MagzNetwork

Bangga menjadi Muslim

Diposting oleh Mastindi | 15.29 | | 0 komentar »

Islam bukan hanya sekedar Istilah , baik secara lughawi (bahasa) maupun takrif (divinisi)

Islam mempunyai beberapa makna di antaranya, patuh, pasrah, berserah diri dan sejahtera,  seperti pada redaksi ayat pada surat 2 ayat 112, 128, 131 dan beberapa ayat lainnya

namun tidak akan muttashil/bersambung redaksinya manakala manakala dihubungkan dengan ayat ini.

Barangsiapa mencari agama selain AGAMA ISLAM, Maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu)daripadanya, dan Dia di akhirat Termasuk orang-orang yang rugi. (QS 3;85)

Dan ayat ini

pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai ISLAM ITU JADI AGAMA bagimu. (QS 5:3)

satu lagi

Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.(QS 2;208)

sejak Rasulullah di utus Non Muslim juga sudah ada, baik dari kalangan Yahudi maupun Nasrani, karena Yesus diproklamirkan sebagai tuhan lewat konsili Nizea pada tahun 325 M. Jauh Sebelum nabi yang Mulia kita lahir Tahun 570 M. Bahkan ketika “Uzair oleh orang Yahudi disebut sebagai anak tuhan.

Bila kita memahami ISLAM hanya sebatas istilah bahasa, maka sama saja kita menganggap semua agama sama lalu di mana wala atau loyalitas kita .

Padahal ekspansi ke berbagai belahan negeri yang dilakukan baik mulai dari masa Rasulullah masih hidup maupun diteruskan oleh para sahabat adalah mendakwakan Islam, sebagai satu satunya agama,namun bukan berarti memaksa. Apa mungkin nabi salah dalam memaknai Islam dan kesalahan itu terus terwariskan kepada para sahabat, tabi’en dan tabi’et tabien bahkan sampai kepada ulama ulama penerusnya bahkan sampai sekarang...

Saya Muslim saya bangga sebagai Muslim, punya Tuhan  yang tunggal, nabi yang terakhir, kitab yang jelas dan terjaga keotentikannya.

Andai tuhan kita disalib bagaimana nasib kita, menyelamatkan dirinya saja tidak bisa ketika ditangkap di bukit Golgota, bila ia penebus dosa mengapa tidak menyerahkan diri, mengapa dosa harus ditebus bukankah Ia tuhan, yang tinggal menghapus saja dosa hambanya, agar ia bisa tetap hidup sampai sekarang dan kita juga merasakan dapat melihat tuhan.

Andai kitab kita ada perjanjian baru dan lama, ada barnabas  lalu yang mana yang kita ikuti, karena isi tiap kita kontra diktif satu dengan lainnya, bahkan pengarangnya, yohanes, lukas, Matius dan Markus adalah para nabi (menurut mereka)yang hidup tidak sezaman dengan nabi Isa..
Sekali lagi saya bangga menjadi Muslim, bukan hanya sebagai Arkan (berkelakuan), namun sebagai identitas.



Dosamu sebenarnya adalah aib.

Diposting oleh Mastindi | 00.57 | | 0 komentar »

Maka keduanya memakan dari buah pohon itu, lalu nampaklah bagi keduanya aurat-auratnya dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun (yang ada di) surga, dan durhakalah Adam kepada Tuhan dan sesatlah ia. (QS 20;121)

Ayat  di atas mengisahkan keadaan nabi Adam ketika melanggar larangan Allah, untuk tidak mendekati apalagi memakan buah Khuldi, tapi karena tipu daya setan yang terus dilancarkan melalui siti Hawa maka keduanya terjerumus terhadap larangan Allah.

lalu nampaklah bagi keduanya aurat-auratnya, kata aurat boleh jadi adalah pengertian hakiki, yakni aurat yang sebenarnya dengan diperjelas oleh redaksi ayat setelahnya dengan kata “menutupinya dengan daun-daun , karena lenyapnya pakaian ahli surga yang mereka kenakan .

Namun saya memahaminya dari sisi majazinya, AURAT , berasal dari kata “ara, ya’uru, auratan maknanya telanjang, Adam menutupi tubuh telanjangnya tentunya karena rasa malu, perbuatan maksiat yang dilakukan oleh Adam adalah sesuatu Aib, cela yang menimbulkan rasa malu, yang mana sebagai manusia yang telah Allah ciptakan lebih mulia dari makhluk lainnya termasuk Setan masih dapat jatuh kepada tipu daya setan, yang derajatnya berada di bawah manusia .

Intinya dosa atau maksiat sebenarnya adalah sesuatu aib, cela yang seharusnya membuat malu pelakunya, sebagaimana yang dialami Adam AS, namun bagaimana bila maksiat yang dilakukan seseorang tak lagi membuat malu pelakunya ?,. dalam hal ini nabi SAW menjelaskan tentang maksiat atau dosa, ketika seorang sahabat bertanya .

“wahai Rasulullah apa dosa itu ? nabi menjawab

الاسم ما حاك في نفسك وكرهت أن يطلع الناس

Dosa adalah sesuatu yang menggelisahkan hatimu dan kamu malu , tidak suka bila dilihat orang..

Begitulah yang terjadi pada nabi Adam, perbuatan maksiat yang dilakukan telah membuat keduanya seperti telanjang bulat..

Namun dalam keterangan selanjutnya berbahagialah bila rasa malu itu masih ada, karena itu bertanda kita masih punya iman, akan menjadi musibah manakala maksiat yang kita lakukan tak lagi membuat kita gelisah, hilanglah rasa salah dan berdosa ,hingga akhirnya kita berbuat dosa merasa tidak bersalah..
Hingga akhirnya nanti enggan bertaubat.//. Naudzu billah.

Menjaga lisan ciri Mukmin

Diposting oleh Mastindi | 23.15 | | 0 komentar »

والذين هم عن اللغو معرضون
dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna,(QS 23;3)
lanjutan dari artikel SEBELUMNYA
Ciri orang beriman selanjutnya adalah meninggalkan ucapan sia-sia “Ucapan sia-sia , artinya yang sia-sia saja ia mau tinggalkan, padahal secara syar’e mubah, apalagi yang keji, karena memang seorang Mukmin akan selalu berhati hati terhadap hal yang tidak memberi manfaat, apalagi jika sampai mendatangkan mudharat baik bagi dirinya maupun terlebih kepada orang lain sebagaimana yang di tausihkan baginda yang mulia (potongan haditsnya)
“jika kamu beriman  kepada Allah dan rasulNya hendaklah berkata yang baik atau diam..(al-hadits)
Menjaga lisan adalah implementasi dari pelaksanaan shalat , yakni “Tanha anil fahsha wal mungkar, Fahsya berarti kata-kata tak senonoh baik berupa umpatan, makian hinaan , celaan, kotor maupun kata yang tak pantas lainnya.
Seorang Mukmin, yang senantiasa menjaga posisinya dalam koridor yang diridhai Allah tentu yakin , ‘bahwa tidak ada satu huruf/lafadz yang luput dari pengawasan Allah, sebagaimana firmannya.
ما يلفظ من قول إلا لديه رقيب عتيد
Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir. (QS 50;18)
Bahkan nabi menjamin dengan sebuah haditsnya
Salamatul insan li hifdzil lisan (selamatlah manusia bila mampu menjaga lidahnya)
Ada beberapa dosa yang disebabkan lidah, dari gihab, fitnah, adu domba, ucapan keji kotor, mengumpat dan beberapa hal lagi yang mengakibatkan pelakunya terjerumus ke dalam neraka, masihkah kita tetap mengumbar ucapan sia-sia atau malah lebih mudharat lagi..ingat !.. semakin banyak kita bicara semakin banyak kita bersalah, dan semakin tahulah orang siapa kita,. Dari ucapan kita boleh jadi kata kata tak senonoh, bohong dan berderet deret hal negatif lainnya, yang menjadi menghalang kita menuju surganya..

Ciri Mukmin

Diposting oleh Mastindi | 20.03 | | 0 komentar »

1. Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman,
2. (yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam sembahyangnya,
3. Dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada   berguna,
4. Dan orang-orang yang menunaikan zakat,
5. Dan orang-orang yang menjaga kemaluannya,
6. Kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki Maka Sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada terceIa.
7. Barang siapa mencari yang di balik itu  Maka mereka Itulah orang-orang yang melampaui batas.
8. Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya.
9. Dan orang-orang yang memelihara sembahyangnya.
10. Mereka Itulah orang-orang yang akan mewarisi,
11. (yakni) yang akan mewarisi syurga Firdaus. mereka kekal di dalamnya. (QS 23: 1 s/d 11)

Maha suci Allah yang merangkai susunan ayat-Nya begitu indah dan sempurna, dalam ayat ayat di atas Allah tidak menerangkan apa keberuntungan menjadi orang beriman, namun menjelaskan sifat-sifat dan ciri-ciri orang yang beriman, dengan mengetahui sifat dan tanda, maka kita senantiasa berupa menempatkan diri dalam koridor yang Allah kehendaki agar kita senantiasa berada pada posisi makhluk yang mendapat nikmat terbesar dalam hidup yakni “IMAN.,

Ciri pertama ialah orang yang khusyu dalam shalat. Khusyu baik dalam segi teknis kaifiyah shalat, yakni tumakninah, dan khusyu dalam mengaplikasikan nilai shalat dalam kehidupan nyata seperti yang Allah jelaskan pada ayat berikut ini.
45. Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. dan Sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu',
46. (yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya. (QS 2:45,46)

Lalu sejauh manakah tingkat kekhusyuan kita dalam shalat ? jawablah dengan hati nurani yang jujur dan ikhlas,. Buatlah standarnya agar kita bisa mempertahankan dan meningkatkan amaliyah shalat kita, sehingga tujuan pelaksanaan shalat “tanha ‘anil fahsha wal mungkar dapat tercapai, meski relatif.

Selamat mengukur diri sejauh mana kita menjadi mukmin dalam penilaian Allah..insya Allah bersambung.



Pesan yang terputus

Diposting oleh Mastindi | 23.39 | | 0 komentar »

Di ceriterakan dari Ummu Hisam “ bahwa Rasulullah SAW selalu membaca setiap jum,at di atas mimbar surat “Qah, wal Qur,anil masjid. ketika berkhotbah pada orang banyak.

Hadits terdapat dalam kitab bulugul maram min adillatil ahkam bab Jum,at .

Bila kita memahami hadits tersebut dari sisi dakwah maka kita dapat mengambil dua pelajaran.

Yang pertama dari segi waktu dakwah memang harus berkesinambungan /marathon agar pesan ajaran Islam sampai kepada manusia seberapa pun jauhnya generasi pengikutnya.

Yang kedua materi dakwah yang diajarkan oleh Rasulullah selalu paralel, sehingga dalam sebuah haditsnya sahabat menceriterakan rasul sering mengulang ulang materinya, sampai kami para sahabat memahaminya dengan baik .

Konsep dakwah yang telah diajarkan oleh yang mulia inilah yang tidak banyak dicontoh oleh para da’i sekarang, dakwah terkesan bersifat instan, materi bukan tarbiyah yang bersifat pembinaan , namun tak jauh dari materi tablig, bahkan di majlis taklim pun pola berdakwah tablig masih banyak terjadi.

Masih ingat saat menjelang pilkada, di Masjid dekat rumah , begitu bagusnya materi kutbah yang disampaikan, benar benar menyentuh bukan hanya materinya yang aktual, tapi akurasi penyampaiannya yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat, yakni memilih pemimpin yang Muslim , sampai-sampai para ibu-ibu yang tidak mengikuti shalat jum,at ikut perduli mendengarkan bahkan bertanya kepada saya hukum memilih pemimpin dalam Islam. Namun sayang, tidak adanya system kerja sama yang baik antar Khotif membuat target yang diinginkan Khotif pertama boleh dibilang gagal total. Hal ini terjadi karena pada saat yang seharusnya begitu tepat, khotif yang mengisi jum,at selanjutnya materinya tidak paralel sama sekali dengan khotif sebelumnya.

Ini hanya sebuah visual micro dari kondisi dakwah yang carut marut, kalau tidak bisa dikatakan tabrak lari, di mana saat para jamaahnya begitu antusiasnya dengan materi sesuatu khotbah yang benar benar mereka butuhkan, saat ghirah mereka begitu tinggi melakukan amaliyah, tidak ada yang melanjutkan untuk memberi arahan yang lebih fokus.

Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.(QS 103;3)

Dalam ayat di atas ada dua hal yang kita perhatikan dalam berdakwah

Pertama kebenaran atau al-Haq adalah tujuan yang prinsip dalam dakwah.

Kedua sabar adalah strategi dalam menyampaikannya.kesabaran dalam menyampaikan al-haq sangat diperlukan bahkan menjadi faktor tertinggi dalam menyampaikan sebuah pesan, seperti yang pernah dicontohkan oleh Rasulullah.

Kebebasan

Diposting oleh Mastindi | 07.40 | | 0 komentar »

Mukhtarul hadits no 12
“datang Jibril kepadaku, lalu berkata “hai Muhammad hiduplah sesukamu, tapi ingat kamu akan mati, cintai harta sesukamu tapi ingat kamu akan berpisah dengannya, berbuatlah sesukamu tapi ingat pasti akan di balas ketahuilah kemulyaan seorang Mukmin adalah bangun malamnya, dan kekuatannya adalah mandirinya dari manusia.

Dalam hadits di atas hakikatnya Allah mengajarkan kepada kita melalui Jibril,dengan Rasulullah sebagai wasilahnya, apa yang disampaikannya sebenarnya adalah simbol realita dari wujud kesempurnaan manusia yang diberikan Allah kepada kita, yakni kebebasan dalam memilih jalan hidup, itulah sebabnya Allah memberikan kepada kita/manusia dan Jin (sebagai makhluk mukallaf) akal dan hawa nafsu, akal untuk berfikir adapun hawa nafsu sebagi motorik untuk memotivasi akal meraih sebuah target .
Allah berfirman

فمن شاء فليؤمن ومن شاء فليكفر

Siapa yang mau beriman maka berimanlah dan barang siapa yang kufur maka kufurlah (QS 18;29)

Tinggal kita selaku manusia kebebasan macam apa yang ingin kita ambil dan tempuh, kebebasan tanpa batas atau kebebasan dalam bingkai syariah.

Bila kebebasan tanpa batas yang akan kita tempuh , padahal sebenarnya “semakin kita merasa bebas maka kita semakin merasa terbatas, karena kebebasan bersifat relatif, berbeda tiap individunya tergantung dari berbagi sisi kemampuan yang dimiliki setiap orang.

Adapun kemuliyaan kita sebagai mukmin terletak kepada ketaatannya kepada Allah, yang disimbolkan dengan bangun malamnya di saat di mana banyak orang terlena dengan mimpi, dari letih, lelah dan lesunya sebagai konsekuensi aktivitas siang harinya

Artinya, ketika banyak manusia terlena dibuai dengan keindahan semu duniawi sibuk mengejar prestasi sibuk mengabgret citi-cita dunia kepada yang lebih tinggi , bahkan merasa tidak nyaman saat ada yang menyaingi, padahal harta duniawi ibarat air laut semakin diminum semakin haus maka semakin kering tenggorakan, namun di saat saat seperti itu seorang Mukmin tetap mengikatkan hatinya kepada Allah. Setiap yang diperbuatlah selalu dalam kehati-hatian dan di iringi pertanyaan dalam hati “apakah Allah ridha dengan ini ?

Yang terakhir keperkasaan seorang Mukmin adalah mampunya hidup mandiri, tidak cengeng, namun bukan berarti tidak butuh pada orang lain karena manusia adalah makhluk sosial, artinya sesuatu target yang ingin dia raih sedapat mungkin dilakukan sendiri, sehingga saat target yang dituju dapat diraih tak perlu ada yang mengatakan “kalau bukan bantuan saya, kalau tidak ada saya.

mengambil bagian hewan kurban

Diposting oleh Mastindi | 21.26 | | 0 komentar »

Seorang ibu yang berkurban pernah bertanya , apa benar kalau kita kurban lalu mengambil sebagiannya, seperti kaki, kelak hari kiamat hewan itu akan datang menjemput kita dalam keadaan tidak punya kaki ?

Memang ada sebuah hadits yang mengatakan hewan yang dikurbankan kelak akan menjemput pekurbannya menuju padang mahsyar.

Apa yang di kwatirkan ibu tersebut sebenarnya hanya logika manusia, karena yang sampai kepada Allah bukan daging & darahnya namun ketaqwaannya (QS 22;37) lagi pula juga tidak mungkin seekor sapi akan dinaiki ber 7 kalau logikanya seperti itu.

Adapun pekurban di sunnahkan oleh Rasulullah untuk mengambil sebagian dagingnya, dalam tafsir Ibnu katsir ¾ , adapun dalam Jalalain “IN SYI”TA (bila mau) hal ini agar kita tidak Tashabbuh (menyamai) orang-orang kafir, karena orang kafir bila berkurban mereka memberikan keseluruhannya.
Berbeda halnya bila kita memang tidak doyan, atau ingin memberikan keseluruhan daging hewan karena berkurban di tempat jauh , atau kita ingin memberikan agar lebih banyak mustahiq yang terjangkau oleh hewan kurban kita, asalkan jangan ada keyakinan seperti di atas.

Berbeda dengan zakat Fitrah yang harus di bagi habis, maka zakat maal dari Muzakki dibutuhkan pengelolaan yang profesional, itulah sebabnya untuk mengelola zakat maal berbeda dengan mengelola zakat fitrah, untuk zakat fitrah yang sifatnya insidental cukup dibentuk sebuah kepanitiaan, namun untuk mengelola zakat maal diperlukan sebuah tim yang berkelanjutan dengan tugasnya masing-masing karena masa kerjanya tanpa batas yakni selama donasi terus mengalir baik saldo maupun sirkulasinya.

Zakat maal harus dikelola sedemikian rupa agar bisa memberi manfaat yang seluas luasnya bagi masyarakat, jika tidak darurat penyaluran zakat maal tidak boleh bersifat konsumtif tapi produktif yakni dengan memberdayakan masyarakat sekitar dengan sesuatu usaha yang bisa meringankan beban ekonominya tentunya dengan survai dan pelatihan pelatihan yang di biayai oleh lembaga Zis dengan orientasi, “menjadikan mustahiq tahun ini menjadi muzakki tahun depan.

Pengelolaan zakat yang amanah,profesional dan transparan akan merangsang para muzakki untuk kembali menitipkan zakat maalnya pada lembaga Zis, dengan demikian kesenjangan sosial antara du’afa dan aghniya tidak terlalu lebar.

Bahkan sebuah lembaga Zis yang sudah berjalan baik dapat memberikan kesejahteraan sebagai kompensasi untuk pengelolanya yang menjadi bagian dari 8 golongan (QS 9;60) yakni “amilin baik dalam bentuk insentif/penggembira maupun gaji tetap, hal ini tidak mungkin terealisasi manakala Zakat hanya dikelola ala kadarnya atau pengeluarnya bersifat konsumtif.

Tidak jarang Sebagian masyarakat menyerahkan zakat maal sendiri kepada mustahiq, meski hal ini tidak buruk namun sebagian besar zakat yang sudah berupa bingkisan hanya dapat membantu sementara saja karena tidak bernilai produktif, selain itu kecenderungan terkena penyakit riya, sum,ah maupun ‘ujub sangat besar karena penyerahannya tanpa perantara dan yang terakhir adanya perasaan berhutang budi bagi mustahiq terhadap muzakki tidak terhindarkan, padahal mustahiq bukan mendapat bagian hartanya melainkan menerima haknya yang Allah titipkan pada aghniya..

Pengalaman mengelola Zis meski hanya sebagai tukang catat...

Argumentasi sederhana.

Bahkan begitu sederhana hingga kita tidak perlu menjawab karena sejak lahir pun kita sudah Islam , yakni bertauhid kepada Allah..

“ Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah aku ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuban kami), Kami menjadi saksi". (kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya Kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)",(QS 7;172)

Selain itu...

Islam adalah agama samawi dari Allah.. pencipta alam semesta orang kafir pun mengakuinya .

“ Dan Sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka: "Siapakah yang menjadikan langit dan bumi dan menundukkan matahari dan bulan?" tentu mereka akan menjawab: "Allah", Maka betapakah mereka (dapat) dipalingkan (dari jalan yang benar).(QS 29;61)

Yesus, “Uzair,pendiri agama Budha, tidak mungkin !..karena mereka ada SETELAH alam ini ada..

Allah tetapkan (aturan aturannya) syareatNya dalam kitab suci, yakni al-Qur,an. Dan Allah tetapkan nama agamanya yakni Islam.. (silahkan lihat surat 5 ayat 3)..

Bila kita yakin, Allah yang menciptakan kita & Alam ini tentu kita yakin hanya Allahlah yang tahu persis bagaimana merawat ciptaannya , maka Allah keluarkan buku panduannya yang kita kenal dengan al-Qur,an.

Saat anda membeli (contoh) Hp merk Nokia.. tentu anda akan mendapat buku panduan dari produsennya , yang berisi cara merawat ponsel anda sesuai standar nokia... dan saya yakin anda akan protes manakala mendapat buku manual dari Samsung..

Senang menerima kebaikan orang lain..

Diposting oleh Mastindi | 00.57 | | 0 komentar »

Rukhsah, maknanya adalah dispensasi atau keringanan dalam menjalankan ibadah saat seorang mendapat udzur syar’e yang menghalangi kesempurnaan beribadah saat ditunaikannya

Dalam bulughul maram bab “shalatnya musafir dan orang sakit, pada salah satu haditsnya ada yang berbunyi “Allah senang seorang hamba menerima rukhsahNya sebagaimana ia senang hambanya membenci maksiat.

Rukhsah adalah adalah wujud lain dari kasih sayang Allah, dalam makna yang lain bisa di artikan Rukhsah adalah kebaikan Allah yang diberikan kepada hambaNya. Tapi posting ini bukan rukhsah dalam terminologi fiqih, tapi saya alihkan kepada..

Saat seseorang dengan keikhlasan hati menawarkan budi baiknya kepada kawan atau kerabatnya, yang semata-mata ikhlas demi mengharap ridha Allah, lalu kita mengabaikan kebaikannya, yang andai kata kita pedulikan, berapa banyak manfaat yang kita peroleh , bukan hanya terjalinnya harmonisasi hubungan sosial, dengan terjadinya silaturrachim, namun juga pahala yang kita peroleh karena menyambut kebaikan yang ditawarkan oleh orang lain merupakan ibadah.

Sebagaimana dalam sebuah hadits “apabila kamu di undang dalam sebuah walimah maka datangilah..

Walimah, maknanya secara umum adalah pesta, tentunya yang dimaksud bukan pesta ma’siat.. saya ambil contoh saat kita diundang dalam iftar jama’e (buka bersama) syukuran atas sesuatu nikmat yang diperoleh.. atau yang semacamnya.

Betapa banyak alternatif saat kita mendapat jalan yang buntu untuk menjalin silaturrachim... namun sangat disayangkan,kita tak pernah jeli, kurang peka,mengapa sahabat kita atau saudara kita mesti menempuh jalan yang tidak biasa untuk menjaga tali silaturrachim agar tetap terjaga, rasa sensitivitas kita seakan berubah menjadi baal /kebal, saat silaturrachim ingin di jalin dalam suasana yang lain.

Fakir dan Kafir

Diposting oleh Mastindi | 00.52 | | 1 komentar »

KADHAL FAKRU AN YAKUNA KUFRAN (hampir saja kefakiran menjerumuskan kepada kekafiran)

Al-fakru meski secara kalimat ma’rifat (khusus) namun secara makna adalah umum, Fakir adalah “ketiadaan sesuatu, boleh jadi fakir ilmu, fakir pengalaman, fakir informasi, fakir etik atau fakir budaya dan fakir harta. Dan semua kefakiran tadi akan menjerumuskan pemiliknya kepada kekafiran baik kafir secara maknawi maupun kafir secara istilahi.

Orang yang fakir ilmu, ia akan berbicara dan berbuat cenderung di luar perhitungan logika sehat, yang pada akhirnya membuat akal sehatnya menjadi tertutup, tidak ada yang dapat dibanggakan dari dirinya, tidak ada nilai plus, tidak kreativitas yang bisa dihasilkannya.

Orang yang fakir informasi , akan merasa seolah tertutup dari dunia luar, berbeda dengan orang kaya informasi,. Meski berada dalam rumah terasa berada di dunia luar.

Orang yang fakir etika, ia akan merasa ucapan dan tingkah lakunya sudah benar, ia tidak sadar di dunia mana ia berada, yang dalam sebuah ungkapan di sebutkan “di mana bumi di pijak di sana langit dijunjung, ia mengingkari budaya atau etika sekitar.

Yang terakhir fakir harta, masalah ekonomi yang menghimpit kehidupan seseorang tidak jarang cenderung menjerumuskan diri orang tersebut kepada sesuatu sikap di mana ia terpaksa atau suka rela melakukan sesuatu yang bertentangan bahkan menutupi nuraninya, lebih fatal lagi menutupi keimanannya , itulah yang disebut kafir secara istilahi, adapun kafir secara maknawi, adalah menutupi.


Dalam ilmu fiqih kita mengenal beberapa hukum sesuatu baik berwujud amaliyah, maupun bendawiyah ‘hukum taklifi namanya, yang terbagi dalam lima kategori, yakni 1. Wajib atau rukun (dalam kajian yang lebih dalam wajib dan rukun berbeda), 2. Sunnah atau anjuran, 3. Mubah atau halal, 4. Makruh, 5. Haram.

Lalu bagaimana bila hukum tersebut di transformasikan kepada eksistensi atau keberadaan manusia ?

1. Manusia wajib , yakni seorang manusia yang keberadaannya sangat dibutuhkan yang dalam banyak hal, baik tenaga, pikiran, dana maupun waktunya bahkan yang lebih dari itu, begitu urgen keberadaannya yang andaikata jasanya bisa di beli, orang akan membayar berapa pun .

2. Manusia Sunnah, adalah manusia yang keberadaannya juga sangat dibutuhkan , namun masih bisa tergantikan oleh yang lain, atau absennya masih dapat dicari alternatif penggantinya.

3. Manusia mubah adalah manusia yang ada atau tidaknya tidak banyak membawa arti, karena ke tidak adaan manfaatkan dalam kehadirannya, atau seperti pepatah Arab “ WUJUDUHU KA ‘ADAMIHI (adanya seperti tidak adanya)

4. Manusia makruh adalah manusia yang keberadaannya tidak begitu disukai bahkan cenderung orang berharap agar dia tidak ada bersama sama mereka.

5. Manusia haram adalah manusia yang sama sekali orang tidak pernah berharap kehadirannya, baik pemikiran, tenaga maupun sumbangan morilnya.

Bagi seorang Muslim yang taat kepada Allah dan senantiasa menjaga dirinya dari hal-hal yang dilarang-Nya, tidak perlu risau dengan kondisi lingkungan yang dihadapinya, sebab situasi yang di mana kita seolah terproteksi berada pada salah satu yang lima tergantung siapa yang menciptakan kondisi tersebut, beruntunglah bila lingkungan tersebut sangat kondusif dengan keimanan kita, karena pengaruh positif dari orang-orang beriman yang tinggal di situ, namun bila lingkungan tidak kondusif dengan ke iman kita tentunya tidak harus membuat kita menjadi larut dalam lingkungan tersebut, dengan asumsi agar kita diterima dan menjadi bagian atau menjadi sesuatu yang berarti bagi lingkungan tersebut, jadilah diri kita tetap yang sebenarnya yakni seorang Mukmin meskipun kita menjadi manusia yang tidak dibutuhkan atau bahkan manusia haram, namun haram dikalangkan pelaku maksiat.

Sebagai seorang Mukmin, tunjukkan sikap istiqamah kita, dan bila mampu kita bukan menjadi bagian dari mereka tapi upayakan mereka atau sebagian mereka menjadi bagian dari kita, rubahlah !.. setidaknya warnailah..

Nabi bersabda “KHAIRUNNAS MAN ANFA’UN NAS (sebaik-baik manusia ada;lah yang bisa memberi manfaat bagi manusia yang lain)

Ilmu adalah amanah

Diposting oleh Mastindi | 00.56 | | 0 komentar »

“Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya kepada manusia dalam Al Kitab, mereka itu dilaknati Allah dan dilaknati (pula) oleh semua (makhluk) yang dapat melaknati, (QS 2; 159)

Membaca terjemah ayat di atas mengingatkan saya sewaktu mengikuti Training mengajar untuk kelas TPA dan tahassus, waktu itu rasanya tidak mungkin saya bisa mengajar dengan minimnya pengetahuan agama yang saya miliki, namun ternyata dengan mengajarlah beberapa hal yang dapat saya peroleh di antaranya bertambahnya ilmu yang saya miliki secara autodidak hal ini karena tantangan dalam mengajar menjadikan saya mau tidak mau harus belajar lebih dalam lagi, baik melalui guru atau ustad yang rutin 3 kali seminggu memberikan bimbingan masalah aqidah juga belajar mendalami bahasa Arab kurang lebih selama 5 tahun di sebuah pesantren dengan cara pulang pergi setiap hari kecuali hari Jum,at dan Minggu dari jam 1 siang s/d jam 5 sore.

Ilmu , bukan hanya sebuah kosakata, namun sebuah ungkapan dengan makna mengetahui, karena itulah seilmiyah dan sebagus apapun sebuah buku, tidak dapat disebut sebuah ilmu atau pengetahuan melainkan sekedar kumpulan huruf yang menjadi kata lalu di rangkai menjadi sebuah kalimat, yang setelah disusun sedemikian rupa oleh ahlinya maka menjadi sebuah buku yang punya nilai tinggi.

Bahkan al-Qur,an pun akan hanya tinggal tulisannya manakala tak ada kepedulian bagi ummat ini untuk mendalami isinya.

Nah .. baru dikatakan ilmu manakala sudah terhujam jauh ke dalam hati dalam bentuk pemahaman. Seperti doa kita

“RABBI ZIDNI ILMU WAR ZUQNI FAHMA (Ya Allah berikan kami ilmu dan pemahaman yang mudah)

Adapun Faham adalah modal untuk kita mengajar, dengan faham (setelah kita tahu) akan menjadikan lebih mudah dalam menyampaikan.

Ke seimbangan dalam hidup

Diposting oleh Mastindi | 00.52 | | 0 komentar »
Di suatu pagi saat pulang dari pasar, saya 2 kali saya harus berbalik arah, pasalnya jalan di proboden dengan bangku, intinya tidak boleh lewat, jalan ditutup karena sedang dimanfaatkan warga untuk sesuatu hal, bagi saya bukan lantaran jalan ditutup yang menjadi ibrah, tapi penyebabnya yakni yang pertama karena ada yang meninggal yang kedua karena ada yang hajatan .

2 peristiwa yang bertolak belakang suasananya, yang pertama sedang berduka cita, yang kedua sedang bersuka cita, bahagia dan derita itulah romantika hidup yang bisa menimpa siapa saja, apa dan bagaimanapun status sosialnya.

Beberapa waktu ini kita dihebohkan dengan berita tentang merajalelanya binatang sejenis kumbang yang dikenal sebagai “Tomket, hewan ini konon katanya bisanya lebih ganas dari ular berbisa, saya tidak paham bagaimana penjelasannya , tapi tidak mematikan, hewan ini sebenarnya kawan petani dan hidup di ladang maupun sawah, musuh atau pemangsa hewan ini adalah Tokek sejenis cecak besar sebesar kadal yang berwarna belang, tapi sekarang tokek sudah langka karena diburu manusia lantaran harga hewan ini baik daging maupun kulitnya melonjak mahal, lalu akibat pemangsanya musnah maka yang terjadi populasi tomket meledak tanpa kendali dan bertebaran hingga ke perkotaan.

Apa korelasi yang dapat kita petik dari cerita di atas ? tentang keseimbangan alam !, ada kelahiran , ada kematian , meski kelahiran tidak serta merta dapat menggantikan kehidupan yang telah tiada namun kehadirannya dapat menggantikan setidaknya secara kwantitas, mungkin dan mungkin kelak kehadiran manusia baru akan membawa manfaat yang lebih besar dari kematian beberapa tahun bahkan puluhan tahun sebelumnya.

Manusia tak pernah tahu apa hikmah dibalik sebuah peristiwa melainkan perjalanan waktu yang menjawab , atau bahkan mungkin tak dapat terjawab kecuali oleh orang yang arif dalam memandang kehidupan.

Namun sebagai Muslim kalaupun kita tak dapat menjawab hikmah di balik sesuatu peristiwa, dengan ke Imanan kepada Allah hati akan menjawab semua hal dengan keyakinan kita akan kitab sucinya.

“(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka. (QS 3;191)

Wallahu a’lam bissawab.

Etika dalam berpromosi

Diposting oleh Mastindi | 00.36 | | 0 komentar »
Dan jangan sekali-kali kamu mengatakan terhadap sesuatu: "Sesungguhnya aku akan mengerjakan itu besok pagi,(QS 18;23)

Tentang Janji..itulah yang di ungkapkan ayat tersebut, sangat sederhana namun mempunyai makna yang sangat luas.

Sebagai pedagang saya sering berinteraksi dengan berbagai macam watak dan karakter manusia, baik yang berkenaan hubungannya antara pengecer dengan agen maupun pedagang dengan pembeli , sebagaimana layaknya pembeli, dan memang hak mereka untuk bertanya tentang kualitas atau mutu sesuatu barang yang saya jual, mereka sering bertanya keampuhan sesuatu obat atau kosmetik atau kecanggihan dan ketahanan barang Electronic , maka tak jarang kita , atau anda bila berprofesi pedagang akan menjawab, dengan jawaban yang mudah “biasanya berdasarkan pengalaman dan logika bila harganya mahal kemungkinan besar barangnya bagus atau awet, padahal pengalaman juga yang membuktikan ,bagusnya sesuatu barang, katakanlah obat atau kosmetik, tidak melulu karena mahalnya tapi cocok atau tidaknya , adapun Electronic lebih tergantung kepada perawatan dan skill bagi penggunanya. Namun apapun itu, keterangan yang kita sampaikan kepada konsumen bukanlah merupakan janji akan cocok atau awetnya sesuatu barang, tapi hanya sekedar penjelasan yang sifatnya standar.

Promosi ....saat kita membuka halaman Web atau situs hampir sebagian besarnya disertakan iklan berbagai macam produk dari kebutuhan pokok s/d kebutuhan ekstra , namun yang membuat hari miris adalah penyampaian janji yang terlalu muluk dan cenderung mengabaikan etika kesopanan / yakni seolah hanya jualannya yang bagus bermutu dan terjamin keampuhannya, yang lain seolah , maaf ,“sampah. Ungkapan ini saya kutip dari morabby saya yang menyoroti perang iklan di televisi yang sekarang menjalar ke dunia maya. Tidak bisakah bersaing secara sopan dan sehat, dalam arti kata tidak menjatuhkan saingan , yang boleh jadi juga saudara kita se iman yang juga mencari nafkah halal melalui dagang langsung (Online), atau apakah memang ini dari strategi marketing atau pemasaran ?

Dalam hal ini saya jadi teringat pengalaman saya sendiri saat bertanya kepada agen peralatan listrik tentang merek sesuatu barang karena banyak produk serupa dengan harga yang terpaut jauh, apa jawabnya ? “Wah !..saya tidak bisa menjamin barang buatan orang, kita bilang bagus kenyataan banyak yang di retur (dikembalikan) karena mudah rusak padahal mahal, kita bilang jelek bayak yang suka, kalau mau, beli saja yang ada garansinya ,, begitulah jawabannya, sebagai pembeli tentu kita bingung dengan jawaban tersebut, dalam hal ini mungkin sebuah ungkapan yang menjadi semboyan dari sebuah pabrik kaos di Jogja bisa kita jadikan pegangan , yakni “Barang bagus tidak murah, barang murah tidak bagus, memang sadis istilah ini tapi itulah umumnya realita di lapangan.

Sebagai pedagang, apa yang di sampaikan oleh agen listrik bahkan juga hal serupa pernah disampaikan oleh agen kosmetik dan obat saya, bagi saya adalah sesuatu kejujuran , bukan melempar tanggung jawab atau cari selamat, tapi apa yang mereka lakukan adalah ketidak inginan di komplain manakala ada masalah atau kendala bahkan ketidak cocokan terhadap barang yang mereka jual kepada konsumen, bila kita mempromosikan barang dagangan terlalu berlebihan.

Beberapa hari yang lalu karena juga menjadi kegiatan sampingan , yakni membuka service leptop dan komputer, seorang pelanggan bertanya setelah komputernya selesai diperbaiki,

Konsumen , berapa lama komputer di warnet kakak ini pakai

Saya , sudah tiga tahun lebih

Konsumen , waduh ! saya baru satu tahun sudah dua kali ganti metherboat, padahal kan disisni hidup lebih dari 12 jam, gimana caranya supaya awet ? merek apa matherboatnya ?

Saat itulah saya bingung , saya hanya menjawab “merk nomor dua yang penting perawatannya, setelah itu saya menerangkan cara perawatannya, dan hadwer serta sofwer apa saja yang harus di pasang dan sedikit kegunaan serta penggunaannya.

Hal seperti ini sering saya ajarkan kepada istri saat menerangkan tentang mutu obat dan kosmetik yang kami jual, yakni intinya, bukan pada mahalnya, tapi pada kecocokan dan kepatuhan pada aturan pakainya, menurut saya hal ini sangat penting agar konsumen tidak termakan oleh promosi yang berlebihan bahkan boleh jadi menyesatkan.

Sugesti... atau ungkapan yang menjadi pendorong/penyemangat terhadap seseorang dalam memakai sesuatu produk itu memang penting ,tapi lebih penting lagi menjaga etika dalam promosi, dan kejujuran juga merupakan aset atau modal dalam berbisnis karena dari hal itulah muncul kepercayaan dan itulah yang mahal.

Terbatasnya akses konsumen terhadap bahan baku sesuatu barang, hingga berapa modal pokok sesuatu produk jangan jadikan kesempatan untuk mengeruk keuntungan sebanyak-banyaknya, memang dalam akad jual beli syaratnya “adanya saling ikhlas , namun sebagai muslim , mengutamakan sifat taawwun apalagi terhadap barang kebutuhan pokok seperti makanan atau obat , adalah sifat mulia, tentunya tanpa harus merugikan kita.

Begitu bukan !...

Ghibah yang boleh

Diposting oleh Mastindi | 00.20 | | 0 komentar »

Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. (QS 49;12)

Ghibah adalah akar kata atau Masdhar dari kalimat Ghaba , yaghibu, ghaibah yang artinya “ tidak ada , adapun secara istilah “ghaibah adalah membicarakan orang ketiga diluar mutakallim (pembicara) dan Mukhatab (lawan bicara), adapun konotasi ghibah adalah negatif karena yang dibicarakan adalah aibnya.

Dalam sarah bulugfhul maram (subulus salam hal 192 juz 2 /kitab al jami’)

Dari Abu Hurairah ra Rasulullah saw bertanya kepada para sahabatnya ‘ Tahukah kalian apa ghaibah itu, para sahabat menjawab “ Allah dan Rasulnya yang lebih tahu, nabi menjawab ucapanmu terhadap saudaramu dengan apa yang tidak ia suka itulah Ghaibah, bagaimana pendapatmu bila sesuai dengan yang aku ucapkan , jika benar itulah ghibah namun bila tidak itulah dusta/fitnah HR Muslim.

Dari hadits di atas jelaslah konotasi ghibah adalah membicarakan aibnya atau celanya.. lalu adakah ghibah yang boleh, dalam sebuah ayatnya Allah berfirman

لا يحب الله الجهر بالسوء من القول إلا من ظلم وكان الله سميعا عليما

Allah tidak menyukai Ucapan buruk (yang diucapkan) dengan terus terang kecuali oleh orang yang dianiaya, Allah adalah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.(QS 4;148)

Ada beberapa golongan yang boleh dibuka aibnya atau membuka aibnya

1. Saksi dipengadilan wajib membuka kejahatan tersangka

2. Orang yang dzalim agar orang lain terhindar dari kedzalimannya

3. Orang yang meminta fatwa tentang kedzaliman orang lain pada dirinya meskipun keluarganya

4. Mengadukan seseorang agar diberi nasihat supaya kembali ke jalan yang benar

5. Orang yang terang terangan berbuat bid,ah

6. Orang yang ditugaskan utk melihat calon yang akan di khitbah

Ke enam hal tersebut dibolehkan menurut syara’ karena kepentingan informasinya dan manfaat yang didapat baik oleh yang bersangkutan, orang yang memerlukan informasi seperti hakim dan keperluan khitbah maupun orang banyak.

Wallahu a’lam bissawab