MagzNetwork

PAMALI DAN SIKAP ARIF KITA

Diposting oleh Mastindi | 01.34 | | 0 komentar »


Suatu ketika saat sedang silaturrachim ke salah seorang teman mengajar yang kebetulan mempunyai usaha yang sama ,yaitu warung kelontong kecil – kecilan dan kebetulan juga pada malam hari, ada seorang pembeli yang menanyakan silet , apakah boleh dijual ? kalau ada ia mau beli karena sedang butuh sekali untuk suatu keperluan, maka tanpa perasaan ragu langsung ikwan (teman) menjawab Ada !.. maka transaksipun terjadi , setelah selesai dengan agak bercanda saya nyeletuk eh kan pamali ? kata orang tua menjual silet pada malam hari,... hus!... Pamali sudah gak ada yang ada bu(Ibu) mali.


Banyak hal yang bersifat tabu, dan belum dapat kita pahami oleh orang tua kita selalu dibahasakan Pamali, saya tidak faham apa itu yang di maksud dgn Pamali mungkin yang di maksud adalah tabu, atau terlarang, Cuma mereka tidak dapat menjelaskan argumentasi di balik istilah itu.


Orang tua kita mereka adalah orang orang yang bijaksana , bukan pada tempatnya mengatakan mereka kolot atau sindiran lainnya yang tidak etis, karena mereka hidup memang pada jamannya, tapi saya yakin, ada hal baik dibalik istilah itu, yang tak dapat mereka dijelaskan secara logika, maka dgn keterbatasan wawasan mereka yang mampu mereka katakan adalah kata atau istilah itu, bukankah pada masa al-Qur,an diturunkan banyak terdapat ayat, (maaf dengan tidak ada maksud sedikitpun membandingkan) yang pada masa itu belum dapat dijelaskan secara logika, dan baru ditemukan jawabannya sekarang, , mungkin perbedaannya adalah pada ‘ekab atau akibatnya, jika Islam akibatnya adalah siksa atau dosa, maka orang tua kita mengemas istilah Pamali atau tabu bila dilanggar menjadi kualat atau setumpuk mitos yang memang , didasari oleh kepercayaan mereka kepada Animisme atau Dinamesme yang menjadi bagron kepercayaan mereka.


Memang tidak semua istilah Pamali kita dapat tolelir, terlebih bila berkenaan dengan masalah Aqidah , namun selama hal itu masih bisa ditolerir, tugas kitalah mencoba mencari pemahaman dari maksud mereka, sebagaimana tugas kita memahami, ayat-ayat Allah yang berkenaaan dengan fenomina alam.


Jangan duduk di depan pintu , karena tamu yang datang boleh jadi akan mengurungkan niatnya, hal ini masuk di akal terlebih bila cara duduk kita menunjukkan siat tidak welcom atau bersahabat, bukankah Islam menyuruh kita menghormati tamu, yang diawali dengan menjawab salam dengan muka ceria dan mempersilahkan masuk.


Jangan menjual minyak, bila memakai takaran pada malam hari, secara economi ini cukup logis , sebab pada malam hari dengan cuaca dinginnya minyak akan menyusut, dan ini tidak menguntungkan bagi sebelah pihak, yaitu penjual, memang penyusutan tidak banyak, namun bila dalam jumlah besar sangat besar selisihnya dengan takaran pada siang hari.
Dia tas saya hanya menjelaskan dua hal dan masih banyak lagi, sesuatu yang dikaitkan dengan Pamali dapat kita temukan jawabannya secara logika, maka dengan ini marilah bersikaf arif terhadap Istilah-istilah dari orang tua kita. Wallahu a’lam.

ISRA' DAN MI'RAJ

Diposting oleh Mastindi | 01.39 | | 0 komentar »
1. Maha suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya[847] agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.

Tidak banyak ayat ayat Allah yang dimulai dengan kalimat Tasbih, yang mana kalimat ini merupakan suatu Sunnnah dari Rasulullah untuk kita ucapkan manakala ada sesuatu yang menakjubkan terjadi di depan mata kita, wajarlah kalau Allah memulai kalimat tersebut dalam ayat yang menjelaskan kisah perjalanan Rasulullah dari Masjidil Haram di Mekkah ke Masjidil Aqsa di Palestina (yang disebut dengan Irsa,) dan dilajutkan dengan mi’raj ke Sidratul Muntaha atau tempat terujung yang malaikatpun tidak dapat sampai kesana.
Peristiwa Isra’ dan Mi’raj merupakan suatu mu’jizat yang dihadirkan Allah kepada Rasulullah pada saat beliau menghadapi masa-masa yang menyedihkan yang kita kenal sebagai ‘Amul Hazan atau tahun kesedihan dimana pada tahun tersebut belia telah ditinggalkan oleh orang orang yang telah banyak memberikan motivasi dan perlindungan dalam berdakwah, yaitu Istri beliau Siti Khadijah dan Pamannya Abu Talib, mungkin untuk pamannya kesedihan Rasulullah ialah karena pamannya tidak meninggal dalam keadaan Islam, padahal banyak jasa yang telah diberikan dalam dakwah Rasulullah.
Peristiwa Isra’ dan Mi’raj juga merupakan suatu sleksi Keimanan yang terjadi setelah beliau menceriterakan peristiwa tersebut kepada para sahabi dan kaum Muslimin, yang konsekuensinya pada waktu itu seorang Muslim yang masih labil atau belum mantap keimanannya menjadi Murtad, adapun yang tertarbiyah secara baik maka semakin besar KeImanannya, seperti yang terjadi pada golongan sahabat utama, betapa tidak peristiwa tersebut terlebih pada masa itu belum ada teknologi canggih seperti sekarang,merupakan sesuatu yang sangat diluar nalar atau secara logoka betul betul tidak masuk di akal, tapi para sahabat utama yang mengenal secara baik Rasulullah dan dalam keyakinannya, meyakini hal tersebut sebagai suatu peristiwa yang menunjukkan kebenaran status Rasulullah sebagai seorang nabi, dan peristiwa itu adalah masuk dalam kategori yang harus di Imani bukan dilogikakan.
Adapun di antara konsekuensi dari Isra’ dan Mi’raj adalah diwajibkannya perlaksanaan ibadah Ritual sebagai ciri khas seorang Muslim yang kita kenal dengan Shalat yang menjadi sarana hubungan secara vertikal seorang makhluk dengan Khaliknya, betapa sangat urgennya ibadah tersebut sampai sampai dalam kondisi apapun kita tetap di wajibkan melaksakannya, bahkan amal kita yang lain akan menjadi sia-sia manakala ibadah yang satu ini ditinggalkan, bahkan yang perlu kita ingat dengan shalat sabda Rasulullah dalam suah haditsnya.


(Yang membedakan kami dengan mereka/kafir adalah Shalat, siapa yang meninggalkannya maka ia telah kafir)


Di antara kaum muslimin ada yang menjadikan momen tersebut sebagai suatu Syiar, untuk mengingatkan kembali, akan peristiwa tersebut, meski belum pernah ada evaluasi akan tingkat efektivitasnya bila dikaitkan sebagai sarana dakwah, namun yang jelas, penting atau tidaknya peringatan tersebut, kita sepakat, sekecil apapun bila ada celah untuk menyampaikan suatu kebenaran maka jangan kita lewatkan, apalagi dalam Isra’ dan Mi’raj Rasulullah mendapat titah penting yang menjadi suatu amal utama seorang Muslim.
Begitu pentingkah shalat ? sampai Allah memanggil lansung RasulNya, padahal untuk perintah yang lain cukup melalui wahyu yang dibawa oleh malaikat Jibril, banyak hal yang perlu kita dalami untuk memahaminya, namun yang jelas, tak ada satu perintahpun yang bila dilaksanakan akan menguntungkan bagi Allah dan bila ditinggalkan akan merugikan bagi Allah semua perintah dan larangan Allah adalah untuk kemaslahatan manusia semata , wallahu a’lam.