Mukhtarul hadits no 12
“datang Jibril kepadaku, lalu berkata “hai Muhammad hiduplah sesukamu, tapi ingat kamu akan mati, cintai harta sesukamu tapi
ingat kamu akan berpisah dengannya, berbuatlah sesukamu tapi ingat pasti akan
di balas ketahuilah kemulyaan seorang Mukmin adalah bangun malamnya, dan
kekuatannya adalah mandirinya dari manusia.
Dalam hadits di atas hakikatnya Allah mengajarkan kepada kita melalui Jibril,dengan
Rasulullah sebagai wasilahnya, apa yang disampaikannya sebenarnya adalah simbol
realita dari wujud kesempurnaan manusia yang diberikan Allah kepada kita, yakni
kebebasan dalam memilih jalan hidup, itulah sebabnya Allah memberikan kepada
kita/manusia dan Jin (sebagai makhluk mukallaf) akal dan hawa nafsu, akal untuk
berfikir adapun hawa nafsu sebagi motorik untuk memotivasi akal meraih sebuah
target .
Allah berfirman
فمن شاء فليؤمن ومن شاء فليكفر
Siapa yang mau beriman maka berimanlah dan barang
siapa yang kufur maka kufurlah (QS 18;29)
Tinggal kita selaku manusia kebebasan macam apa
yang ingin kita ambil dan tempuh, kebebasan tanpa batas atau kebebasan dalam
bingkai syariah.
Bila kebebasan tanpa batas yang akan kita tempuh , padahal
sebenarnya “semakin kita merasa bebas maka kita semakin merasa terbatas, karena
kebebasan bersifat relatif, berbeda tiap individunya tergantung dari berbagi
sisi kemampuan yang dimiliki setiap orang.
Adapun kemuliyaan kita sebagai mukmin terletak
kepada ketaatannya kepada Allah, yang disimbolkan dengan bangun malamnya di
saat di mana banyak orang terlena dengan mimpi, dari letih, lelah dan lesunya sebagai
konsekuensi aktivitas siang harinya
Artinya, ketika banyak manusia terlena dibuai
dengan keindahan semu duniawi sibuk mengejar prestasi sibuk mengabgret
citi-cita dunia kepada yang lebih tinggi , bahkan merasa tidak nyaman saat ada
yang menyaingi, padahal harta duniawi ibarat air laut semakin diminum semakin
haus maka semakin kering tenggorakan, namun di saat saat seperti itu seorang
Mukmin tetap mengikatkan hatinya kepada Allah. Setiap yang diperbuatlah selalu
dalam kehati-hatian dan di iringi pertanyaan dalam hati “apakah Allah ridha
dengan ini ?
Yang terakhir keperkasaan seorang Mukmin adalah
mampunya hidup mandiri, tidak cengeng, namun bukan berarti tidak butuh pada
orang lain karena manusia adalah makhluk sosial, artinya sesuatu target yang
ingin dia raih sedapat mungkin dilakukan sendiri, sehingga saat target yang
dituju dapat diraih tak perlu ada yang mengatakan “kalau bukan bantuan saya,
kalau tidak ada saya.
Silahkan baca artikel lainnya yang terkait dengan pos di atas
0 komentar
Posting Komentar
Sampaikan keritik dan saran anda