MagzNetwork

Saat kita abai dalam dakwah

Diposting oleh Mastindi | 06.04 | | 0 komentar »


Bila dalam Qaidah usul mengatakan “al aslu fil amri lil wujub (kata perintah menunjukkan suatu kewajiban) tentu mahfum mukhalafahnya “an-nahyi lil haram (larangan menunjukkan keharaman)

Perbuatan zinah terjadi tidak berdiri sendiri, ada peran pihak lain, walaupun tidak instan, itulah sebabnya , larangan untuk satu objek (maf’ul) yang mufrad/tunggal ditujukan kepada subjek yang jama’/banyak.

Untuk  mencegah terjadinya fre sex di kalangan remaja , atau bahkan  yang sudah berkeluarga tidak cukup hanya dibebankan kepada tokoh agama seperti ulama, Kiai  atau guru ngaji, ataupun tokoh masyarakat baik mitra pemerintah maupun strukturnya juga aparat penegak hukum, tidak mungkin ketiga institusi tersebut berjalan atau bekerja sendiri, semuanya mutlak memerlukan kerja sama (bukan sama-sama bekerja) sekali lagi kerja sama yakni adanya koordinasi antar lembaga hingga tercipta sinergi (bentuk kerja sama kreatif) yang mumpuni dalam mempersempit gerak prilaku maksiat tersebut. Tak lupa juga peran serta orang tua .

Peran serta tokoh agama sebagai pengawal moral ummat mutlak diperlukan dalam bentuk pembinaan spiritual atau ruhiyahnya, jangan heran manakala remaja kita rusak, ummat lebih menyenangi kemungkaran, kalau kewajiban berdakwah hanya terhenti di surau atau langgar , bahkan acuh  saat melihat kemungkaran terjadi di depan matanya,atau metodologi dalam berdakwah membuat para santri  jemu atau bosan.

Tokoh masyarakat dan struktur pemerintah sebagai kepanjangan tangan ulil amri yang lebih dekat kepada masyarakat tidak  atau kurang pengarahkan kepada kegiatan yang positif, hingga begitu banyak waktu luang yang pada akhirnya membuka peluang terjadinya tindakan-tindakan di luar logika moral yang sehat.

Begitu pun penegak hukum harus lebih pro aktif tanpa harus menunggu laporan masyarakat , apalagi kultur masyarakat desa , yang mana mereka lebih memilih aman dan dapat bekerja dengan tenang, artinya tanpa ada perasaan terancam karena turut campur mengurusi masalah moral atau urusan orang lain,.pemetaan wilayah hukum dari rawan dan aman tidak sekedar berupa denah belaka .

Terakhir orang tua harus lebih ketat lagi dalam mengawasi putra putrinya, dalam sebuha haditsnya rasul bersabda

“dinul mar a muallaqun ‘ala dini khalilihi (agama seseorang tergantung agama temannya)

Artinya :Perhatikan !.. dengan siapa anak kita berteman , sebab secara psikologis seseorang berteman dan bersahabat karena adanya kesamaan persepsi, hobby bahkan adanya waktu luang yang sama, batasi fasilitas alat komunikasi yang tidak diperlukan bahkan cenderung di salah gunakan oleh putra-putri kita.

Terakhir , kemungkaran sudah ada sejak pertama kali manusia diciptakan, karena itulah Allah memberi kita aturan yang berupa agama, jadi , kembali ke agama secara utuh adalah jalan terbaik membentengi anak-anak kita agar tidak menjadi kaki tangan Iblis di muka bumi.


Catatan ini bagian dari wujud keprihatinan saya terhadap kampung halaman, namun saya yakin semua telah menjalankan fungsi dan tugasnya.

berdakwah dari yang terdekat

Diposting oleh Mastindi | 22.56 | | 0 komentar »

Saat kita mulai menapaki jalan dakwah, maka manajemen dakwah juga mutlak kita kuasai, baik dari segi materinya maupun mad,unya (objek dakwah) dari mana dakwah itu kita mulai.

Salah satu pijakan dalam berdakwah dari sisi objeknya Allah telah membuat sebuah pijakan dalam salah satu ayatnya .

“Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat, (QS 26 : 214)
Dekat, baik dalam hal pertalian nasab/keluarga maupun geografis.

Berdakwah mulai dari yang terdekat inilah yang banyak diabaikan, padahal ada beberapa sisi positif yang dapat terbentuk .

Pertama :secara psikologis da’i akan menjaga sikap dan kata-katanya  karena dia tinggal dalam lingkungan jamaah/murid-muridnya.

Kedua : da’i  laksana dokter yang harus tahu persis penyakit pasiennya, dengan demikian akan mudah mendiagnosanya, artinya seorang da’i harus tahu penyakit sosial dan moral serta kebutuhan spiritual jamaahnya, dan hal itu tidak mungkin manakala seorang dai jauh dari jamaahnya, serta  minim interaksi .

Ketiga : Dakwah dimulai dari tablig/promosi, taklim/pembelajaran lalu taqwin/ pelaksanaan dan dekatnya seorang da’i kepada jamaahnya akan mudah mempermudah proses keberhasilan dakwah, itu pun dengan catatan adalah sinergi atau kerja sama dari semua pihak, baik dari lingkungan keluarga maupun masyarakat.

Dan beberapa hal manfaat yang lainnya.

Maka sangat ironi, bila dalam sebuah lingkungan masyarakat , ada satu dua orang hamba yang Allah berikan kemampuan dalam hal menyampaikan ilmu, tapi berdakwah jauh dari lingkungan tempat ia tinggal, diabaikan masyarakat  di mana ia dibesarkan.


Bersifat pemalu

Diposting oleh Mastindi | 04.37 | | 0 komentar »


“BERJALAN DENGAN RASA MALU,Ungkapan tersebut merupakan bagian dari sepenggal kisah 2 putri nabi Syu’aib AS. ketika bertemu nabi Musa AS, ketika Musa membantunya mengambilkan air di sumur.

Rasa malu yang merupakan bagian dari iman sudah seharusnya menjadi bagian yang wajib dimiliki setiap Muslim , dan lebih wajib lagi dimiliki oleh kaum Hawa/Muslimah.

Hal ini tergambar dari sikap 2 putri nabi Syu’aib yang diungkapkan dan diabadikan Allah dalam al-Qur,an ketika berjalan pun keduanya memilih berada di belakang nabi Musa AS, dan Musa pun memilih berjalan di depannya, makna filosofinya laki-laki adalah pemimpin bukan pengawal .

Nabi Musa dan 2 putri nabi Syu’aib khawatir bila berjalan di depannya tiupan angin nakal akan menyingkap gaunnya , atau setidaknya menunjukkan lekuk-liku tubuhnya.

Begitulah seharusnya Muslim dan Muslimah bisa saling menjaga akhlaq saat berinteraksi dengan lawan jenisnya.

Adapun laki-laki tidak pada mahqamnya menjadi pengawal, melainkan sebagai pemimpin, peminpin lebih tinggi dari sekedar mengawal, pemimpin mengayomi dan melindungi serta memberikan kesejahteraan , adapun pengawal  hanyalah melindungi.


MEMBANGUN KESALEHAN KOLEKTIF

Diposting oleh Mastindi | 05.04 | | 0 komentar »


اذا مات ابن ادم ان قطع كل عمله الا من ثلاث اشياء
صدقة جارية, علم نافع , ولد صالح يدعو له

Apa bila anak Adam meninggal maka putuslah semua amalnya , kecuali tiga perkara

1.       Shadaqah jariah
2.       Ilmu yang berguna
3.       Anak yang saleh yang mendoakan.

Hadits yang mulia di atas tidak hanya bermakna secara personal atau individu, atau di mana ketika seseorang telah dipanggil menghadap Allah maka semua amal ibadahnya menjadi terputus disebabkan Kematian itu sendiri .

Seorang Muslim harus mempunyai jiwa visioner (berwawasan jauh ke depan) apa yang diperbuatnya hari ini merupakan cikal bakal sebuah perubahan bagi masa depan.

Saat anda mengantar anak ke sekolah , realistis memang bila yang terbayang dan anda rasakan adalah repotnya menjalani rutinitas yang menjemukan setiap hari , atau mendset  yang terbangun ialah sedang  membangun masa depan anak  agar tiba di sekolah tidak terlambat, dapat mengikuti pelajaran dengan baik, tidak harus lelah di perjalanan (karena di antar) hingga segala sarana pra sarana  anda siapkan, bila pola pikir anda hanya sekedar itu maka investasi yang anda tanam sebatas  anak anda hidup sangat pragmatis  karena bersifat kini dan dini . namun bagi seorang Muslim apa yang anda lakukan untuk anak anda mendset yang di bangun ialah sedang membangun peradaban melalui anak anda.

Tanggung jawab seorang Mukmin dalam membangun masa depan depan ummat  , tidak terbatas ketika ia masih hidup,  akan tetapi seperti apa yang dikisahkan dalam sirah nabawiyah  “andai kamu tahu kiamat besok hari dan di tanganmu ada biji kurma untuk kau tanam , maka jangan kamu urungkan .

Shadaqah jariah adalah investasi  yang harus dikeluarkan oleh seorang muslim yang akan menjadi sarana kepentingan umum , dan kepentingan ummat sebagai  media penunjang  membangun ummat yang yang cerdas.

Ilmu yang berguna  merupakan manajerial yang yang akan menata  tiap sisi kehidupan seorang  dari hamba, baik secara pribadi maupun  berjamaah.

Anak yang shaleh merupakan sumber daya manusia yang berguna sekaligus  menjadi aset  ummat  yang siap menjadi   mengganti  atau khalifah atau wakil Allah Dwimuka bumi, yang senantiasa berdoa dan berusaha dengan ikhlas, sehingga Allah mewariskan bumi ini kepada yang memang berhak mengelolalanya.

“Sesungguhnya Kami mewarisi bumi dan semua orang-orang yang ada di atasnya, dan hanya kepada Kami lah mereka dikembalikan. (QS 19;40)

KISAH SEBUAH GELAS

Diposting oleh Mastindi | 18.09 | | 0 komentar »


Suatu ketika sebuah Gelas jatuh terbanting dan pecah  dengan suara keras  ke atas lantai.
Suatu peristiwa sederhana dan logis , tapi ternyata tidak sesederhana itu setiap orang mengasumsikan kejadian tersebut.

Berbagai asumsi (pernyataan tanpa bukti) pun bermunculan

Pertama : gelas sengaja dijatuhkan

Kedua : gelas licin

Ketiga : ada yang berusaha menarik

Ke empat : karena adanya gravitasi

Kisah di atas hanya sebuah tamsil/gambaran dalam kehidupan ini , sebagai sebuah contoh adalah pada kehidupan sebuah rumah tangga, ketika terjadi suatu permasalahan yang menimpa bahtera rumah tangga tersebut, berbagai dugaan akan muncul , mulai dari orang yang terdekat sampai orang Yang hanya mendengar  kejadiannya saja , bahkan orang yang ahli di bidangnya turut memberikan dugaan, sesuai dengan tingkat pengetahuan mereka atau informasi yang didengar.

Sebagai Muslim kita diwajibkan saat mendengar suatu berita dengan dua sikap,

pertama : kita abaikan jika memang itu bukan urusan yang layak kita campuri seperti urusan pribadi atau rumah tangga orang lain, atau kita bukanlah orang yang ahli dalam hal tersebut, seperti apa yang di sabdakan oleh baginda yang mulia,

“Apabila suatu perkara diserahkan kepada yang bukan ahlinya maka tunggulah kehancurannya .( al-Hadits)

Kedua : melakukan tabayyun atau klarifikasi, hal ini penting agar kita mengetahui duduk perkara yang sebenarnya, bukan hanya berdasarkan asumsi atau dugaan semata, tidak cukup itu melainkan kepada kedua belah pihak dan memposisikan kita pada posisi netral atau tidak berpihak.

Hukum kausalitas atau sebab akibat selalu ada dalam setiap permasalahan, atau yang sering kita dengar adalah ungkapan pepatah “ tidak ada asap tanpa adanya api, bila di lanjutkan siapa yang menyulut api tersebut ?

Ketika sebuah bahtera rumah tangga mulai tidak harmonis, tindakan adil yang dilakukan tidak  cukup hanya mengetahui sumber masalah tersebut melainkan berusaha mencari solusi agar masalah tersebut dapat di selesaikan.

Waalahu a’lam bissawab.


Shalat miniatur kehidupan

Diposting oleh Mastindi | 00.36 | | 0 komentar »


Shalat ibarat miniatur kehidupan kita,  ada kalanya kita berdiri tegak, ada kalanya kita merunduk ruku, bahkan tersungkur bersujud.

Begitulah hidup ini , suat ketika kita dapat berdiri tegak dengan suatu kebanggaan, karena apa pun yang kita inginkan dapat kita raih, namun pada saat yang lain  kita harus puas dengan apa adanya, harus merunduk agar mata tak melihat yang lebih tinggi, bahkan tak jarang kepala yang kita hormati harus sejajar dengan kaki, artinya kita harus sejajar dengan bawahan kita.

Namun bagaimanapun posisi kita tetap fokoskan arah wajah kita ke tempat sujud, sebagai simbol dari tanah dan ke tanahlah kelak kita kembali.

Hidup ini akan teratur bila di latar belakangi dengan keyakinan , yakni “kita pasti mati, karena itulah rangkaian hidup ini harus teratur sesuai dengan kehendak sang Maha pencipta.

Suatu ketika Rasulullah pernah di datangi Jibril AS, dan Jibril berkata.

Ya Rasulullah isna’ masyi’na fa innakum mayyitun (berbuatlah sekehendakmu, tapi ingat kamu pasti mati)

Lihat gambar ini jadi ingat cerita peristiwa Isra’ dan Mi’raj nabi SAW. Dulu hampir di setiap rumah kita ada gambar tersebut, pertanyaannya siapa yang membuat gambar ilustrasi tersebut ?

Ternyata kita tidak sadar , kalau ternyata gambar tersebut sebenarnya adalah pelecehan terhadap Rasulullah, karena pembuatnya adalah orang Yahudi, lalu apa makna gambar tersebut ?

Kuda yang merupakan kendaraan mewah pada masa itu adalah simbol kemewahan yang dikejar Rasulullah apalagi dengan kalung Emas yang bertahtakan  berlian dengan penutup kepala yang juga melambangkan kemewahan, hingga untuk mendapatkan semua itu , Rasulullah harus memerangi bangsa-bangsa atau kabilah yang tidak mau tunduk kepada kekuasaannya, dan hal ini dilanjutkan oleh para khalifahnya.

Adapun wanita yang menjadi kepala dari kuda tersebut adalah simbol / tamtsil dari kesenangan baginda nabi kepada wanita hingga karena itu beliau memiliki banyak istri bahkan yang termuda adalah Siti Aisah Ummul Mukminin RA.

Itulah makna dari ilustrasi gambar buatan orang Yahudi tersebut.

Dalam Isra’ dan Mi’raj Rasulullah melalukan perjalanan yang melebihi kecepatan cahaya, hingga diasumsikan rasul menaiki sebuah kendaraan yang namanya “BURAQ.

Kata BURAQ (BARQUN)sendiri memang bahasa Arab, yang artinya kilat, dalam sebuah kitab, yakni Durratun Nasihin  entah valid/saheh sumbernya atau tidak, memang dikisahkan, “buraq adalah hewan surga yang selalu murung  karena kerinduannya kepada Rasulullah SAW. Begitu besar dan tidak dapat terobati, hingga di pilih oleh Allah untuk menjadi sarana penjemput Rasulullah dalam perjalanan Isra’ Mi’raj.

Lalu masihkah anda menyimpan gambar tersebut, bila masih ada segera turunkan.


Isra’ mi’raj

Diposting oleh Mastindi | 16.44 | | 0 komentar »

z`»ysö6ß üÏ%©!$# 3uŽó r& ¾ÍnÏö7yèÎ/ Wxøs9 šÆÏiB ÏÉfó¡yJø9$# ÏQ#tysø9$# n<Î) ÏÉfó¡yJø9$# $|Áø%F{$# Ï%©!$# $oYø.t»t/ ¼çms9öqym ¼çmtƒÎŽã\Ï9 ô`ÏB !$oYÏG»tƒ#uä 4 ¼çm¯RÎ) uqèd ßìŠÏJ¡¡9$# 玍ÅÁt7ø9$# ÇÊÈ  

1.     Maha suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya  agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.

Isra’ (perjalanan malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa) dan Mi’raj (naiknya Rasulullah SAW dari bumi Palestina ke Sidratil Muntaha) adalah peristiwa agung, yang kita kenal dengan “MU’JIZAT            , yakni peristiwa luar biasa sebagai tanda kenabian yang berada di luar logika manusia.

Allah telah memulia ayat-Nya yang mulia dengan kalimat Tasbih (Subhanallah) yang jarang diberlakukan pada ayat yang lain, yang mana peristiwa luar biasa tersebut pada akhir kemudiannya menjadi fitnah di kalangan ummat Islam, yang dangkal imannya, yakni tentang apakah rasul Isra’ mi’rajnya dengan jasad, atau ruhnya saja ? atau hanya mimpi saja ?

Ada yang mengatakan “secara logika dengan perjalanan yang begitu singkat pada jarak yang begitu jauh, tidak mungkin rasul Isra’ mi’rajnya dengan jasad, karena secara teori fisika, bila benda padat dilontarkan dengan kecepatan tinggi bahkan melebihi kecepatan cahaya maka akan hancur.

Yang lain mengatakan peristiwa Isra’ mi’rajnya adalah mu’jizat jadi tidak ada yang tidak mungkin dalam mu’jizat karena pelakunya adalah Allah.

Yang lain mengatakan Rasulullah Isra’ mi’rajnya hanya melalui mimpi.

Bagi saya yang awam mencoba memahami peristiwa tersebut dengan logika keimanan karena logika keimanan wilayahnya bukan otak dengan akalnya namun wilayahnya adalah hati.

Saya memahami juga melalui tata bahasa dari ayat tersebut.

Pertama : Allah memulai ayat-Nya dengan kalimat Tasbih (Subhanallah) yang menunjukkan ayat tersebut merupakan visualisasi dari sebuah mu’jizat.

Kedua :ayat tersebut pada kata kerjanya (Asra)menggunakan kata kerja aktif (Muta’addi) di mana dalam ayat tersebut subjek/fail atau pelaku bukanlah Rasulullah melainkan Allah, posisi rasul ketika itu adalah pasif, yang bekerja adalah Allah.

Ketiga: ayat tersebut pada Maf’ulbihnya/objeknya menggunakan kata bantu “BI (bi’abdihi) yang menunjukkan kekhususan/littahsis, ini artinya hanya Rasulullah yang diberikan kekhususan dalam perjalanan tersebut, dan tidak diberikan kepada nabi dan rasulnya yang lain.

Ke empat: kata/kalimat “LAILAN, adalah isim Nakirah yang menunjukkan makna umum, namun dalam redaksi ayat tersebut kalimat “LAILAN mempunyai makna sedikit, yakni sedikit malam, sebagaimana yang disepakati oleh para ahli tafsir, bahwa perjalanan Isra’ mi’rajnya baginda mulia hanya memakan waktu tak lebih dari semalam, itulah yang menjadi tanda akan mu’jizatnya, yakni perjalanan jauh ditempuh dengan waktu yang singkat.

Ke lima : mengambil star dari Masjidil Haram sampai Masjidil Aqsa yang kelak keduanya menjadi kiblat ummat Islam.

Ke enam : rute perjalanan Isra’ mi’rajnya, ialah di daerah yang sebelumnya telah dilahirkan beberapa nabi dan rasul dan setelahnya menjadi bukti keteguhan keimanan ummat Islam yakni Palestina sebagai yang menjadi tujuan jalan pintas menuju surga , yaitu dengan berjihad membela kehormatan ummat Islam yang dilambangkan dengan Masjidil Aqsa.

Selanjutnya : Allah menunjukkan kekuasaan-Nya dengan berbagai peristiwa di luar logika kita dalam perjuangan ummat Islam di Palstina.

Ini pandangan saya , lalu bagaimana menurut anda ?