MagzNetwork

Demokrasi dan suara tuhan

Diposting oleh Mastindi | 07.20 | | 0 komentar »

Konon di sebuah negeri antah berantah tersebutlah sebuah desa yang diberi otonomi khusus, begitu khususnya desa tersebut sehingga para penduduknya bebas melakukan apa saja untuk kemajuan desanya, termasuk yang melanggar hukum dan terlarang di desa yang lain.

Di desa tersebut, sebagian besar atau mayoritas di huni oleh para bromocorah, residivis, koruptor, pencuri , pemabok, pezina dan pelaku kejahatan lainnya.

Namun sudah menjadi sunnatullah, di desa tersebut sebagai penyeimbang juga di huni oleh seorang Ulama dengan pondoknya berikut santri santrinya meski jumlahnya tidak banyak. Dan desa tersebut juga di huni oleh orang terpelajar, dari profesor, insinyiur SAG dan lain-lain.

Hingga suat ketika pemerintah pusat mengumumkan , bahwa di desa tersebut masa kepemimpinan kades yang lama sudah akan hadis periode jabatannya, dan di haruskan adanya pemilihan kades yang baru dengan System “ siapa yang terbanyak mendapat suara dari konstituennya dialah yang menang dan berhak memimpin desa tersebut.

System pemilihan itu di sebut demokrasi, yakni siapa yang paling banyak meraup suara dialah pemenangnya, tidak ada bedanya, mau suara profesor, tukang becak, insinyiur, pedagang, perampok, pezina pelacur, residivis, bahkan Kiayi ustad, santri semuanya , satu orang satu suara “ dalam system ini katanya, “suara terbanyak adalah suara tuhan, naudzu billah, bagaimana kalau yang terbanyak adalah suara para penjahat, konon katanya system demokrasi adalah bahagian dari system Islam, yakni yang dilakukan rasul ketika bermusyawarah untuk menghadapi musuh dalam perang Uhud, Hmmm... shirah nabawi yang di fahami dan dimakan bulat-bulat.

Mulailah suasana politik lokal memanas, ada dua kandidat yang dicalonkan. Pertama dari kalangan yang menginginkan agar kampung tersebut menjadi kampung yang baldatun tayyiban wa rabbun ghafur, yang dicalonkan adalah seorang ulama kharismatik di kampung tersebut, isu kampanyenya ialah akan menjadikan desa tersebut bersih dari segala macam maksiat dan para pelaku dosa. Calon kedua ialah berasal dari kalangan pro pelaku maksiat, dengan isu kampanye ialah akan menjadikan kampung tersebut sebagai surga para penjudi dan menjadi tempat aman bagi pelaku sex dan kejahatan lainnya, kalau menang kepala desa yang terpilih akan mengajukan proposal kepada pemerintah pusat, agar desa tersebut diberikan otonomi khusus yang seluas luasnya untuk mengatur perekonomiannya sendiri, bahkan bisa membayar pajak tinggi untuk kegiatan maksiat, serta dapat menghidupi sendiri desa tersebut tanpa uluran tangan pemerintah pusat.

Hari H atau hari pencoblosan pun tiba, semua penduduk dari kalangan  profesi dan pejabat serta penduduk biasa dari berbagai strata sosial dan ekonomi memenuhi setiap TPS yang disediakan, hingga melewati shalat Dhohor baru selesai.

Mulailah perhitungan suara di mulai , satu, dua tiga, empat kertas suara mulai di buka, singkat cerita dan mudah di tebak yang meraup suara terbanyak ialah kandidat dari kalangan pelaku maksiat, karena seperti cerita di atas dari kalangan merekalah penduduk desa itu yang mayoritas.

Yah !... mereka menang karena mendapat suara tuhan. “katanya...




Silahkan baca artikel lainnya yang terkait dengan pos di atas

0 komentar

Posting Komentar

Sampaikan keritik dan saran anda