MagzNetwork

jangan remehkan shalat

Diposting oleh Mastindi | 16.35 | | 0 komentar »

Saat mengisi majlis Taklim ibu ibu dalam bab shalat, dan sangsi bagi yang meninggalkannya, seorang jamaah curhat “

Ibu. Saya ingin sekali shalat, tapi moshalla di tpt kerja sangat sempit, mesti berdesakan di tambah lagi jam istirahat yg hanya 15 menit, kapan waktu makannya ? mukena juga gantian..

Saya. Bagaimana dgn tempat , maksud saya PT yang lain ? apa juga sama ?

Ibu . di PT tpt kerja temen yg agak jauhan enggak berdesakan, soalnya moshallanya agak besar dan ada marbootnya, lebih bersih dan mukenanya juga banyak, kata temen saya yg kerja di sana,.

Saya. Kok gak pindah aja kesana ?

Ibu. Yah ! di sana gajinya kecil jarang lemburannya.

Saya . jam berapa berangkat kerja,. Apa bapak tidak kerja ?

Ibu,. Jam 5 subuh, pulang jam 10 malam, bapak kerja ngojek..

Dialog di atas, dan apa yg dikeluhkan ibu tadi sebenarnya juga mewakili ibu ibu atau jamaah yang lain, sebenarnya, masalah mereka bisa di atasi dgn dialog, yang difasilitasi serikat kerja yang ada, toh para taipan itu (pemilik perusahaan) rata rata adalah orang asing, semestinya mereka tunduk pada aturan yg ada di negri ini, yaitu memberikan kesempatan ibadah dan tempat yg memadai utk karyawannya, menurut asumsi saya, ada dua hal yang menjadi pokok permasalah saya dalam hal ini,

Pertama : pemilik perusahaan yang rata-rata ateis atau paling tidak tidak se Aqidah dgn karyawannya, sehingga mereka bersikap masa bodoh.

Kedua ; para karyawan itu sendiri yang tidak begitu merasa perlu, menjalankan kewajiban agamanya termasuk shalat sehingga mereka mengabaikan hal trsebut. Hal ini disebabkan karena mereka bekerja seperti robot atau di porsil sedemikian rupa, atau karena tuntutan kebutuhan keluarga yang begitu besar.

Pindah tempat kerja, mungkin itulah solusinya, tapi gaji kecil menjadi pertimbangan, disinilah mungkin yang perlu diperjelas,. Sebab besar kecil itu relative, pertanyaannya !.kenapa yg kerja di tempat yang dianggap bergaji kecil itu juga bisa hidup, menafkahi keluarganya, bahkan mungkin bisa menabung,? jawabannya ,. Mungkin itulah yang disebut “Berkah, sebab rizeki yg tidak berkah bagaikan uap, mudah memuai tak jelas kemana arah perginya,mudah hilang hanya dgn tiupan angin, yang ada kurang dan kurang..

Dalam sebuah ayatNya Allah berfirman “

Sesungguhnya orang-orang yang diwafatkan malaikat dalam keadaan menganiaya diri sendiri, (kepada mereka) malaikat bertanya: "Dalam keadaan bagaimana kamu ini?". Mereka menjawab: "Adalah kami orang-orang yang tertindas di negeri (Mekah)". Para malaikat berkata: "Bukankah bumi Allah itu luas, sehingga kamu dapat berhijrah di bumi itu?". Orang-orang itu tempatnya neraka Jahanam, dan Jahanam itu seburuk-buruk tempat kembali, (QS 4;97)

Andai saja kita menyadari betapa pentingnya pengabdian terhadap sang pencipta, mungkin kita tak akan sempat ke mana mana, ingin ibadah dan ibadah, meski ibadah bukan hanya shalat, kerja yg halal juga bernilai ibadah, bahkan kata rasulullah, “seorang yg mati disebabkan pekerjaan halalnya, maka matinya adalah syahid, (tentu tak setinggi shahid membela agama Allah di medan perang), tapi shalat adalah ibadah utama yang menjadi barometer bahkan menjadi sayarat diterimanya amal yang lain,. Intinya “bila shalat ditinggalkan maka semua amal yg lain dianggap batal/tidak ada, naudzu billa..

Silahkan baca artikel lainnya yang terkait dengan pos di atas

0 komentar

Posting Komentar

Sampaikan keritik dan saran anda