MagzNetwork

Kebebasan

Diposting oleh Mastindi | 07.40 | | 0 komentar »

Mukhtarul hadits no 12
“datang Jibril kepadaku, lalu berkata “hai Muhammad hiduplah sesukamu, tapi ingat kamu akan mati, cintai harta sesukamu tapi ingat kamu akan berpisah dengannya, berbuatlah sesukamu tapi ingat pasti akan di balas ketahuilah kemulyaan seorang Mukmin adalah bangun malamnya, dan kekuatannya adalah mandirinya dari manusia.

Dalam hadits di atas hakikatnya Allah mengajarkan kepada kita melalui Jibril,dengan Rasulullah sebagai wasilahnya, apa yang disampaikannya sebenarnya adalah simbol realita dari wujud kesempurnaan manusia yang diberikan Allah kepada kita, yakni kebebasan dalam memilih jalan hidup, itulah sebabnya Allah memberikan kepada kita/manusia dan Jin (sebagai makhluk mukallaf) akal dan hawa nafsu, akal untuk berfikir adapun hawa nafsu sebagi motorik untuk memotivasi akal meraih sebuah target .
Allah berfirman

فمن شاء فليؤمن ومن شاء فليكفر

Siapa yang mau beriman maka berimanlah dan barang siapa yang kufur maka kufurlah (QS 18;29)

Tinggal kita selaku manusia kebebasan macam apa yang ingin kita ambil dan tempuh, kebebasan tanpa batas atau kebebasan dalam bingkai syariah.

Bila kebebasan tanpa batas yang akan kita tempuh , padahal sebenarnya “semakin kita merasa bebas maka kita semakin merasa terbatas, karena kebebasan bersifat relatif, berbeda tiap individunya tergantung dari berbagi sisi kemampuan yang dimiliki setiap orang.

Adapun kemuliyaan kita sebagai mukmin terletak kepada ketaatannya kepada Allah, yang disimbolkan dengan bangun malamnya di saat di mana banyak orang terlena dengan mimpi, dari letih, lelah dan lesunya sebagai konsekuensi aktivitas siang harinya

Artinya, ketika banyak manusia terlena dibuai dengan keindahan semu duniawi sibuk mengejar prestasi sibuk mengabgret citi-cita dunia kepada yang lebih tinggi , bahkan merasa tidak nyaman saat ada yang menyaingi, padahal harta duniawi ibarat air laut semakin diminum semakin haus maka semakin kering tenggorakan, namun di saat saat seperti itu seorang Mukmin tetap mengikatkan hatinya kepada Allah. Setiap yang diperbuatlah selalu dalam kehati-hatian dan di iringi pertanyaan dalam hati “apakah Allah ridha dengan ini ?

Yang terakhir keperkasaan seorang Mukmin adalah mampunya hidup mandiri, tidak cengeng, namun bukan berarti tidak butuh pada orang lain karena manusia adalah makhluk sosial, artinya sesuatu target yang ingin dia raih sedapat mungkin dilakukan sendiri, sehingga saat target yang dituju dapat diraih tak perlu ada yang mengatakan “kalau bukan bantuan saya, kalau tidak ada saya.

Silahkan baca artikel lainnya yang terkait dengan pos di atas

0 komentar

Posting Komentar

Sampaikan keritik dan saran anda