MagzNetwork

Memahami makna syahadat.

Diposting oleh Mastindi | 08.06 | | 0 komentar »


Seorang akhwat curhat tentang kesulitannya menjawab pertanyaan seorang misionaris Kristen tentang Syahadat sang misionaris bertanya “ saat anda bersyahadat kepada siapa anda bersaksi ? bukankah anda tidak melihat Allah.

Pertama-tama saya mohon maaf, karena pasti jawaban saya tidak memuaskan karena kemampuan ilmu yang saya miliki sangatlah sedikit, mungkin yang bisa menjawab pertanyaan ini adalah seorang ulama yang dalam ke ilmuwannya tentang masalah Aqidah, atau paling tidak orang yang memahami masalah Kristologi, namun ini bagi saya adalah tantangan untuk belajar lebih giat dan tentunya jawaban ini disesuaikan dengan wawasan dan pemahaman yang saya miliki.

Selanjutnya yang juga harus kita ketahui ialah seorang misionaris, adalah pendeta yang sudah terlatih untuk memberikan pertanyaan yang jawabannya sangat sulit dan bahkan di luar kemampuan kita karena boleh jadi jawabannya tidak mudah atau bahkan tidak terdapat di dalam al-Qur,an sebagai dasar argumentasi kita, melainkan melalui logika yang tentunya tidak boleh melenceng dari batasan-batasan al-Qur,an kalaupun kita bisa menjawab mereka telah mempersiapkan pertanyaan selanjutnya, terus dan terus hingga dia bisa memastikan kita tidak mampu lagi menjawab.

Bila hal itu yang terjadi boleh jadi dampaknya akan menumbuhkan keraguan terhadap Islam kita, itu dampak negatifnya yang mereka inginkan, namun bagi yang tinggi loyalitasnya akan menjadikan sebagai tantangan untuk belajar lebih dalam lagi tentang Islam.

Yang ditanyakan misionaris tadi adalah persoalan Aqidah atau ke Imanan namun terkait sebenarnya dengan masalah pemahaman kita tentang penguasaan bahasa Arab, yang misionaris tadi kurang paham hingga menyulitkan kita untuk menjelaskannya.

Pertama شهدة (syahadatan) berasal dari kata شهد (Syahida) yang maknanya bersaksi , bersaksi melebihi dari mendengar atau sekedar melihat, karena tuntutan dalam bersaksi ialah اعلاما كماترى (i’laman kama tara) mengilmui seperi melihat langsung, pertanyaannya mengapa ilmu ? ilmu dalam Islam mempunyai kedudukan yang sangat mulia dan tinggi, dalam beramal harus di landasi dengan ilmu bahkan kita di larang beramal tanpa ilmu.


Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya. (QS 17;36)

Juga tak terkecuali masalah Aqidah, Allah tidak mau hamba-Nya memahaminya secara buta.

Maka ketahuilah (ilmuilah !), bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan (Yang Hak) melainkan Allah (QS 47,19)

Oleh karena itulah syahadat bagi seorang Muslim bukan hanya pengakuan di bibir melainkan menuntut adalah interaksi dengan perbuatan kita, karena Syahadat adalah Ikrar, sumpah tentang kesediaan kita beraqidah atau beriman kepada objek sumpah kita seperti yang di nyatakan Rasulullah.

الايمان تصديق بالقلب وقول باللسان وعمل بالاركان

Iman ialah , membenarkan di hati di akui di lisan diwujudkan dalam bentuk perbuatan.

Hal itu dapat kita pahami manakala kita melihat sejarah pada masa diturunkannya Rasulullah adalah pada masa-masa gemilangnya bangsa Arab dalam hal syair atau sastra jadi mereka paham benar apa yang disampaikan rasulullah dalam haditsnya yang berbunyi.

من قال لااله الا الله دخل الجنة

(barang siapa yang mengucapkan “lailaha illlalhu, ia akan masuk syurga)

Kalimat قال bukan seperti yang kita pahami dengan makna berkata, namun mempunyai makna yang cukup luas, yang menuntut adanya konsekuensi , ini artinya mereka harus meninggalkan sesembahan mereka atau paganisme mereka, beda dengan kita tanpa iming-iming syurga saja kita mau mengucapkan kalimat tadi (la ilaha illallahu), karena keawaman kita dalam makna sebuah kalimat .

Mungkin yang saya sampaikan melenceng dari pertanyaan semula, tapi bila anda bisa menjelaskan tuntutan dari makna menyaksikan, maka akan bisa di tarik kesimpulan bahwa “

Kita bersaksi kepada Allah yang walaupun kita tidak melihatnya, tapi kita mengilmui akan keberadaan-Nya, itulah puncak dari keberhasilan penghambaan kepada Allah yang kita kenal dengan ikhsan.

ان تعبد الله كانك ترآه فان لم تكن ترآه فانه يرآ

(kamu beribadah kepada Allah, seolah kamu melihat-Nya bila kamu tidak melihat-Nya maka ia yang melihatmu)

Tapi sayangnya hal ini amat susah kita jelaskan pada misionaris, karena yang mereka inginan adalah yang logis menurut asumsi mereka,padahal doktrin keimanan mereka beda dengan kita maka tentunya hal itu tidak dapat dipaksakan.tapi sebenarnya hal ini bisa kita imbangi manakala kita juga diberi kesempatan bertanya ulang tentang doktrin ketuhanan mereka seperti contoh “

Benarkah Yesus sebagai Tuhan , jika benar tolong tunjukkan beberapa dalilnya (bukan cuman satu)dalam Injil yg tanpa catatan kaki ? atau benarkah Injil disebut kitab suci ? padahal di dalamnya ayat-ayat yang menceriterakan persundulan/perzinahan antara ayah dan anak,. Lalu mengapa yesus saat sekarat di tiang salip memanggil nama tuhan-Nya agar jangan meninggalkannya dalam saat seperti itu, dan banyak lagi.

Sekian jawaban kk ,kk senang kalau kalau keny merasa kurang puas, itu berarti keny kritis, tidak cukup puas hanya dari satu sumber, carilah sumber yang lain agar bisa saling melengkapi.



Silahkan baca artikel lainnya yang terkait dengan pos di atas

0 komentar

Posting Komentar

Sampaikan keritik dan saran anda