MagzNetwork

Ilmu dan harta

Diposting oleh Mastindi | 18.03 | | 0 komentar »


Ada yang mengatakan ungkapan di atas bukan hadits tapi atsar (ucapan sahabat) bahkan mauedzah nasihat ulama, namun yang jelas secara logika ungkapan tersebut sangat masuk akal bila kita kaitkan dengan fenomena kehidupan kita sehari hari.

Pertama :masalah ekonomi, betapa besar pengaruhnya ekonomi bahkan sebuah negara sehebat apapun bila dilanda masalah ekonomi tingkat kepercayaan masyarakat terhadap sang pemimpin akan anjlok , bahkan keamanan akan tidak stabil, karena kemiskinan terjadi di mana mana.

Adapun dalam skala mikro , betapa banyak terjadinya kejahatan di latar belakangi masalah ekonomi, hancurnya rumah tangga, anak anak yang terlantar bahkan pendidikan yang terbengkalai berpangkal dari masalah ekonomi.

Dalam masalah Aqidahpun nabi sampai berwasiat :

“Kadal faqru ayyakuna Kufra (hampir-hampir kefakiran menjerumuskan kepada kekafiran)
Kedua : pengetahuan. Tidak kalah pentingnya yaitu pengetahuan atau ilmu, karena kebodohan memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap kemiskinan dan  keterbelakangan, karena itulah wahyu yang pertama kali turun ialah, tentang pengetahuan, bahkan yang pertama kali diberikan kepada Adam sebelum diturunkan ke bumi alah pengetahuan, agar Adam dapat mengelola bumi.

Intinya bila seseorang atau sebuah negara kuat dalam dua hal pengetahuan dan ekonomi maka dunia mudah di kuasai.

Lebih penting dari keduanya tentunya ialah akhlaq yang harus menjadi kemasannya.

Pilihan ada setiap saat

Diposting oleh Mastindi | 07.59 | | 0 komentar »

Setiap hari kita selalu dihadapkan dengan pilihan, baik sukarela maupun terpaksa, kita harus memilih, bila mundur kita akan tergilas, bila berhenti kita akan tertabrak .itulah roda kehidupan yang tak pernah mengenal kata berhenti.

Setiap pilihan dengan resikonya sendiri, namun bila pilihan-pilihan tersebut dapat kita prediksi resikonya, pilihlah yang paling sedikit, paling kecil atau ringan resikonya, jangan karena alasan ingin mencoba sebuah tantangan kita jatuhkan pilihan kita kepada sesuatu yang sangat besar resikonya.

Masih banyak hal lain yang harus, atau menanti untuk kita kerjakan, jangan habiskan energi kita hanya untuk mendapat sesuatu yang disebut dengan “kebanggaan, namun tak jelas tujuannya.

Bila kita bimbang dengan beberapa pilihan, Allah telah memberikan solusi, lakukan shalat Istikharah, posisikan diri kita secara netral, jangan dulu condong kepada salah satunya, hingga Allah memantapkan hati kita untuk memilih salah satunya.


Dunia ladang akherat

Diposting oleh Mastindi | 00.09 | | 0 komentar »

Meski ditulis tanpa harkat, siapa pun pasti tahu doa di atas, bahkan hafal, “doa sapu jagat, begitulah dulu ustad saya mengenalkan doa tersebut, sebuah doa yang meliputi segala hal, yakni kebahagiaan di dunia dan kebahagiaan di akhirat.

Dunia merupakan ladang bagi akhirat , dunia adalah tempat kita bercocok tanam, semakin kreatif kita bercocok tanam semakin besar harapan mendapat panen yang melimpah, namun jangan lupa, jangan abai ada hama yang siap menggrogoti tanaman di ladang amal kita, hama itu adalah riya, sum,ah , ‘ujub, takabbur dan berbagai maksiat yang mampu merusak bahkan musnah sama sekali, dalam bahasa al-Qur,annya

“habitat a’maluhum (hapus amal-amal mereka)

Kreativitas dalam berladang yang sebenarnya menunjukkan kecerdasan kita, namun hati-hati kreativitas dalam beramal tidak boleh melewati koridor syareah yang telah Allah tetapkan, itulah yang sering kita kenal dengan bid,ah, yakni menambah-nambah , merubah dan mengurangi sesuatu amalan, dengan anggapan bahwa itu hal yang baik, atau Istihsan (menganggap baik) padahal para sahabat bahkan rasul sendiri tdak pernah memberikan contoh.

Amaliah yang tanpa contoh itulah yang kelak akan menjadi parasit atau benalu, di pohon yang kita tanam, lambat laun benalu tersebut akan mematikan pohon tanpa kita sadari, bahkan begitu samar dan serupanya benalu dengan batang pohon sehingga kita tidak sadar, telah menganggap benalu itu bagian dari pohon tersebut, itulah Bid,ah yang akan mematikan sunnah.

Akherat yang hasanah . tak lepas dari usaha kita sewaktu mananam amal di ladang dunia yang panennya di akhirat, baik dalam berladang, ialah yang baik dan benar menurut si pemberi contoh, yakni rasulullah, bukan baik menurut asumsi atau pendapat kita sendiri, sebab bila kebaikan itu menurut asumsi manusia, maka lama kelamaan Islam akan kehilangan identitas aslinya, karena masing masing akan menganggap amaliahnya lah yang paling baik, karena merasa pintar atau gurunya orang pintar.

tidak ada dua kebenaran , bila ada , maka ada dua kemungkinan, hanya satu yang benar atau kedua-duanya salah.

wallahu a'lam..