Dari amirul Mukmini
Abi Umar al-Khattab Bin Nufail bin Abdil “uzza Bin Rayah bin Abdillah bin Kurti
bin Razah bin Adiyyi bib ka’ab bin laawwi bin ghalib al-Quraisy al-‘adawi,
semoga Allah Rihda kepadanya berkata
: aku medengar Rasulullah SAW bersabda "
“Sesungguhnya amal itu tergantung kepada
niatnya, dan sesungguhnya bagi seseorang tergantung apa yang ia niatkan, maka
siapa yang hijrahnya kepada (karena) Allah dan RasulNya, maka Hijrahnya kepada
Allah dan Rasulnya, dan siapa yang hijrahnya karena dunia yang ia ikutinya, dan
wanita yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya kepada apa yang ia hijrah (HR.
Muslim)
Bila
kita perhatikan redaksi hadits ini, maka wajar kalau para ulama memakai hadits
ini untuk beberapa masalah hukum.
Pertama
: ulama ahli fiqih memakai hadits ini
sebagai rujukan dan argumentasi ‘bahwa sahnya amal tergantung kepada niat, ini
dapat kita pahami bila kita melaksanakan shalat Subuh dan Fajar di waktu yang
sama, apa yang membedakan ? .. toh bacaan dan gerakan serta waktunya sama,
kalau buka niat.. hingga kemudian berkembang , apakah niat itu hartus di
dzahirkan atau di sirkan, namun yang jelas niat itu hukumnya adalah wajib,
(sebagian Ulama mengatakan ‘hukumnya adalah syarat)
Kedua
: ulama ahli Aqidah, mereka menafsirkan hadits ini berkaitan dengan masalah
Aqidah, yakni keikhlasan dalam beramal, yakni niat apa yang terkandung dalam hati
kita saat kita melakukan sesuatu, karena Allah ? atau karena yang lainnya, baik
itu bentuknya riya maupun sum’ah. Mereka melihat dari sisi asbabul wurudnya,
yakni dilatar belakangi oleh hijrahnya yang Mulia dari Mekkah ke Yatsrib
(Madinah) waktu itu motivasi para muhajirin berbeda-beda. Ada pedagang yang
hijrah karena pelanggannya, ada pemuda yang sedang jatuh hati Hijrah karena
wanita idamannya ikut hijrah,.namun sebagi sebuah perintah suci (karena dengan
Hijrah itu Islam dapat diselamatkan dan di kembangkan di Madinah) Hijrah
mempunyai keberkahan, tak terkecuali bagi yang bukan karena Allah.
Dalam
hadits di atas kita di anjurkan agar meluruskan dan membersihkan hati dari
segala pamrih selain Allah dam berbuat dan beramal, karena tidak ada amal atau
perbuatan yang tanpa pamrih, namun pamrihnya seorang Mukmin adalah kepada Allah
sebagai wujud cintanya kepada rasul.
Ingat
!.. bila ada 100 kebajikan yang akan kita lakukan maka setan sanggup merusak
hingga 99, kecuali satu yakni “ikhlas, sebagaimana pernyataannya.
39.
Iblis berkata: "Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku
sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan ma'siat) di
muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya,
40.
Kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlis[799] di antara mereka".(QS 15
39/40)
Ikhlas
mempunyai antonim riya, sum,ah bahkan Ikhlas lawan kata lainnya adalah Syirik. Orang
yang berbuat karena riya dan sum’ah persis seperti mengisikan air kepada
keranjang (bukan ember), maka amalnya habis tercecer, dan kelak di yaumil akhir
Alah akan mengusirnya dan meminta agar pelaku riya tersebut disuruh meminta
pahala dari orang yang dulu di dunia ia berbuat riya dan sum’ah.
Naudzu
billah.. maka ikhlaskan niat..bersihkan hari dari niat kotor.
Silahkan baca artikel lainnya yang terkait dengan pos di atas
0 komentar
Posting Komentar
Sampaikan keritik dan saran anda