Sesungguhnya Allah tidak memandang kepada jasad kalian dan wajah kalian, akan tetapi Allah memandang kepada hati kalian (HR. Muslim)
Hadits di atas adalah hadits yang ke tujuh (7) dari bab Ikhlas dan menghadirkan Niat pada kitab Riyadush shalihin .
hadits di atas bagi saya mempunyai makna yang sangat dalam, apa yang di sampaikan baginda yang mulia merupakan sebuah nasehat yang senantiasa tetap aktual, tidak terbatas ruang maupun waktu tentunya bagaimana kita memahami sebuah pesan dari sebuah hadits.
Allah tidak menilai seseorang melalui jasad, jasad adalah visualisasi dari sesuatu yang syahadah, nampak atau kongkrit, baik berupa harta maupun keelokan badan kita, dan juga tidak menilai seseorang dari wajah, atau penampilan , penampilan adalah sesuatu yang meskipun nampak namun sebenarnya dia maya, abstrak , penampilan bisa juga bermakna strata sosial baik berwujud kedudukan atau kekuasaan maupun ekonomi, atau juga sesuatu pencitraan yang kini marak di dunia politik kita , untuk menjaring opini dari publik sebab tujuan tertentu.
akan tetapi Allah menilai seseorang dari hatinya, kenapa musti hati ? karena hati adalah tempatnya niat, motivasi apa yang melatar belakangi seseorang untuk melakukan sesuatu, tentunya tergantung niat yang terkandung di dalam lubuk hatinya.. tepatlah sekali kalau Syek An-Nawawi meletakkan hadits di atas sebagai bagian dari bab Ikhlas dan niat.
dan karena di hati itu pulalah iman Allah letakkan, yang bagi seorang Mukmin harus menjadi pemandu setiap amalnya, adapun niat adalah motivatornya, dan ilmu adalah sebuah jalan sedangkan syareat adalah mekanismenya serta ridha Alah adalah tujuannya.