betapa sangat urgennya ibadah tersebut sampai sampai dalam kondisi apapun kita tetap di wajibkan melaksakannya, bahkan amal kita yang lain akan menjadi sia-sia manakala ibadah yang satu ini ditinggalkan, bahkan yang perlu kita ingat dengan shalat sabda Rasulullah dalam suah haditsnya.


(Yang membedakan kami dengan mereka/kafir adalah Shalat, siapa yang meninggalkannya maka ia telah kafir)


Di antara kaum muslimin ada yang menjadikan momen tersebut sebagai suatu Syiar, untuk mengingatkan kembali, akan peristiwa tersebut, meski belum pernah ada evaluasi akan tingkat efektivitasnya bila dikaitkan sebagai sarana dakwah, namun yang jelas, penting atau tidaknya peringatan tersebut, kita sepakat, sekecil apapun bila ada celah untuk menyampaikan suatu kebenaran maka jangan kita lewatkan, apalagi dalam Isra’ dan Mi’raj Rasulullah mendapat titah penting yang menjadi suatu amal utama seorang Muslim.
Begitu pentingkah shalat ? sampai Allah memanggil lansung RasulNya, padahal untuk perintah yang lain cukup melalui wahyu yang dibawa oleh malaikat Jibril, banyak hal yang perlu kita dalami untuk memahaminya, namun yang jelas, tak ada satu perintahpun yang bila dilaksanakan akan menguntungkan bagi Allah dan bila ditinggalkan akan merugikan bagi Allah semua perintah dan larangan Allah adalah untuk kemaslahatan manusia semata , wallahu a’lam.

SYAREAT KHITAN

Diposting oleh Mastindi | 07.08 | | 0 komentar »
Libur kenaikan kelas sudah tiba, banyak yang menggunakan momen ini untuk berbagai macam kegiatan keluarga, baik yang bersifat umum seperti rekreasi,mudik, silaturrachim maupun kegiatan keagamaan seperti pesantren kilat dan khitan , yang terakhir inilah dipilih oleh keluarga kami (admin blogg) , lalu dari mana sich, Khitan ini asalnya ? tentunya dari Allah sumber perintahnya, adapun manusia pertama yang mendapat perintah Khitan adalah Nabiyullah Ibrahim AS pada saat memasuki usianya yang ke 80 tahun, Subhanallah ,... beliau hanya berkata sami’na wa ata’na (kami dengar dan kami laksanakan) .


Khitan berarti memotong kulup atau kulit yang menutupi ujung kemaluan seorang laki-laki (pada beberapa keterangan syareat khitan juga berlaku bagi perempuan), lalu apa hikmahnya, dari sisi syara khitan merupakan sunnat-sunnat fitrah yang di antaranya memotong kuku, mencukur kumis, memelihara jenggot dan mencukur bulu kemaluan, adapun dari sisi medis dengan berkhitan maka tempat berkumpulnya kotoran yang dalam syara disebut najis , yang berada pada ujung penis menjadi tidak ada, dan air seni dapat dapat leluasa keluar, adapun najis yang tersisa mudah dicuci, banyak riset tentang manfaat khitan baik yang dilakukan dunia kedokteran barat maupun dunia Islam, yang di antara hasilnya terhindarnya kanker ujung kemaluan bagi orang yang di khitan, oleh sebab itulah suka atau tidak, khitan juga di lakukan oleh kalangan non Muslim dengan motivasi utama adalah kesehatan atau medis.


Adapun Khitan yang dilakukan oleh orang tua terhadap anaknya sebenarnya merupakan salah satu kewajiban orang tua dalam hal pendidikan,(ada 3 kewajiban orang tua terhadap anak. 1. Memberi nama yang baik 2. Memberikan pendidikan yang baik 3. Menikahkan) sebab dalam khitan ada pendidikan fisik dan ada pendidikan Ruhiyah , adapun pendidikan fisik mengajarkan seorang anak untuk berani melihat darah, bahkan menumpahkan darah bila perlu, demi tegaknya amar ma’ruf nahi mungkar, sedangkan pendidikan dari sisi ruhiyahnya ialah mengajarkan seorang anak bersikap sabar , yang dicontohkan dengan menunggu kesembuhan, yakni sabar dalam mentaati Allah, dan Sabar dalam menjauhi maksiat, dan dengan di khitannya seorang anak maka secara usia sudah akan masuk pada masa Mukhallaf, yaitu masa kewajiban menjalankan perintah Allah,meskipun ini bukan ukuran standar. Wallahu a’lam bissawab

Tentang Facebook

Diposting oleh Mastindi | 01.33 | | 0 komentar »


Beberapa Minggu yang lalu, pada saat ngobrol dengan beberapa teman, terlontar sebuah pertanyaan dari salah seorang di antara mereka, “kamu punya facebook gak ? dengan agak malas aku menjawab “punya tapi jarang ngebukanya, kawan yang lain segera menyela obrolan, ah udah ! facebook itu kan haram kata MUI, yang lain ada lagi menjawab, ah ! MUI tidak ada kerjaan “ yang lain lagi segera menjawab “yang haram kan pengunaanya yang lain lagi segera angkat suara, kita kita ini kan ahli hisap (perokok red) , sudah sekalian aja kita bergelimang yang haram.
Percakapan di atas sebenarnya mewakili publik, terutama yang aktif di dunia maya, baik penggemar blogg, chatting, friendster, facebook dan sejenisnya.
Sebenarnya hal ini berawal sejak forum bathul masail putri (BMP) (semacam forum para ulama untuk membahas berbagai hal hal aktual yang menjadi permasalahan umat) di Pesantren putri Lirboyo kediri, ada sekitar 700 delegasi yang tergabung dalam FORUM KOMUNIKASI PONDOK PESANTREN PUTRI (FMP3) se Jawa dan Madura dan dari forum ini menghasilkan keputusan beberpa poin penting, di antaranya situs jejaring sosial (pertemanan) seperti blogg, chatting, friendster, facebook dan sejenisnya. Yang membuat keakraban dan kedekatan lawan jenis nyaris tanpa batas, bahkan nilai kesopanan dan etika agama sudah semakin samar , bahkan banyak obrolan yang vulgar bahkan bersifat sangat pribadi (menurut orang yang bermoral) dapat leluasanya diakses dengan hanya bergabung sebagai teman, Menjadi HARAM pengunaannya bila bila sudah melanggar etika secara Syar’e.
Bila kita mau menyimak apa yang di sampaikan oleh para ulama yang telah bekerja secara ikhlas untuk kemashlahatan Umat, tentu kita tidak akan terprovokasi oleh ketidak fahaman kita sendiri, sangat miris kalau kita membaca tanggapan dari pada penggemar situs jejaring sosial, terhadap wacana yang di gulirkan oleh para ulama tersebut, ada yang mengatakan ulama tidak mengikuti kemajuan zaman, ulama iri karena tidak bisa facebook, dunia pesantren kolot,atau hinaan yang lainnya, Dalam hal ini saya ingin sedikit memberikan komentar, “ saya bukan keluaran pesantren , tapi banyak mempunyai saudara , teman bahkan guru dari pesantren , sepengetahuan saya pesantren itu tidak seperti apa yang mereka gambarkan , pesantren ternyata punya fasilitas yang jarang dimiliki lembaga pendidikan yang lain, bahkan yang formal sekalipun, ini terbukti dari lulusan-lulusannya, kalau hanya soal komputer dari merakit sampai mengoprasikannya, bagi mereka adalah pekerjaan mudah, ini kalau modern itu di ukur dari kemampuannya mengendalikan teknologi yang satu ini.
Lalu apa yang mereka (Ulama) maksudkan berkenaan dengan situs jejaring sosial itu ? ternyata yang mereka haramkan adalah penggunaanya bila berlebihan dan tidak mengindahkan etika Syara’ yang jelas-jelas di haramkan dalam ajaran Islam, bukan pada medianya, atau situsnya, sebab situs tersebut adalah hasil dari kemajuan teknologi, dalam hal ini informasi yang bisa berdampak baik atau buruk tergantung siapa yang mengoprasionalkannya atau menjadi adminnya, seperti linggis di tangan seorang tukang yang dipakai untuk mencabut paku atau mencongkel kayu sebagai sarana pendukung untuk mempermudah atau meringankan pekerjaannya, maka linggis tersebut sah saja dan hukumnya mubah/boleh, maka bagaimana kalau lingggis tersebut ada di tangan pencuri , yang dipergunakan untuk mencongkel pintu korbannya, dengan perumpamaan ini tentunya kita faham yang haram bukan linggisnya tapi perbuatan orang yang menggunakannya, jadi kalau yang haram linggisnya , tentunya semua tukang tidak akan kita jumpai lagi menggunakan benda yang satu itu.
Alangkah mudahnya kita mengambil kesimpulan suatu hal yang berkaitan dengan hukum Islam, padahal di sampaikan para ulama dan mereka memang perkompeten dan faham dalam hal itu dan mereka bekerja ikghlas dengan hanya mengharap ridha Allah untuk kemashlahatan umat dan bangsa dalam segi moralitasnya, tanpa kita mencoba mencari penjelasannya. Maka dari hal ini mari biasakan sikap tabayyun dan prasangka baik . terlebih dalam hal ini yang menjadi sasaran adalah MUI, padahal mereka tidak terlibat dalam keputusan itu. Wallahu a’lam bissawab.

MENCEGAH KEMUNGKARAN

Diposting oleh Mastindi | 21.29 | | 0 komentar »


Siapa di antara kalian yang melihat suatu kemungkaran maka cegahlah dengan tangannya, maka bila tidak mampu cegahlah dengan lisannya, dan apabila tidak mapu juga cegahlah dengan hatinya, maka itulah selemah-lemah iman. (HR Bukhari Muslim)


Hadits tersebut merupakan anjuran agar kita mempunyai keperdulian secara sosial terhadap hal-hal yang terjadi di sekitar kita , dengan tidak bersikap acuh padahal kita diberikan kemampuan mengatasi setiap problem kehidupan baik yang bersifat ekternal atau di luar keluarga kita maupun internal atau di dalam keluarga kita, dalam pepatah bahasa Arab dikatakan Assukutu ‘anil hal ya dzullu ‘alan ni’am (berdiam diri dari sesuatu menunjukkan kesetujuan). Atau dalam sebuah hadits Rasulullah menyatakan yang artinya (Barang siapa yang berdiam diri dari yang haq , maka ia adalah setan yang bisu). Pencegahan yang bisa kita lakukan tentunya disesuaikan dengan tingkat kemampuan kita, dalam hadits di atas manakala kita mampu cegah dengan tangan, sebagian ulama mengatakan tangan bermakna kekuasaan, yang maksudnya bagi yang mempunyai kekuasaan dalam segi struktur biroksasi semisal Rt, Rw lurah dan jabatan di atasnya sangatlah memungkinkan melakukan pencegahan terhadap terjadinya suatu bentuk kemungkaran dengan kuasa yang dimilikinya, terlebih memang itu menjadi wewenangnya, atau kita punya kapasitas dalam sebuah lembaga sebagai orang yang dituakan atau sebagai pemimpin, jadikan sarana jabatan kita sebagai kendaraan antuk dapat menghalangi suatu bentuk kemungkaran.
Adapun dengan lisan adalah para ulama, atau siapa saja yang suaranya mempunyai pengaruh, karena sifat umum manusia dalam menerima suatu pendapat atau nasihat akan melihat corong atau siapa yang bicara, hal ini penting karena nasehat terlebih dari hati ke hati akan membawa pengaruh yang cukup positif bagi pelaku kemungkaran untuk insyaf secara suka rela , bukan karena tekanan suatu kekuatan atau intimidasi suatu kekuasaan.
Dan yang terakhir dengan hati, kata hati di sini adalah dengan menunjukkan ketidaksukaan kita terhadap kemungkaran yang terjadi baik melalui sikap paling tidak raut muka yang mengindikasikan ketidaksetujuan kita terhadap terjadinya kemungkaran, dalam keadaan kita tidak mampu melakukan sesuatu, terlebih kemungkaran itu dilakukan oleh arang yang mempunyai pengaruh secara sosial , baik dalam segi birokrasi maupun kultur.
Tapi bila yang terakhir ini tidak bisa kita tunjukkan dengan alasan merasa tidak enak, atau emoh pakewuh, lalu kapan kita merasa tidak enak kepada Allah, padahal itu adalah tanda iman yang paling lemah,” maka pertanyaannya ,di mana iman kita ? atau bisa jadi iman kita telah lenyap , dari hati kita naudzu min dzalik

ADAB BERMAJLIS

Diposting oleh Mastindi | 00.58 | | 0 komentar »
Risalah Islam bukanlah merupakan risalah setempat dan terbatas, yang khusus bagi
suatu generasi atau suku bangsa tertentu seperti risalah-risalah sebelumnya, tetapi Islam
adalah risalah yang universal dan sempurna, yang mencakup segala aspek kehidupan, baik
perseorangan maupun kolektif, mulai dari perkara ibadah, hukum, politik, ekonomi, pendidikan,
dan lain sebagainya. Kesempurnaan Islam ini tidak luput membahas tentang adab-adab dalam
bermajelis, dimana tidak sedikit dari kaum muslimin, terutama para aktivis muslim, bermajelis
dan bermusyaw arah dalam kesehariannya. Mengetahui adab-adab dalam majelis adalah suatu
keniscyaan dan keutamaan tersendiri sebagai pengejaw antahan firman Allah _ :

“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya.
Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan
jawabnya.”5 (QS Al Israa’ 17 : 36).

Dan sabda Nabi _ :

(“Menuntut ilmu wajib bagi tiap Muslim”.)

Maka adalah kewajiban bagi seorang muslim untuk mengetahui ilmunya terlebih dahulu
sebelum beramal, sebagaimana Imam Bukhari telah menjadikan bab العام قبل القول والعمل “Ilmu
sebelum berkata dan beramal”. Berikut ini adalah adab-adab dalam bermajelis 6 :

1. Mengucapkan salam kepada ahli majelis jika ia hendak masuk dan duduk pada majelis
tersebut, hendaknya ia mengikuti majelis tersebut hingga selesai. Jika ia hendak
meninggalkan majelis tersebut, ia harus meminta izin kepada ahli majelis lalu mengucapkan
salam.

2. Tidak menyuruh seseorang berdiri, pindah atau bergeser agar ia menempati tempat
duduknya, dan selayaknya bagi ahli majelis yang telah duduk dalam majelis
merenggangkan tempat duduknya, agar seseorang yang mendatangi majelis tadi
mendapatkan tempat duduk. Hal ini sebagaimana dalam hadits Rasulullah :

“Janganlah kalian menyuruh temannya bangkit dari tempat duduknya, akan tetapi
hendaklah kamu memperluasnya.” (Muttafaq ‘alaihi).

3. Tidak memisahkan dua orang yang sedang duduk agar ia dapat duduk di tengahtengahnya,
kecuali dengan seizinnya, sebagaimana dalam hadits Rasulullah _

“Tidak halal bagi seorang laki-laki duduk di antara dua orang dengan memisahkan mereka
kecuali dengan izinnya.” (HR Abu Daw ud dan Turmudzi, hadits Hasan)

4. Apabila seseorang bangkit dari tempat duduknya meninggalkan majelis kemudian kembali
lagi, maka ia lebih berhak duduk di tempat yang ditinggalkannya tadi. Sebagaimana dalam
sabda Nabi _ :

“Apabila seseorang bangkit dari duduknya lalu ia kembali, maka ia lebih berhaq duduk di
tempatnya tadi.” (HR Abu Daw ud dan Turmudzi, hadits Hasan)

5. Tidak duduk di tengah-tengah halaqoh/majelis, dalilnya :


“Rasulullah _ melaknat orang yang duduk di tengah-tengah halaqoh.” (Abu Daw ud)7

6. Seseorang di dalam majelis hendaknya memperhatikan adab-adab sebagai ber ikut :

- Duduk dengan tenang dan sopan, tidak banyak bergerak dan duduk pada
tempatnya.

- Tidak menganyam jar i, mempermainkan jenggot atau cincinnya, banyak
menguap, memasukkan tangan ke hidung, dan sikap-sikap lainnya yang
menunjukkan ketidakhormatan kepada majelis.
- Tidak terlalu banyak berbicara, bersenda gurau ataupun berbantah-bantahan
yang sia-sia.
- Tidak berbicara dua orang saja dengan berbisik-bisik tanpa melibatkan ahli
majelis lainnya.
- Mendengarkan orang lain berbicara hingga selesai dan tidak memotong
pembicaraannya.
- Bicara yang perlu dan penting saja, tanpa perlu berputar-putar dan berbasa-basi
ke sana ke mari.
- Tidak berbicara dengan meremehkan dan tidak menghormati ahli majelis lain,
tidak merasa paling benar (ujub) dan sombong ketika berbicara.
- Menjawab salam ketika seseorang masuk ke majelis atau meninggalkan majelis.
- Tidak memandang ajnabiyah (w anita bukan mahram), berbasa-basi dengannya,
ataupun melanggar batas hubungan lelaki dengan w anita muslimah bukan
mahram, baik kholwat (berdua-duaan antara laki-laki dan w anita bukan mahram)
maupun ikhtilath (bercampur baur antara laki-laki dan perempuan bukan
mahram).
7. Disunnahkan membuka majelis dengan khutbatul hajah sebagaimana lafadhnya dalam
muqoddimah di aw al risalah ini, dimana Rasulullah _ senantiasa membacanya setiap akan
khuthbah, ceramah, baik pada pernikahan, muhadharah (ceramah) ataupun pertemuan,
dan sunnah inipun dilanjutkan oleh sahabat-sahabat lainnya dan para as-Salaf Ash-sholeh8.
8. Disunnahkan menutup majelis dengan do’a kafaratul majelis. Lafadhnya adalah sebagai

berikut :

Artinya : “Maha Suci Engkau ya Allah, dengan memuji-Mu aku bersaksi bahwa tiada
sesembahan yang haq disembah melainkan diri-Mu, aku memohon pengampunan-Mu dan
bertaubat kepada-Mu.” (HR. Turmudzi, Shahih).

Diriw ayatkan pula oleh Turmudzi, ketika
Nabi ditanya tentang do’a tersebut, beliau menjawab, untuk melunturkan dosa selama di
majelis.

ADAB DALAM MAJLIS

Diposting oleh Mastindi | 00.47 | | 0 komentar »
11. Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.(QS 58;11)
Tak dapat terbantahkan lagi, belajar atau menuntut ilmu di dalam islam merupakan sesuatu yang wajib, tidak mesti di sebuah lembaga formal, seperti sekolah atau kampus, dan tidak ada batasan usia di dalamnya karena intinya kita tidak boleh bodoh .
Islam tidak pernah membeda-bedakan sebuah ilmu , baik itu umum maupun agama (terkecuali sihir dan sejenisnya, karena sudah jelas keharamannya) karena ilmu itu adalah milik Allah, dalam banyak ayat dan hadits dijelaskan baik secara global maupun spesifik tentang hal itu.
Untuk mendapatkan ilmu ada yang dilakukan secara sendiri, baik melalui buku, internet maupun secara privat , dan dalam hal ini tidak banyak aturan yang perlu diterapkan, karena secara umum belajar seperti ini dilakukan secara pribadi, di rumah sendiri dan jauh dari melibatkan pihak ketiga, dengan demikian kita bebas menetapkan model belajar bagaimana yang kita inginkan. Namun bagaimana kalau kita belajar secara kolektif & melibatkan orang banyak, maka dalam hal ini perlu etika dan adab yang baku dalam sebuah KBM (kegiatan belajar mengajar), agar tujuan pembelajaran menjadi jelas targetnya, baik dalam segi waktu maupun kurikulumnya. Dan di antara hal itu adalah adab atau etika pada saat kita belajar, agar suasana belajar menjadi kondusif, tenang dan guru dapat menjelaskan isi materi secara detil dan para jamaah dapat menyimak uraian yang di sampaikan tanpa ada gangguan dari suasa yang tidak sepantasnya terjadi dalam sebuah majelis ilmu, apalagi majelis itu dilakukan dalam mosallah atau masjid.
Ayat di atas secara gamblang memaparkan adab dalam majelis, mulai dari perintah melapangkan waktu untuk bermajelis, sampai pada etika atau aturan majelis yang di simbolkan dengan perintah berdiri, kalau memang itu untuk kebaikan majelis juga derajat kemulyaan bagi orang yang senantiasa menghidupkan majelis.
Kunci atau penutup ayat di atas hendaklah juga menjadi renungan bagi kita dalam menciptakan suasana belajar yang baik, karena tidak mustahil di antara rekan kita ada yang memang datang dari jauh dengan niat untuk mendapatkan ilmu , namun pada saat masuk dalam majelis, tercipta suatu kondisi yang tidak semestinya dari jamah yang lain , yang mungkin merasa apa yang disampaikan guru sudah ia ketahui, atau ia merasa tidak perlu untuk mendengarnya, jelas hal seperti itu tidak sepantasnya terjadi dalam sebuah majelis .
Sebagai perluasan dari sedikit tausiah ini saya memaparkan adab dalam majelis , yang diterjemahkan dari kitab minhajul muslimin, pada postingan setelah ini.


MENGAPA KITA ISLAM ?

Diposting oleh Mastindi | 08.16 | | 0 komentar »

Suatu ketika saat pengajian mengadakan tausiah umum kepada semua santri, dari anak anak sampai usia remaja dewasa materinya cukup sederhana yaitu MENGAPA KITA BERAGAMA ISLAM ? sebelum taklim di mulai dilontarkanlah suatu pertanyaan (pertanyaan tersebut akan menjadi bahasan dalam tausiah), maka muncullah beberapa jawaban.
1. Karena Islam adalah agama yang paling benar (dijawab oleh santri dewasa)
2. Karena Islam adalah agama yang cocok dengan fitrah manusia (juga oleh santri dewasa)
3. Yah ! karena orang tua kita Islam Kak ! kalau bukan Islam kita belum tentu beragama Islam (juga oleh santri dewasa)
4. Menggelengkan kepala (ketika pertanyaan ini diberikan pada santri kecil, atau sekelas TPA)
Bila kita perhatikan jawaban tadi cukup sederhana, sesederhana pengetahuan mereka yang didapat dari pengajian, tentunya dengan guru (saya sendiri) yang pengetahuannya juga terbatas, namun jawaban tadi sebenarnya merupakan cerminan realita dari umat islam secara umum, seolah mewakili kenyataan yang ada.
Yang pertama mengatakan “Karena Islam adalah agama yang paling benar” mungkin ini karena didasari Sikap fanatik (dan itu sebetulnya wajib, jika tidak buat apa rasulullah sampai berperang ), buat apa Allah menurunkan surat al-kafirun kalau kita tidak disusuh fanatiq (dalam kamus bahasa Indonesia, kata FANATIK berarti KUAT KEYAKINANNYA TERHADAP SESUATU YANG DIYAKININYA), Namun akan jauh lebih arif kalau sikap fanatik itu dilandasi dengan ilmu, bila mungkin mempelajari berbandingan agama, tentunya dengan tetap perpegang teguh dengan aqidah Islam, jadi sikap kefanatikannya dapat dipertanggung jawabkan.
Yang kedua mengatakan “Karena Islam adalah agama yang cocok dengan fitrah manusia” jawaban ini adalah jawaban yang cerdas yang keluar dari seorang muslim yang faham akan makna Islam, yang mempunyai makna berserah diri, patuh, pasrah yang bila kita ingin melihat akan islam, lihatlah alam sekitar kita, semua berjalan sesuai dengan sunnahtullah/ketenuan Allah, lihatlah bagaimana tomat , anggur dan cabai yang ditanam dalam satu pot yang sama, disiram air yang sama dengan pupuk yang sama, tanah yang sama mengapa buah dan rasanya tidak pernah tertukar, mereka tumbuh secara alamiah yang dalam Islam disebut sunnnahtullah, jadi mereka pasrah, patuh dan tunduk pada ketentuan Allah, Subhanallah.. Meski terkadang pada pohon dan buah terjadi proses aneh, namun namun bila dipersentasi hanya beberapa persen dari yang tumbuh sesuai kodratnya, itupun menurut para ahlinya kemungkinan adanya senyawa kimia yang tak dapat dijelaskan bagi orang yang awam, namun intinya hal itu sebetulnya adalah peristiwa alamiah.
(Hanya kepada Allah-lah sujud (patuh) segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan kemauan sendiri atau pun terpaksa (dan sujud pula) bayang-bayangnya di waktu pagi dan petang hari.Qs 13/15)
Jawaban ketika “Intinya kita Islam lantaran kedua orang tua kita, jadi kesimpulannya kita Islam keturunan, itulalh realitas umat umat yang ada, dan cermin dari kenyataan yang terpampang dalam kehidupan sehari-hari, Islam hanya identitasnya, bahkan yang banyak kita jumpai, seseorang akan diketahui Islam karena 2 kondisi setelah mukhallaf/terbebani kewajiban syara .
1. Ketika nikah (saat itulah kita tahu orang itu Islam dari proses nikahnya)
2. Ketika mati (diketahui juga dengan prosesi acara pemakamamnya, dari dimandikan, dishalatkan lalu dikubur dipekuburan Islam)
Betapa banyak umat islam sadar atau tidak meninggalkan sesuatu yang rukun/mesti bagi agamanya, padahal bila kita mau sedikit faham tentang rukun Islam artinya yang wajib/mesti/harus bagi orang Islam, (bila kita belajar fardhu wudhu atau fardhu shalat tentunya kita faham apa konswekwensi bagi yang meninggalkan secara sengaja salah satu yang fardhu, tentunya wudhu atau shalat kita batal, lalu bagaimana dengan Islam, atau kita meninggalkan rukun Islam, dikecualikan zakat dan haji), inilah yang tidak banyak difahami umat islam secara umum, bahwa sebetulnya, islam kita bisa gugur batal, dalam istilah lain kita murtad secara tidak sadar, naudzu billah min dzalik.
Jawaban terakhir, adalah tidak tahu” ini juga ternyata banyak mewakili umat Islam secara umum, betapa banyak yang tidak tahu mengapa mereka Islam, bahkan lebih fatalnya adalah ketidakfahaman akan kewajibannya selaku muslim, bagi mereka hidup adalah hari ini, dan akherat adalah akan dating, hingga aktifitas /rotasi hidupnya , berjalan tanpa nilai disisi Allah, berangkat pagi lalu pulang sore, lalu mandi, makan tidur, bangun lagi mandi sarapan dan berangkat lagi kerja. Lalu dimana nilai Islam kita ? bukankah hal itu juga dilakukan oleh seekor ayam, wallahu a'lam bissawab

TAQLID

Diposting oleh Mastindi | 18.17 | | 0 komentar »
TAQLID kata ini sering kita dengan yang berarti(Menggantungkan amal secara membabi buta)

Bila ada seorang alim dari para ulama Islam saat ini yang menjadikan perkataannya sederajat dengan perkataan Allah dan Rasul berarti dia keluar dari agama Islam!
(Buku Ikhwanul Muslimin; Deskripsi, Jawaban Tuduhan, dan Harapan Oleh Syaikh Jasim Muhalhil)
Asy-Sya'rani dalam kitab "al-Mizan" menyebutkan bahwa imam yang empat, semuanya mengatakan: "Bila ada hadits yang shahih, maka itulah madzhab kami".
Imamul A'zham Abu Hanifah radhiallahu'anhu berkata: "Tidak benar bagi seseorang untuk mengatakan pendapatku, sampai ia mengetahui dari mana kami mengatakannya."
Malik radhiallahu'anhu mengatakan: "Sesungguhnya saya adalah manusia biasa yang dapat berlaku salah dan dapat benar. Maka hendaklah kalian memeriksa pendapatku. Semua yang sesuai dengan Kitabullah dan sunnah, ambillah. Dan semua yang tidak sesuai dengan keduanya tinggalkanlah.”
Diriwayatkan bahwa Syafi'i radhiallahu'anhu ditanya oleh seseorang, lalu Syafi'i mengatakan bahwa diriwayatkan Rasulullah saw. bersabda begini dan begini. Kemudian si penanya berkata: "Wahai Abu Abdillah, apakah anda mengatakan ini?" Syafi'i menjawab: "Apakah engkau lihat di badanku terdapat ikat pinggang? Apakah engkau pernah melihatku keluar dari gereja?" Dalam riwayat lain, disebutkan beliau terkejut dan marah, air mukanya berubah, dan mengatakan: "Bumi mana yang akan kupijak, dan langit mana yang akan menaungiku, bila aku meriwayatkan tentang Rasulullah saw. yang tidak beliau lakukan."
Abu Daud berkata: "Aku mendengar Ahmad bin Hambal radhiallahu'anhu mengatakan: "Yang dinamakan ittiba' (mengikuti) ialah seseorang mengikuti apa yang datang dari Nabi saw."
Beliau juga pemah mengatakan: "Jangan mengikutiku, jangan mengikuti Malik, jangan mengikuti Syafi'i, jangan mengikuti Auza'i, jangan mengikuti Tsauri, tapi ambillah dari mana mereka
mengambil pendapatnya." Maksudnya adalah al-Qur'anul Karim.
Ya Allah, sesungguhnya pena menuliskan ini disertai rasa takut kepada-Mu dan malu kepada Rasul saw. Apakah diperlukan penjelasan yang menyebutkan bahwa seseorang harus mendahulukan Kalamullah dan rasul-Nya dari selain keduanya? Atau apakah boleh seseorang menguatkan pendapat selain keduanya?
“Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mu'min dan tidak (pula) bagi perempuan yang mu'minah, apabila Allah dan rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan
(yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah ia telah sesat, sesat yang nyata.” (QS. al-Ahzab. 36)
Bila ada seorang alim dari para ulama Islam saat ini yang menjadikan perkataannya sederajat dengan perkataan Allah dan Rasul berarti dia bisa keluar dari agama Islam! Apatah lagi bila
perkataannya lebih didahulukan dari perkataan Allah dan rasul-Nya!!
Bagaimana bila salah satu imam madzhab yang mulia berdiri di hadapan Rasulullah saw., apakah ia akan menolak atau melanggarnya??
Tidak. Demi Allah!! Bahkan ia mungkin tak mampu memandang Rasulullah, karena kemuliaan dan kebesarannya. Para sahabat pernah menanti seseorang dari kaum Badui agar ia bertanya pada Rasulullah saw. kemudian mereka mengambil manfaat dari jawaban yang Rasul berikan kepadanya.
Sesungguhnya rasa malu terkadang telah menjadikan lidah mereka kaku di hadapan Rasulullah saw. untuk bertanya. Seolah-olah di atas kepala mereka ada burung-burung.
Sebagai penutup, saya paparkan kepada anda sebuah nasihat berharga dari Rasulullah saw. sebagaimana disebutkan dalam hadits shahih yang dinukil kitab-kitab Sunan:
"Suatu ketika, Rasulullah saw. menasihati kami dengan suatu nasihat yang membuat air mata menitik, dan hati bergetar. Kami lalu berkata kepadanya: "Wahai Rasulullah, ini sungguh-sungguh
seperti nasihat perpisahan, dengan apa kau wasiatkan kami ?"
Rasul menjawab, "Aku tinggalkan kalian dalam suasana terang benderang. Malamnya seperti siang. Tidak ada yang tergelincir setelahku kecuali orang yang celaka. Dan barang siapa di antara kalian yang masih hidup kelak akan melihat perselisihan yang banyak. Maka hendaklah kalian melakukan apa yang kalian ketahui dari sunnahku dan sunnah khulafa'u rasyidin yang mendapat petunjuk.
"Hendaklah kalian taat, meskipun kepada seorang Habsyi. Gigitlah olehmu ketaatan itu dengan geraham. Sesungguhnya seorang mu'min laksana cucuk onta. Setiap kali diikat ia terikat. Dan jauhilah olehmu perkara-perkara baru (dalam agama). Sesungguhnya setiap perkara baru itu adalah bid'ah. Dan setiap bid'ah itu adalah sesat."

PAGI YANG MENYENTUH PERASAAN

Diposting oleh Mastindi | 08.15 | | 0 komentar »
Seperti biasa pagi hari pergi mengantar anak dan berbelanja adalah kegiatan rutin setiap hari, namun pagi itu ada sesuatu yang benar-benar menyentuh perasaan, saat aku keluar dari sebuah gang sempit

, dgn laju motor 5 kg per jam lewat menyebrang seorang anak berusia kurang lebih 3 tahun, namun bukan itu membuat aku terenyuh, melainkan anak itu menyebrang dengan susah payah sambil menyeret mainan mobilannya, sejenak anak iu menengok dan sekilas kulihat lelahnya menyebrang, tahulah aku anak itu ternyata cacat pada sebelah kakinya, namun tak ada beban dimatanya, beban betapa menderitanya (sebetulnya) dia, saat usia yang sangat dini secara reflek teringat aku pada peristiwa belasan tahun yang lalu saat mendapat kecelakaan dan harus cacat seumur hidup, dan anak itu menderita hal sama denganku saat usia masih sangat dini, kupercepat laju motor, dan langsung masuk rumah, dikamar kutustaskan air mata terbayang sangat jelas saat pertama kali tongkat pesanan (sewaktu dalam perawatan di rumah sakit) tiba dikamarku dan aku pegang, ya Allah !!! tak pernah terbayang, dan terlintas dalam benak hamba harus hidup dalam kondisi pisik yang tak sempurna lagi, aku tak dapat lagi berlari dan berjalan jauh apalagi mengangkat beban berat, ya Allah !! seperti itulah yang kelak akan di alami anak itu. dalam merenung aku berdoa ya Allah tuntunlah anak itu pada jalanMU, pada jalan orang orang yang sukses, Engkau cabut salah satu nikmatMu, maka gantilah ya Allah dengan nikmat yang lebih baik lagi amin.

SHALAT LIMA WAKTU

Diposting oleh Mastindi | 17.58 | | 0 komentar »
Dalam mengertian syar'e " shalat ialah ucapan/doa dan gerakan yang dimulai dengan
Takbir dan diakhiri dengan salam.

Namun shalat tidak bermakna sesederhana itu, karena shalat adalah bagian yang vital dalam pelaksanaan ajaran Islam
bahkan menjadi sendi utama dalam amal, dan merupakan barometer amal yang lain, bila tidak maka pelaksanaan shalat
tak lebih dari sekedar gugur kewajiban.
Sebagaimana telah kita fahami bersama "shalat ialah bagian dari rukun Islam, bila kita sedikit kritis memahami kata
RUKUN (berarti wajib, mesti, harus) dan sesuatu yang bernama rukun berarti sistimatika pelaksanaannya
haruslah berurutan seperti rukun wudhu, rukun shalat, "maka pahamlah kita bahwa shalat sebagaimana yang rasulullah
terangkan dalam rukun Islam sebagai tiang dalam sebuah bangunan rumah , yang dimulai dengan pondasi Syahadat
sebagai aqidah, shalat sebagai tiang, puasa sebagai dinding, zakat sebagai fentilasi dan haji sebagai atap.
Dalam sebuah ayat Allah jelaskan diantara manfaat shalat, "yaitu dapat mencegah dari keji dan munkar , keji mermakna
perkataan dan munkar bermakna perbuatan, dua hal itulah yang mesi ditutupi dengan pelajaran shalat yang dimulai dengan
takbir yang bermakna mengagungkan Allah dalam bentuk baiknya tingkah laku kita, sebagai implementasi hamba yang tunduk
pasrah (yg disimbolkan dgn mengangkat 2 tangan) dan diakhiri dengan salam kekanan dan kekiri merupakan anjuran tersirat "bahwa
kita harus mampu menebarkan kesejahteraan, keselamatan bagi sesama.. (bersambung)

HIDAYAH (Petunjuk)

Diposting oleh Mastindi | 17.57 | | 0 komentar »
Secara etimologi kata ini adalah masdar/akar kata dari hada, yahdi hidayatan dengan makan petunjuk .
Dalam pengertian syar,e kalimat hada mempunyai pengertian, suatu ilham yang

dimasukkan Allah dalam hati hambaNya, dan ulama membagi hidayah kepada 2 bahagian
1.hidayah taufiq 2. Hidayah irsyad wa bayan
Hidayah taufiq ialah ilham yang Allah tautkan pada hati seorang hamba, ditandai dengan tergeraknya hati hamba tersebut untuk melakukan suatu perbuatan baik (kata taufiq bisa juga bermakna kekayaan hati), dan tidak sembarang orang mendapat hidayah seperti ini.,
Adapun hidayah Irsyad (kecerdasan) wa bayan (keingin tahuan agar lebih jelas) adalah petunjuk dalam bentuk teori untuk melakukan suatu hal (dalam hal ini jelas adalah teori dari Allah yaitu al-Qur,an), dan hidayah ini harus dicari, dipelajari sebagaimana firmanNya.
(Sesungguhnya kami telah menunjuki jalan itu, adakalanya kamu syukur dan adakalanya kamu kufur Qs 76/3)
Suatu asumsi terkadang kita dengar dari seorang yang jauh dari mentaati Allah, dia beralasan belum mendapat Hidayah Allah , padahal hidayah itu sudah ada yaitu al-Qur,an,
(itulah kitab tidak ada keraguan di dalamnya , sebagai hidayah/petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa QS 2/2)
Bila kita cermat menelusuri perjalanan Muallaf hingga menemukan jalan Islam, disitu kita bisa memetik suatu pelajaran “ bahwa mereka tidak tiba-tiba ingin masuk Islam, namun melalui penelaahan yang sangat panjang, melalui usaha gigih, mengadakan perbandingan , ringkasnya jalan menuju hidayah itu harus dicari.
Dan hidayah kita selaku Muslim sudah Allah sediakan yaitu “AL-QUR,AN, sebagai konsep hidup seorang ,sebagai hujjah dalam beramal, sebagai rujukan dalam segala hal , sebagaimana yang telah dicontohkan oleh baginda yang mulia Muhammad saw.

ULANG TAHUN ? BUDAYA MANA ?

Diposting oleh Mastindi | 17.56 | | 0 komentar »
Semula orang orang nasrani generasi pertama tidak mengenal upacara ulang tahun, karena mereka menganggap " bahwa pesta ulang tahun itu adalah pesta yang mungkar, dan hanya pekerjaan orang-orang kafir,

seperti yang terdapat dalam Injil Matius
Tetapi pada hari ulang tahun Herodes menarilah anak Herodes yang perempuan, Herodias, ditengah tengah mereka dan menyukakan hati Herodes (Matius 14:6)
Orang orang Nasrani yang pertama kali mengadakan pesta ulang tahun, adalah orang Nasrani Romawi.
Beberapa batang lilin dinyalakan sesuai dengan usia orang yang berulang tahun, sebuah kue ulang tahun di buatnya dan dalam pesta itu kue besar di potong dan lilinpun di tiup.
Lalu kita umat Islam mengikutinya, mengikuti sesuatu yang bukan sunnah, apalagi wajib, bahkan mubahpun tidak, yang ada adalah mungkar, karena hal demikian merupakan peneyerupaan terhadap orang kafir yang jelas dilarang.
(Siapa yang menyerupai suatu kaum maka dia termasuk diantara mereka. al-Hadits)

SARAN DALAM MEMILIH WAKIL

Diposting oleh Mastindi | 17.54 | | 0 komentar »
Pertimbangkan dengan matang saat akan mencontreng

dan masalah hati hanya Allah yang tahu


1.Aqidah orang yang kita pilih
2.Kedekatannya kepada Allah
3.Kedekatannya kepada Rasulullah
4.Tanggung jawabnya kepada keluarga
5.Sifat sosialnya kepada masyarakat
6.Sifat amanah terhadap tugas yang di embannya

Setelah itu kita tawakkal kepada Allah, karena pengetahuan kita tentang orang tersebut sangat terbatas

MAKNA BERSYUKUR

Diposting oleh Mastindi | 17.53 | | 0 komentar »
(Sungguh jika kamu bersyukur akan aku tambah nikmatKu, namun jika kamu syukur adzabKu sangat pedih Qur,an)

Secara etimologi makna kufur mempunyai makna menutupi, namun dalam terminologi syareat makna kufur berarti orang yang mengingkari Allah, baik dalam segi amar/perintah maupun nikmatNYa , kalimat/kata tersebut merupakan lawan kata dari syukur , syukur lisan ialah membaca Hamdalah, dan sukur hati adalah memahami akan hakikat nikmat Allah, adapun syukur arkan berarti, kita harus bertingkah laku sesuai kehendak pemberi nikmat (Wallahu a"lam)