MagzNetwork

balada mobil tua

Diposting oleh Mastindi | 17.54 | | 0 komentar »
Kisah ini terjadi saat penulis masih bujangan.

Seorang teman yang super kocak dengan bangga berujar sambil bersender pada mobil barunya yaitu sejenis Carry (mungkin) tahun 70an.

“akhirnya kebeli juga mobilll.

Sedikit mahal dari motor bekas dan sedikit murah di bawah harga odong odong.

Soal irit jangan kwartir, Jakarta Bogor hanya lima liter tapi pake bensin campur,”he he he maksudnya campur dorong.

Soal mesin Hmmmm..... di jamin bandel,..maksudnya saat ada perlu penting mendadak mesinnya ngadat.. itu kan bandel namanya..

Bisa gak naik ke puncak !.. di jamin ! kalau nanjak ke puncak tidak akan mundur, tapi ada syaratnya,. Nanjaknya mundur, jadi saat mesin dah enggak kuat mobil akan turun & karena posisi bagian depan ada di belakang maka tentu saat turun mobil menjadi maju.. he he he.

Tapi satu hal yang kamu ingat, gimanapun adanya ini tetap di sebut “MOBIL !...

Yah !.. mobil trung tung tung, karena kalau di hidupkan bunyinya , “trung, trung, trung. Tung. Tung..tung..tung...

Mobilpun berjalan, dan jangan heran saat ada sepeda yang dikendarai ibu-ibu dari pasar dengan mudah dapat menyalib, karena mobil dilarang berjalan kencang antaran baut yang menghubungkan body dengan sasis selain gak banyak, yang ada banyak yang longgar.

Sejak saat itu kami hampir tiap bulan selalu patungan membeli Cat kaleng , untuk mengganti warna mobil, gak pake repot cukup dengan modal solasi ban dan koas mobil pun berganti warna.
Ahh...ada ada saja setelah kurang lebih tiga tahun akhirnya mobilpun pensiun mungkin karena keberatan cat gak kuat jalan...

Seorang Ustadz pun berujar,, kalian harus cium tangan dengan mobil itu, karena mobil itu lebih tua dari kalian.. ini lagi Ustadz nasehatin yang aneh aneh..

Saat melihat tampilan windows 7 dengan gravisnya yang oke dan kecepatan utk koneksi internet yang bisa diandalkan tertarik juga untuk merubah OS pada komputer jadulku dari XP ke Seven dengan spesifikasi :

MB ddr1, Ram 1gb, prosesor 3.00, Vga pixel viu 256 full, hardis 160 gb. Yang untuk System di partisi 56 gb.

Menginstal Windows 7 tidak sesulit dulu, kalau dulu harus mengistal XP lalu di timpa dengan Windows seven atau Vista sekarang OS xp sudah di integrasikan pada kepingan DVD windows seven saat boting, jadi begitu tampilan XP dan pemeriksaan hadwer sudah selesai tingal brosing melalui my komputer untuk mencari setup pada windows 7.

Ketika instalasi berhasil senang juga rasanya melihat tampilan windows 7 yang halus , namun sayang dengan VGA yang hanya 256 ternyata hanya serasi dengan standar bawaan Windows 7, mungkin untuk games besar akan sulit berjalan secara normal, istilahnya ngelk, bahkan untuk permainan kesukaanku saat iseng semisal “Plants VS Zombies penampilannya tidak sehalus pada windows Xp, tapi gak apalah , diatara kelebihan Windows 7 dengan XP, seven lebih kebal menghadapi Virus ketimbang pendahulunya (XP), ini terbukti di kompi jadulku beberapa virus yang ngumpet di Drive D tdk banyak berkutik.

Saat akan memasukkan Driver lan dan Audio kaget juga karena Driv ditolak, ini pengalaman kedua setelah menginstal Windows XP pada netebook yang kompatibel dgn Seven di beri OS XP, inge- inget untung pernah punya pengalaman dengan Windows Vista, maka dicobalah cara ini.

Klik kanan pada setup aplikasi lalu pilih properti

Lalu klik Conpatibility pada kotak atas diatas kotak atas disamping General,

Maka akan muncul beberapa kotak pilihan yang masih kosong

Pilihlah yang paling atas , yakni “Run this program in Conpatibility mode for.

Klik Aplly klik oke.

Setelah itu instal aplikasi sebagaimana biasa, tapi ingat tidak semua aplikasi dapat di akali , ini terbukti pada aplikasi al-Qur,an digital dgn format matang atau hanya disimpan tidak di instal atau tinggal pakai tidak dapat berjalan yang ada malah perintah untuk memeriksa aplikasi secara Online.

Demikian semoga bermanfaat,.

Setting dns pada Windows 7

Diposting oleh Mastindi | 07.42 | 0 komentar »
Dah lama gak ke surga komputer di mangga 2/harco..kali ini al hamdulillah ada pesanan dari pelanggan untuk dicarikan/belikan leptop atau notebook dengan beberapa kriteria sebagaimana layaknya leptop atau notebook keluaran terbaru. Tapi yang bikin bingung mereka minta agar OS (operasional systemnya) menggunakan Windows XP, padahal hampir semua keluaran terbaru terutama yang bermerek seperti Acer, Thosiba, Asus , Samsung , HP menggunakan OS Windows 7 adapun yang kosong dengan OS Linuk ataupun Dos tetap supportnya sama Windows 7 , meskipun kita disertai CD/DVD Drive tidak banyak membantu bila kita akan menggunakan Windows XP lantaran Driver tsb. tidak terbaca di Os XP, belum lagi spec dari notebook yang sangat rendah membuat cukup pusing untuk mencari os yang kompatibel..he he he.. kecuali kita harus lebih dalam menguras kocek lantaran harus terpaksa membeli OS original .....

Setelah pusing 7 keliling akhirnya berhasil juga satu leptop di instal OS XP , karena memang semuanya saya beli dalam kondisi kosong utk menghemat harga.

Adapun yang satunya tidak terlalu sulit lantaran memang yang punya tidak keberatan di instal Windows 7.. setelah selesai kutak katik sana sini akhirnya saya pikir kelar juga nih pesanan . tapi ternyata ada lagi yang bikin penasaran, yakni gimana seting dnsnya karena rencananya akan dilengkapi di warnet aplikasinya seperti winrar, plugin dll.

Akhirnya setelah kutak katik ketemu juga .. caranya

Klik gambar kompi di pojok kanan...pilih open Networks and sharing Center ..setelah terbuka kotak dialok klik lagi di pojok kiri tulisan “Change adaptor settings.. maka akan muncul kotak dialok selanjunya yakni gambar 2 monitor .. lalu klik kanan seperti biasa ..pilih properti ..klik tulisan “Internet protokol version 4.. lalu klik lagi properti.. setelah itu setting dns seperti biasa.

Demikian semoga bermanfaat... saya lakukan ini di warnet sendiri,. Jika anda ingin melakukan di warnet lain tentunya harus seijin pemiliknya...




Rasanya kesel juga saat browsing atau ceting tahu tahu firefox mendadak keluar sendiri atau lagi seru-serunya main PB juga keluar sendiri.

Admin pernah mengalami sendiri , tadinya saya pikir ada virus yang menginfeksi , sebab kalaupun ada anti virus, bukan jaminan kompi kita aman dari virus, apalagi antivir gratisan sekelas kasperky saja yang harganya mahal bisa di tembus, apalagi antivir lokal.

Virus bisa masuk dari mana saja, umumnya dari flah disk, blutut bahkan kiriman email, denger-denger juga facebook pada konten tertentu juga membawa virus, bahkan path pada update poin blank sebenarnya juga virus.

Karena tidak mau pusing akhirnya dengan jalan pintas kompi di ghos, alias instal kilat tanpa format, setelah seting sana seting sini (karena sebelumnya di bakup belum di seting) di coba browsing lagi,.hasilnya!...ahhhh.. ternyata tetap sama..

Karena penasaran akhirnya tanya sama orang pintar alias si Nuhun embah Google.. di dapat jawaban masalah ada pada RAM,karena kebetulan pada kompi ada dua ram, maka coba di copot salah satunya , dan kebetulan yang di copot yang tidak bermasalah, setelah di coba ternyata sama, maka di roling pada RAM satunya , ternyata bisa, alias tidak restar lagi... kurang puas di coba ram yang dicurigai rusak pada kompi yang lain (kebetulan kejadiannya di warnet) ternyata penyakitnya pindah, setelah RAM yang bermasalah di lepas dan diganti lagi ,kompi kembali normal..

Al-hamdulillah .. ucap syukur kepada Allah.. dapat pengetahuan baru,. Selanjutnya karena RAM bergaransi tanpa batas , maka saat ke harco setelah tanya sana-sini ketemu juga dengan servis centernya, dan di ganti dgn yang baru..

Sebagai tambahan bagi rekan-rekan yang punya atau ingin membeli kompi , sebelumnya cek dulu servis center dari semua hadwer (perangkat keras kompi) cari yang berdekatan kalau bisa dgn tempat tinggal kita, agar saat komplain tidak terlalu jauh..

Sekian semoga bermanfaat..



Nikmat Allah yang Besar

Diposting oleh Mastindi | 00.58 | | 0 komentar »


Besarnya Nikmat Allah


1. Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak.

2. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah

3. Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu Dialah yang terputus


Saat merenungi Ayat demi ayat Allah yang terdapat dalam surat al-Kautsar, malu rasanya,bahkan malu rasanya untuk berdo’a sekalipun, meski itu di anjurkan oleh Allah , betapa tidak ,tidak berdo’pun nikmat Allah tak terhingga besarnya yang telah di anugerahkan kepada kita.


Nikmat yang banyak..


itulah pernyataan Allah pada ayatnya yang pertama, lebih jelas lagi Allah memaparkan dengan sebuah perumpamaan pada ayatnya yang lain..

Katakanlah: "Kalau sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula).(QS 18;109)

Dan pada ayat Nya yang lain


Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.(QS 16;18)


Maka dirikanlah shalat karena tuhanmu’


Shalat yang diperintahkan adalah wujud syukur, atas nikmat yang banyak tersebut ,bukan wujud rasa takut,atau menginginkan balasan Surga , sebab betapapun besarnya amal ibadah kita tak akan bisa menandingi kebesaran Nikmat Allah,meski hanya sebelah mata bahkan hidup inipun suatu nikmat yang tak ada apa apanya di banding amal kita.


Jadi Surga bukan di dapat karena amal kita, namun di dapat karena Rachmad dan Ridha Allah yang di hasilkan karena kedekatan kita atau taqarrub kita kepada Allah, adapun kedekatan itu sendiri karena patuh dan taatnya kita kepada Allah yang selalu melakukan hubungan baik dalam bentuk ibadah formal maupun non formal, yang dengan ibadah itu Allah menjanjikan pahala yang menjadi tiket, di surga mana kita akan ditempatkan...

Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu Dialah yang terputus


Saat kita dekat kepada Allah dengan amal ibadah sebagai sarananya, maka sebenarnya kita telah menjadikan Allah sebagai tempat kita menggantungkan segala sesuatu, dan kedekatan kita kepada Allah otomatis juga harus terbarengi dengan kedekatan kita kepada sesama manusia sebagai makhluk sosial, sebagai konsekwnsinya maka siapa yang membenci kita , dialah orang yang terputus dari rachmad Allah..

Wallahu a’lam..





Umur berapa sebenarnya Aisyah ?

Diposting oleh Mastindi | 16.52 | | 0 komentar »
Saat mengikuti taklim rutin dalam tarbiyah, morabbiku pernah menyinggung “ bahwa cerita Aisyah berumur tujuh (7) tahun saat dinikahi Rasulullah adalah intrik licik kaum kafir untuk menyudutkan Rasulullah, benarkah umur Aisyah 7 tahun saat dinikahi Rasulullah sebuah catatan ilmiyah dari situs Islam patut anda baca (saya hanya copas)

BUKTI #1: PENGUJIAN THD SUMBER

Sebagaian besar riwayat yang menceritakan hal ini yang tercetak di hadist yang semuanya diriwayatkan hanya oleh Hisham ibn `Urwah, yang mencatat atas otoritas dari Bapaknya,Yang mana seharusnya minimal 2 atau 3 orang harus mencatat hadist serupa juga. Adalah aneh bahwa tak ada seorangpun yang di Medinah, dimana Hisham ibn `Urwah tinggal, sampai usia 71 tahun baru menceritakan hal ini, disamping kenyataan adanya banyak murid-murid di Medinah termasuk yang kesohor Malik ibn Anas, tidak menceritakan hal ini.
Asal dari riwayat ini adalah dari orang-orang Iraq, dimana Hisham tinggal disana dan pindah dari Medinah ke Iraq pada usia tua.

Tehzibu'l-Tehzib, salah satu buku yang cukup terkenal yang berisi catatan para periwayat hadist, menurut Yaqub ibn Shaibah mencatat : " Hisham sangat bisa dipercaya, riwayatnya dapat diterima, kecuali apa-apa yang dia ceritakan setelah pindah ke Iraq " (Tehzi'bu'l-tehzi'b, Ibn Hajar Al-`asqala'ni, Dar Ihya al-turath al-Islami, 15th century. Vol 11, p.50).

Dalam pernyataan lebih lanjut bahwa Malik ibn Anas menolak riwayat Hisham yang dicatat dari orang-orang Iraq: " Saya pernah dikasih tahu bahwa Malik menolak riwayat Hisham yang dicatat dari orang-orang Iraq" (Tehzi'b u'l-tehzi'b, IbnHajar Al- `asqala'ni, Dar Ihya al-turath al-Islami, Vol.11, p. 50).

Mizanu'l-ai`tidal, buku lain yang berisi uraian riwayat hidup pada periwayat hadist Nabi saw mencatat: "Ketika masa tua, ingatan Hisham mengalami kemunduran yang mencolok" (Mizanu'l-ai`tidal, Al-Zahbi, Al-Maktabatu'l-athriyyah, Sheikhupura, Pakistan, Vol. 4, p. 301).

KESIMPULAN: berdasarkan referensi ini, Ingatan Hisham sangatlah jelek dan riwayatnya setelah pindha ke Iraq sangat tidak bisa dipercaya, sehingga riwayatnya mengenai umur pernikahan Aisyah adalah tidak kredibel.

KRONOLOGI: Adalah vital untuk mencatat dan mengingat tanggal penting dalam sejarah Islam:

pra-610 M: Jahiliya (pra-Islamic era) sebelum turun wahyu
610 M: turun wahyu pertama AbuBakr menerima Islam
613 M: Nabi Muhammad mulai mengajar ke Masyarakat
615 M: Hijrah ke Abyssinia.
616 M: Umar bin al Khattab menerima Islam.
620 M: dikatakan Nabi meminang Aisyah
622 M: Hijrah ke Yathrib, kemudian dinamai Medina
623/624 M: dikatakan Nabi saw berumah tangga dengan Aisyah

BUKTI #2: MEMINANG


Menurut Tabari (juga menurut Hisham ibn `Urwah, Ibn Hunbal and Ibn Sad), Aisyah dipinang pada usia 7 tahun dan mulai berumah tangga pada usia 9 tahun.

Tetapi, di bagian lain, Al-Tabari mengatakan: "Semua anak Abu Bakr (4 orang) dilahirkan pada masa jahiliyah dari 2 isterinya " (Tarikhu'l-umam wa'l-mamlu'k, Al-Tabari (died 922), Vol. 4,p. 50, Arabic, Dara'l-fikr, Beirut, 1979).

Jika Aisyah dipinang 620M (Aisyah umur 7 tahun) dan berumah tangga tahun 623/624 M (usia 9 tahun), ini mengindikasikan bahwa Aisyah dilahirkan pada 613 M. Sehingga berdasarkan tulisan Al- Tabari, Aisyah seharusnya dilahirkan pada 613M, Yaitu 3 tahun sesudah masa jahiliyah usai (610 M).

Tabari juga menyatakan bahwa Aisyah dilahirkan pada saat jahiliyah. Jika Aisyah dilahirkan pada era Jahiliyah, seharusnya minimal Aisyah berumur 14 tahun ketika dinikah. Tetapi intinya Tabari mengalami kontradiksi dalam periwayatannya.

KESIMPULAN: Al-Tabari tak reliable mengenai umur Aisyah ketika menikah.

BUKTI # 3: Umur Aisyah jika dihubungkan dengan umur Fatimah


Menurut Ibn Hajar, "Fatima dilahirkan ketika Ka`bah dibangun kembali, ketika Nabi saw berusia 35 tahun... Fatimah 5 tahun lebih tua dari Aisyah " (Al-isabah fi tamyizi'l-sahabah, Ibn Hajar al-Asqalani, Vol. 4, p. 377, Maktabatu'l-Riyadh al-haditha, al-Riyadh,1978).

Jika Statement Ibn Hajar adalah factual, berarti Aisyah dilahirkan ketika Nabi berusia 40 tahun. Jika Aisyah dinikahi Nabi pada saat usia Nabi 52 tahun, maka usia Aisyah ketika menikah adalah 12 tahun.

KESIMPULAN: Ibn Hajar, Tabari, Ibn Hisham, dan Ibn Humbal kontradiksi satu sama lain. Tetapi tampak nyata bahwa riwayat Aisyah menikah usia 7 tahun adalah mitos tak berdasar.

BUKTI #4: Umur Aisyah dihitung dari umur Asma'


Menurut Abda'l-Rahman ibn abi zanna'd: "Asma lebih tua 10 tahun dibanding Aisyah (Siyar A`la'ma'l-nubala', Al-Zahabi, Vol. 2, p. 289, Arabic, Mu'assasatu'l-risalah, Beirut, 1992).

Menurut Ibn Kathir: "Asma lebih tua 10 tahun dari adiknya [Aisyah]" (Al-Bidayah wa'l-nihayah, Ibn Kathir, Vol. 8, p. 371,Dar al-fikr al-`arabi, Al-jizah, 1933).

Menurut Ibn Kathir: "Asma melihat pembunuhan anaknya pada tahun 73 H, dan 5 hari kemudian Asma meninggal. Menurut iwayat lainya, dia meninggal 10 atau 20 hari kemudian, atau bebrapa hari lebih dari 20 hari, atau 100 hari kemudian. Riwayat yang paling kuat adalah 100 hari kemudian. Pada waktu Asma Meninggal, dia berusia 100 tahun" (Al-Bidayah wa'l-nihayah, Ibn Kathir, Vol. 8, p. 372, Dar al-fikr al-`arabi, Al- jizah, 1933)

Menurut Ibn Hajar Al-Asqalani: "Asma hidup sampai 100 tahun dan meninggal pada 73 or 74 H." (Taqribu'l-tehzib, Ibn Hajar Al-Asqalani,p. 654, Arabic, Bab fi'l-nisa', al-harfu'l-alif, Lucknow).

Menurut sebagaian besar ahli sejarah, Asma, Saudara tertua dari Aisyah berselisuh usia 10 tahun. Jika Asma wafat pada usia 100 tahun dia tahun 73 H, Asma seharusnya berusia 27 atau 28 tahun ketika hijrah (622M).

Jika Asma berusia 27 atau 28 tahun ketika hijrah (ketika Aisyah berumah tangga), Aisyah seharusnya berusia 17 atau 18 tahun. Jadi, Aisyah, berusia 17 atau 18 tahun ketika hijrah pada taun dimana Aisyah berumah tangga.

Berdasarkan Hajar, Ibn Katir, and Abda'l-Rahman ibn abi zanna'd, usia Aisyah ketika beliau berumah tangga dengan Rasulullah adalah 19 atau 20 tahun.

Dalam bukti # 3, Ibn Hajar memperkirakan usia Aisyah 12 tahun dan dalam bukti #4 Ibn Hajar mengkontradiksi dirinya sendiri dengan pernyataannya usia Aisyah 17 atau 18 tahun. Jadi mana usia yang benar ? 12 atau 18..?

kesimpulan: Ibn Hajar tidak valid dalam periwayatan usia Aisyah.

BUKTI #5: Perang BADAR dan UHUD


Sebuah riwayat mengenai partisipasi Aisyah dalam perang Badr dijabarkan dalam hadist Muslim, (Kitabu'l-jihad wa'l-siyar, Bab karahiyati'l-isti`anah fi'l-ghazwi bikafir). Aisyah, ketika menceritakan salah satu moment penting dalam perjalanan selama perang Badar, mengatakan: "ketika kita mencapai Shajarah". Dari pernyataan ini tampak jelas, Aisyah merupakan anggota perjalanan menuju Badar. Sebuah riwayat mengenai pastisipasi Aisyah dalam Uhud tercatat dalam Bukhari (Kitabu'l-jihad wa'l-siyar, Bab Ghazwi'l-nisa' wa qitalihinnama`a'lrijal): "Anas mencatat bahwa pada hari Uhud, Orang-orang tidak dapat berdiri dekat Rasulullah. [pada hari itu,] Saya melihat Aisyah dan Umm-i-Sulaim dari jauh, Mereka menyingsingkan sedikit pakaian-nya [untuk mencegah halangan gerak dalam perjalanan tsb]."

Lagi-lagi, hal ini menunjukkan bahwa Aisyah ikut berada dalam perang Uhud and Badr.

Diriwayatkan oleh Bukhari (Kitabu'l-maghazi, Bab Ghazwati'l-khandaq wa hiya'l-ahza'b): "Ibn `Umar menyatakan bahwa Rasulullah tidak mengijinkan dirinya berpastisispasi dalam Uhud, pada ketika itu, Ibnu Umar berusia 14 tahun. Tetapi ketika perang Khandaq, ketika berusia 15 tahun, Nabi mengijinkan Ibnu Umar ikut dalam perang tsb."

Berdasarkan riwayat diatas, (a) anak-anak berusia dibawah 15 years akan dipulangkan dan tidak diperbolehkan ikut dalam perangm, dan (b) Aisyah ikut dalam perang badar dan Uhud

KESIMPULAN: Aisyah ikut dalam perang Badar dan Uhud jelas mengindikasikan bahwa beliau tidak berusia 9 tahun ketika itu, tetapi minimal berusia 15 tahun. Disamping itu, wanita-wanita yang ikut menemani para pria dalam perang sudah seharusnya berfungsi untuk membantu, bukan untuk menambah beban bagi mereka. Ini merupakan bukti lain dari kontradiksi usia pernikahan Aisyah.

BUKTI #6: Surat al-Qamar (Bulan)


Menurut beberapa riwayat, Aisyah dilahirkan pada tahun ke delapan sebelum hijriyah. Tetapi menurut sumber lain dalam Bukhari, Aisyah tercatat mengatakan hal ini: "Saya seorang gadis muda (jariyah dalam bahasa arab)" ketika Surah Al-Qamar diturunkan(Sahih Bukhari, kitabu'l-tafsir, Bab Qaulihi Bal al-sa`atu Maw`iduhum wa'l-sa`atu adha' wa amarr).

Surat 54 dari Quran diturunkan pada tahun ke delapan sebelum hijriyah(The Bounteous Koran, M.M. Khatib, 1985), menunjukkan bahwa surat tsb diturunkan pada tahun 614 M. jika Aisyah memulai berumahtangga dengan Rasulullah pada usia 9 di tahun 623 M or 624 M, Aisyah masih bayi yang baru lahir (sibyah in Arabic) pada saat Surah Al-Qamar diturunkan. Menurut riwayat diatas, secara aktual tampak bahwa Aisyah adalah gadis muda, bukan bayi yang baru lahir ketika pewahyuan Al-Qamar. Jariyah berarti gadis muda yang masih
suka bermain (Lane's Arabic English Lexicon). Jadi, Aisyah, telah menjadi jariyah bukan sibyah (bayi), jadi telah berusia 6-13 tahun pada saat turunnya surah Al-Qamar, dan oleh karean itu sudah pasti berusia 14-21 tahun ketika dinikah Nabi.

Kesimpulan: riwayat ini juga mengkontra riwayat pernikahan Aisyah yang berusia 9 tahun.

BUKTI #7: Terminologi bahasa Arab


Menurut riwayat dari Ahmad ibn Hanbal, sesudah meninggalnya isteri pertama Rasulullah, Khadijah, Khaulah datang kepada Nabi dan menasehati Nabi untuk menikah lagi, Nabi bertanya kepada nya ttg pilihan yang ada di pikiran Khaulah. Khaulah berkata: "Anda dapat menikahi seorang gadis (bikr) atau seorang wanita yang pernah menikah (thayyib)". Ketika Nabi bertanya ttg identitas gadis tsb (bikr), Khaulah menyebutkan nama Aisyah.

Bagi orang yang paham bahasa Arab akan segera melihat bahwa kata bikr dalam bahasa Arab tidak digunakan untuk gadis belia berusia 9 tahun. Kata yang tepat untuk gadis belia yangmasih suka bermain-main adalah, seperti dinyatakan dimuka, adalah jariyah. Bikr disisi lain, digunakan untuk seorang wanita yang belum menikah serta belum punya pertautan pengalaman dengan pernikahan, sebagaiaman kita pahami dalam bahasa Inggris "virgin".
Oleh karean itu, tampak jelas bahwa gadis belia 9 tahun bukanlah "wanita" (bikr) (Musnad Ahmad ibn Hanbal, Vol. 6, p. .210,Arabic, Dar Ihya al-turath al-`arabi, Beirut).

Kesimpulan: Arti literal dari kata, bikr (gadis), dalam hadist diatas adalah "wanita dewasa yang belum punya pengalaman sexual dalam pernikahan." Oleh karean itu, Aisyah adalah seorang wanita dewasa pada waktu menikahnya.

BUKTI #8. Text Qur'an


Seluruh muslim setuju bahwa Quran adalah buku petunjuk. Jadi, kita perlu mencari petunjuk dari Qur'an untuk membersihkan kabut kebingungan yang diciptakan oleh para periwayat pada periode klasik Islam mengenai usia Aisyah dan pernikahannya. Apakah Quran mengijinkan atau melarang pernikahan dari gadis belia berusia 7 tahun?

Tak ada ayat yang secara eksplisit mengijinkan pernikahan seperti itu. Ada sebuah ayat , yang bagaimanapun, yang menuntun muslim dalam mendidik dan memperlakukan anak yatim. Petunjuk Qur'an mengenai perlakuan anak Yatim juga valid doaplikasikan ada anak kita sendiri sendiri. Ayat tsb mengatakan : Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum sempurna akalnya, harta (mereka yang ada dalam kekuasaanmu) yang dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan. Berilah mereka belanja dan pakaian (dari hasil harta itu) dan ucapkanlah kepada mereka kata-kata yang baik. (Qs. 4:5) Dan ujilah anak yatim itu sampai mereka cukup umur untuk kawin. Kemudian jika menurut pendapatmu mereka telah cerdas (pandai memelihara harta), maka serahkanlah kepada mereka harta-hartanya. ?? (Qs. 4:6)

Dalam hal seorang anak yang ditingal orang tuanya, Seorang muslim diperintahkan untuk (a) memberi makan mereka, (b) memberi pakaian, (c) mendidik mereka, dan (d) menguji mereka thd kedewasaan "sampai usia menikah" sebelum mempercayakan mereka dalam pengelolaan keuangan.

Disini, ayat Qur'an menyatakan ttg butuhnya bukti yang teliti terhadap tingkat kedewasaan intelektual dan fisik melalui hasil test yang objektif sebelum memasuki usia nikah dan untuk mempercayakan pengelolaan harta-harta kepada mereka.

Dalam ayat yang sangat jelas diatas, tidak ada seorangpun dari muslim yang bertanggungjawab akan melakukan pengalihan pengelolaan keuangan pada seorang gadis belia berusia 7 tahun. Jika kita tidak bisa mempercayai gadis belia berusia 7 tahun dalam pengelolaan keuangan, Gadis tsb secara tidak memenuhi syarat secara intelektual maupun fisik untuk menikah. Ibn Hambal (Musnad Ahmad ibn Hambal, vol.6, p. 33 and 99) menyatakan bahwa Aisyah yang berusia 9 tahun lebih tertarik untuk bermain dengan mainannya daripada mengambi tugas sebagai isteri. Oleh karean itu sangatlah sulit untuk mempercayai, bahwa AbuBakar,seorang tokoh muslim, akan menunangkan anaknya yang masih belia berusia 7 taun dengan Nabi yang berusia 50 tahun.. Sama sulitnya untuk membayangkan bahwa Nabi menikahi seorang gadis belia berusia 7 tahun.

Sebuah tugas penting lain dalam menjaga anak adalah mendidiknya. Marilah kita memunculkan sebuah pertanyaan," berapa banyak di antara kita yang percaya bahwa kita dapat mendidik anak kita dengan hasil memuaskan sebelum mereka mencapai usia 7 atau 9 tahun?" Jawabannya adalah Nol besar. Logika kita berkata, adalah tidak mungkin tugas mendidik anak kita dengan memuaskan sebelum mereka mencapai usia 7 tahun, lalu bagaimana mana mungkin kita percaya bahwa Aisyah telah dididik secara sempurna pada usia 7 tahun seperti diklaim sebagai usia pernikahannya?

AbuBakr merupakan seorang yang jauh lebih bijaksana dari kita semua, Jadi dia akan merasa dalam hatinya bahwa Aisyah masih seorang anak-anak yang belum secara sempurna sebagaimana dinyatakan Qur'an. Abu Bakar tidak akan menikahkan Aisyah kepada seorangpun. Jika sebuah proposal pernikahan dari gadis belia dan belum terdidik secara memuaskan datang kepada Nabi, Beliau akan menolak dengan tegas karean itu menentang hukum-hukum Quran.

Kesimpulan: Pernikahan Aisyah pada usia 7 tahun akan menentang hukum kedewasaan yang dinyatakan Quran. Oleh karean itu, Cerita pernikahan Aisyah gadis belia berusia 7 tahun adalah mitos semata.

BUKTI #9: Ijin dalam pernikahan


Seorang wanita harus ditanya dan diminta persetujuan agar pernikahan yang dia lakukan menjadi syah (Mishakat al Masabiah, translation by James Robson, Vol. I, p. 665). Secara Islami, persetujuan yang kredible dari seorang wanita merupakan syarat dasar bagi kesyahan sebuah pernikahan.

Dengan mengembangkan kondisi logis ini, persetujuan yang diberikan oleh gadis belum dewasa berusia 7 tahun tidak dapat diautorisasi sebagai validitas sebuah pernikahan.

Adalah tidak terbayangkan bahwa AbuBakr, seorang laki-laki yang cerdas, akan berpikir dan mananggapi secara keras ttg persetujuan pernikahan gadis 7 tahun (anaknya sendiri) dengan seorang laki-laki berusia 50 tahun.

Serupa dengan ini, Nabi tidak mungkin menerima persetujuan dari seorang gadis yang menurut hadith dari Muslim, masih suka bermain-main dengan bonekanya ketika berumah tangga dengan Rasulullah.

kesimpulan: Rasulullah tidak menikahi gadis berusia 7 tahun karena akan tidak memenuhi syarat dasar sebuah pernikahan islami ttg klausa persetujuan dari pihak isteri. Oleh karean itu, hanya ada satu kemungkinan Nabi menikahi Aisyah seorang wanita yang dewasa secara intelektual maupun fisik.

SUMMARY:


Tidak ada tradisi Arab untuk menikahkan anak perempuan atau laki-laki yang berusia 9 tahun, Demikian juga tidak ada pernikahan Rasulullah saw dan Aisyah ketika berusia 9 tahun. Orang-orang arab tidak pernha keberatan dengan pernikahan seperti ini, karean ini tak pernah terjadi sebagaimana isi beberapa riwayat.

Jelas nyata, riwayat pernikahan Aisyah pada usia 9 tahun oleh Hisham ibn `Urwah tidak bisa dianggap sebagai kebenaran, dan kontradisksi dengan riwayat-riwayat lain. Lebih jauh, tidak ada alasan yang nyata untuk menerima riwayat Hisham ibn `Urwah sebagai kebenaran ketika para pakar lain, termasuk Malik ibn Anas, melihat riwayat Hisham ibn `Urwah selama di
Iraq adalah tidak reliable. Pernyataan dari Tabari, Bukhari dan Muslim menunjukkan mereka kontradiksi satu sama lain mengenai usia menikah bagi Aisyah. Lebih jauh, beberapa pakar periwayat mengalami internal kontradiksi dengan riwayat-riwayatnya sendiri. Jadi, riwayat usia Aisyah 9 tahun ketika menikah adalah tidak reliable karean adanya kontradiksi yang nyata pada catatan klasik dari pakar sejarah Islam.

Oleh karean itu, tidak ada alasan absolut untuk menerima dan mempercayai usia Aisyah 9 tahun ketika menikah sebagai sebuah kebenaran disebabkan cukup banyak latar belakang untuk menolak riwayat tsb dan lebih layak disebut sebagai mitos semata. Lebih jauh, Qur'an menolak pernikahan gadis dan lelaki yang belum dewasa sebagaimana tidak layak membebankan kepada mereka tanggung jawab-tanggung jawab.

sumber posting swara Muslim

Ubah cara pandang dalam beramal.

Diposting oleh Mastindi | 00.22 | | 0 komentar »
Baru baru ini selaku sekretaris dari yayasan yang saya terlibat di dalamnya ada sebuah wacana yang saya lemparkan, yakni pencarian dana dari para anggota dan simpatisan yang sebenarnya tidak memberatkan mereka , pencarian dana itu yakni berupa penitipan kotak amal di toko-toko atau warung-warung yang kebetulan mayoritas para anggota dan simpatisan yayasan adalah pedagang.

Saya membuat kalkulasi hitungan jika ada seratus kotak amal yang kita titipkan dengan asumsi per kotak minimal mendapat Rp. 25.000 saja maka yayasan akan mendapat pemasukan Rp. 2.500.000 perbulan.

Rencana tersebut ternyata harus di pending karena sebagian anggota merasa kwatir akan timbulnya fitnah baik terhadap yayasan maupun anggota lantaran belum lama yayasan menarik dana dari mereka sehubungan dengan keperluan atau hajat besar mulai dari pembelian kendaraan ambulan maupun untuk acara Maulid.

Sebenarnya bila yang di masalahkan adalah donasinya mungkin kurang tepat, karena kotak amal tersebut yang mengisi adalah para pembeli atau dermawan, para anggota atau simpatisan hanya sebagai perantara yang menjadi tempat kotak tersebut dititipkan, tapi yang menjadi kekwatiran anggota adalah lantaran biasanya kotak-kotak amal yang tersebar di mana-mana hanya diperuntukkan untuk pembangunan masjid atau setidaknya sebagian untuk pembangunan masjid sebahagiannya lagi baru untuk kegiatan sosial. Adapun kotak yang sedianya akan disebarkan oleh kami adalah murni untuk kegiatan sosial, yang meliputi santunan para du’afa, fakir miskin anak yatim dan bea siswa bagi bagi anak yang tidak mampu tapi berprestasi.

Alasan bukan untuk masjid itulah yang membuat wacana terpaksa di pending , maka bila demikian perlu adanya revolusi mindset atau cara pandang masyarakat kita dalam hal beramal walaupun saya yakin sekarang ini masyarakat kita khususnya kaum Muslimin sudah mulai cerdas dalam beramal . yakni sudah merambah kepada amal yang bersifat investasi amal sosial karena kemanfaatannya untuk Islam ke depan sangat diperlukan.

Saya rasa sudah bukan saatnya lagi kita memfokuskan amal jariah kepada pembangunan Masjid, di samping karena sudah cukup banyaknya jumlah Masjid sehingga yang ada tidak berfungsi secara maksimal, sebagaimana yang diinginkan Rasulullah yakni sebagai central kegiatan umat Islam, tapi sudah saatnya amal jariyah itu kita arahkan kepada investasi masa depan umat islam yang lebih luas seperti penuntasan kemiskinan seperti pemberdayaan ekonomi umat agar umat yang asalnya menjadi mustahiq (penerima zakat)beralih menjadi muzakki (pemberi zakat) dan ini tidak akan terjadi apabila kita tidak punya perhatian extra terhadap mereka, juga santunan yang bersifat konsumtif karena keadaan yang memang darurat, dan tidak boleh di abaikan juga adalah investasi pendidikan bagi siswa yang tidak mampu namun berprestasi, sangat di sayangkan bila ada seorang anak yang cukup berprestasi namun harus putus pendidikannya di tengah jalan lantaran ke tidak adaan biaya, padahal banyak cara untuk bisa mereka tetap melanjutkan sekolahnya.

Kerangka berfikir seperti inilah yang sekarang harus di tanamkan pada hati para dermawan. Dan hal ini juga bagian (sebenarnya) dari golongan mustahiq seperti yang terdapat dalam surat at-taubah ayat 60.

Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para muallaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berutang, untuk jalan Allah dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai sesuatu ketetapan yang diwajibkan Allah; dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.

Adapun pemberdayaan ekonomi umat menurut saya adalah bagian dari ayat tersebut yakni membebaskan umat Islam dari perbudakan baik perbudakan riba (bunga bank) maupun rentenir yang mencekik leher.

Yang terakhir bantuan atau santunan yang bersifat konsumtif juga perlu dikeluarkan, karena melihat banyaknya para du’afa baik di Jakarta maupun di kampung sendiri yang memerlukan uluran tangan dari para dermawan, dan akan lebih bijak kalau yang menyalurkan adalah amil bukan yang para dermawan di samping untuk menghindarkan amal yang bersifat ria juga agar sang penerima tidak perlu merasa berhutang budi pada para dermawan karena sebenarnya apa yang mereka terima adalah merupakan hak mereka yang Allah titipkan di harta para dermawan.

Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bahagian.(QS 51;19)


Beda Pendapat

Diposting oleh Mastindi | 19.35 | | 0 komentar »

Beda pendapat !. benarkah Rachmad
اختلاف امتى رحمة
(perbedaan pendapat pada ummatku adalah rachmat)
Pernah dengar ungkapan di atas ? para ulama ahli hadits mengatakan “ungkapan tersebut bukan hadits, melainkan ucapan ulama, tapi redaksinya seperti hadits, sebagian lagi mengatakan hadits daif (lemah), bahkan maudhu (palsu), mereka mengatakan :
لاأصل له
Artinya “tidak ada asalnya (hadits itu)

Hal ini karena hadits tersebut bertentangan dengan al-Qur,an (yg menjadi salah satu syarat hadits shaheh),
واعتصموا بحبل الله جميعا ولا تفرقوا

Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, (QS 3;103)

ولا تكونوا كالذين تفرقوا واختلفوا من بعد ما جاءهم البينات وأولئك لهم عذاب عظيم

Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. Mereka itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat,(QS 3;105)

Pertanyaannya “apakah perbedaan itu tidak ada ?

Perbedaan itu adalah fitrah atau manusiawi, bahkan dalam hal syar,e , Abu Bakar RA. Berbeda pendapat dengan sahabat yang lain tentang sangsi pelanggar Zakat, Usman RA. Juga berbeda pendapat tentang penunjukan posisi jabatan penting, bahkan di anggapnya mengutamakan para kerabatnya.

Perbedaan pendapat, selama terjadi dalam hal yang sifatnya bukan primer, pokok atau prinsip adalah merupakan khazanah kekayaan intelektual Islam, bahkan perbedaan pendapat secara alamiah pasti terjadi setelah Islam tersebar jauh ke pelosok negeri luar jazirah Arab, karena situasi dan kondisi yang memaksa terjadinya perbedaan pendapat tersebut, hal ini terbukti dengan banyaknya Madzhab atau pendapat yang dibukukan yang di antaranya terkenal adalah 4 pendapat atau Madzhab yakni bila di urut sesuai masa dakwah mereka,

yang pertama Imam Abu Hanifah tahun 80 s/d 150 H.

Ke dua : Imam Malik tahun 93 s/d 179 H.

Ke tiga : Imam Syafi’e tahun 150 s/d 204 H

Ke empat : Imam Ahmad tahun 162 s/d 241 H.

Perbedaan pendapat di kalangan orang alim atau berilmu memang merupakan Rachmad sebagai wujud betapa luasnya lapangan Ijtihad dalam Islam, selama itu tidak keluar dari yang prinsip, dan menjadi kekayaan ilmu pengetahuan dalam Islam, karena setiap kali Al-Qur,an di baca setiap kali itu pula kita selalu mendapatkan pemahaman yang baru.

Namun bagaimana bila perbedaan pendapat itu terjadi di kalangan orang awam, yang setiap hari dari pagi sampai sore ada di sawah, di pabrik, di jalanan baik sebagai buruh maupun petani yang tak ada waktu dan kesempatan mempelajari agama ini dengan lebih dalam, mereka hanya manut (tunduk) pada ucapan Ustadz atau Kiayinya, bahkan keduanya menjadi figur sentral yang amat di kultuskan, sampai-sampai mereka menganggap Ustadz atau Kiayinya tidak pernah salah, maka perbedaan boleh jadi menjadi sumber masalah atau “laknat.

Dan yang lebih miris lagi kadang sang Ustadz mengambil keuntungan dari ke figuran mereka dengan mengagungkan pemahaman mereka dan merendahkan pemahaman pihak lain yang berbeda, untuk menjaga eksistensi mereka di depan jamaahnya, mereka tidak diberi pemahaman yang benar, agar bisa membedakan mana khilafiyah, Khurafat dan Bid,ah, yang mereka tahu bila berbeda berarti “musuh.

Bila itu yang terjadi kapan ummat ini bisa bersatu ? padahal musuh Islam saling bahu membahu berusaha menghancurkan Islam baik dari dalam maupun dari luar tubuh Islam.
Maka sekarang solusinya, beri pencerahan kepada Ummat, pahamkan mereka “ bahwa perbedaan selama bukan hal yang prinsip dan telah final adalah fitrah, dan harus di sikapi dengan arif dan bijaksana.

Maulid nabi Muhammad SAW.

Diposting oleh Mastindi | 23.45 | | 0 komentar »

Setiap tahun peringatan Maulid di adakan dari rumahkan, mosallah, masjid bahkan Istana negara, turut memperingati hari kelahiran nabi Muhammad SAW. Dari yang ala kadarnya sampai yang dengan memakan biaya puluhan bahkan mungkin ratusan juta,.. masya Allah ,. Kalau yang mengadakan Istana negara dengan biaya yang besar tentulah ada sponsor, bagaimana dengan sebuah Ormas atau masjid kecil yang mengadakan dengan biaya begitu besar yang di dapat secara swadaya, ah... andai saja dana itu untuk membeli buku atau kitab sebagai tambahan koleksi perpustakaan , pasti !.“JIKA remajanya rajin membaca wawasan mereka akan bertambah luas .

Terlepas dari kontroversi tentang peringatan Maulid, tidak etis rasanya kalau yang mengadakan disebut sesat lantaran dianggap Bid,ah,. . toh mereka sedang mengekspresikan kecintaannya kepada baginda nabi dalam wujud mengenang hari lahirnya, meski para sahabat tabiet dan tabien tidak pernah melakukannya, tentu mereka punya lasan sendiri, jangan benci mereka , apalagi menghalangi mereka dalam mewujudkan rasa cintanya, bila ingin benci, bencilah Ahmadiyah, bencilah para pendukungnya, mereka NYATA, JELAS menentang nabi.

Dan tidak bagus juga memusuhi saudara kita yang tidak melaksanakan Maulid, karena mereka juga punya argumentasi sendiri, punya cara sendiri dalam mewujudkan rasa cintanya kepada Rasulullah, mereka tak ingin menambah aturan baru dalam agama ini, karena memang Islam sudah sempurna,. Intinya apapun yang kita lakukan harus jelas sumber argumentasinya.

Sepintas tentang sejarah Maulid ,: mungkin kita sama-sama tahu bahwa Maulid pertama kali diadakan pasa masa pemerintahan Bani Abbas (sebuah sumber mengatakan sebelum itu) kira-kira pada abad ke lima Hijriyah, pada waktu itu, wilayah yang dikuasai kaum muslimin banyak yang jatuh ke tangan tentara Salib, dan yang paling menyakitkan adalah jatuhnya Baitul Maqdis ke tangan tentara Salib, sementara ghirah juang Umat Islam semakin menipis,. Maka tersebutlah pada masa itu seorang yang bernama Salahuddin al-Ayyubi ber inisiatip mengadakan acara yang tujuannya membangkitkan kembali heroisme tentara Muslim dalam berperang di medan Jihad, dengan menjadikan hari kelahiran baginda nabi SAW. Sebagai momennya,. Setelah meminta pertimbangan dari berbagai pihak, karena konon katanya mayoritas Ulama menentang acara itu lantaran tidak pernah dilaksanakan baik itu oleh para sahabat, tabiet dan tabien, tapi arena niat yang tulus dan argumentasi yang mendukung jadilah acara tersebut dengan dibarengi sebuah sayembara menyusun sejarah nabi dalam bentuk bahasa yang sangat indah, baik dalam segi balaghah , maani dan bayan, dan keluar sebagai pemenangnya seorang ahli bahasa Arab yang bernama “Al-Bazanji, yang (namanya sekaligus menjadi nama kitabnya)

Alhasil acara itu betul-betul membangkitkan secara cepat ghirah juang para tentara Muslim, dan dengan Gemilang dapat merebut Baitul Maqdis dari tangan tentara Salib.. adakah pelaksanaan Maulid yang kita adakan setiap tahun membawa hasil gemilang untuk perbaikan Umat ? sebagaimana dulu Salahuddin Al-Ayyubi,. Semoga saja ada, agar dana besar yang menjadi amanah Ummat dapat dipertanggung jawabkan dalam bentuk ada sesuatu yang berubah menjadi lebih baik dari sebelum diadakannya Maulid.

Gimana bila yang pro dan kontra kita kesampingkan sekarang kita bahas bagaimana semestinya akhlak seorang Muslim kepada baginda nabi SAW.

1. . Memanggil atau menyebut Rasulullah dengan panggilan yang hormat atau sopan, para sahabat selalu memanggil nabi Muhammad dengan panggilan “ Ya Rasulullah, hal ini sesuai dengan firman Allah yang terdapat dalam surat an-Nur ayat 73

Perhatikanlah, bagaimana mereka membuat perbandingan-perbandingan tentang kamu, lalu sesatlah mereka, mereka tidak sanggup (mendapatkan) jalan (untuk menentang kerasulanmu).

2. . Allah mewajibkan atas seorang Mukmin untuk mengikuti dan mencintai Rasulullah, seperti yang Allah sebutkan dalam surat al- Hasyar ayat 7

Dan apa yang dilarangnya bagimu, Maka tinggalkanlah. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Amat keras hukumannya.

Juga pada ayat 31 pada surat al- Imran

“Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah Aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

3. . Menjadikan Rasulullah sebagai hakim atau imam (contoh) sebagaimana firman Allah dalam surat An-nisa ayat 65

Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.

4. . Mencintai Rasulullah no 2 setelah mencintai Allah sbagaimana yang Rasulullah tuntuk pada seorang Mukmin. Sebagaimana hadits yang diriwatkan oleh Buhari Muslim .

Rasulullah bersabda “ demi yang jiwaku di tangannya “tidak dikatakan beriman seorang Mukmin sehingga ia mencintaiku melebihi dari anak dan orang tuanya.

5. . Membaca salawat saat namanya di sebut, sebagaimana sabdanya “ tahukah kalian orang yang bakhil, para sahabat menjawab, Allah dan rasulnya yang lebih tahu, nabi bersabda, yaitu orang yang disebut namaku namun dia tidak bersalawat kepadaku.

6. . Menghidupkan dan mentradisikan sunnahnya.

Uraian tadi sebenarnya sangat ringkas , dan mungkin menurut hemat saya momen maulid ini bisa kita jadikan sebagai titik awal kita memulai wujud cinta kita kepada Allah.

Wallahu a’lam bissawab.