MagzNetwork

TARIKAT FERSI SAYA

Diposting oleh Mastindi | 20.05 | | 0 komentar »


Artikel ini posting, sesuai dengan judulnya yaitu tentang tarekat fersi atau menurut saya yang sangat,sangat awan tentang kedalaman ilmu Islam.

 Tarikat, bila mendengar ungkapan ini saya jadi teringat kepada beberapa rekan saya yang mengaku belajar atau mendalami ilmu tarekat, entah tarekat aliran apa namanya mereka tidak menjelaskan,karena setahu saya tarekat itu ada beberapa, mulai dari Naqsabandiyah, Zadziliyah, Akmaliah dan entah yang apa lagi saya kurang faham.

Namun yang membuat saya kecewa, seperti ada yang lain sejak mereka mendalami ilmu tersebut, seperti ada pandangan yang merendahkan terhadap orang lain, seperti sering mengajak berdebat, dan anehnya lagi saat majadalah itu dilayani dengan argumentasi dari ayat-ayat al-qur,an dan hadits-hadits yang shaheh mereka mengatakan, “gak nyambung itu baru syareat,ilmunya anak TK (taman kanak-kanak) kamu belum nyampe ilmunya.

Sepengetahuan saya,mendalami Islam itu bila ingin benar benar serius,tentunya ada beberapa syarat yang mutlak tidak boleh tidak harus di miliki, seperti ilmu tata bahasa Arab, dari Nahwu, Sharraf, Balaghah tafsir tapi ini anehnya tak dimiliki,bahkan seorang santri senior yang menjadi Ustadz yakni guru saya sendiri di pesantren bahkan dilanjutkan ke luar negeri menjadi guru tetap di beberapa majelis taklim., dibuat seperti tidak berdaya saat di debat .

Sebagai orang awam,saya yang belum pernah atau mungkin juga lupa mungkin pernah bersentuhan dengan salah satu cabang ilmu Islam ini,punya penilaian atau tafsir sendiri menurut ilmu saya yang awan,saya katakan seperti karena hanya amal seperti inilah yang dapat saya persembahkan untuk kehidupan dan tanggung jawab saya kelak di hadapan Allah.

Inilah tarekat, syareat, hakikat dan makrifat menurut saya

Tariqah,adalah bahasa Arab yang artinya jalan , tentunya jalan yang di maksud adalah jalan menuju Ridha Allah, dan jalan itu menurut saya adalah Islam dalam hidup kita jangan sampai kita menggunakan jalan lain, bahkan sampai kita mati pun harus selalu berada di jalan ini, seperti firmannya.

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam Keadaan beragama Islam. (QS 3;102)

Adapaun Syareat, artinya adalah cara, juga bahasa Arab,yakni bagaimana cara kita berjalan di jalan Allah, tentunya cara kita berada di jalan-Nya harus sesuai dengan yang di perintahkan oleh yang punya jalan itu, itulah kenapa Allah menurunkan rasul ke dunia dan dalam bentuk fisik manusia, selain rasul itu memberikan contoh bagaimana cara menjalani aturan Allah, juga bentuk fisik dan psikis yang sama dengan kita yakni manusia maka tidak ada alasan bagi kita untuk mengatakan tidak bisa mengikuti maunya yang mempunyai jalan, karena pemberi contoh juga manusia. Dan tentunya semua cara yang kita lakukan saat berada di jalannya mempunyai nilai yang sama, yakni ibadah.

Selanjutnya, hakikat ,yakni tujuan setiap perintah atau hikmah sebuah amr bila kita renungi , (dan ini membutuhkan pengetahuan lebih dalam lagi) ternyata bukan untuk yang punya jalan melainkan demi kemaslahatan pengguna jalan itu, yakni kita sebagai manusia. Saya beri contoh , anda merasa ribet dan keberatan saat setiap pengendara harus memakai Helm, dan anda baru merasakan manfaat Helm tersebut saat anda atau jatuh melihat orang lain kecelakaan , dan kita data tertinggi penyebab Kematian dalam kecelakaan pengendara sepeda motor ialah luka di kepala, dan ini bisa di minimalisir bila kita atau pengendara menggunakan helm .maka saat itulah kita sadar, ternyata mengenakan Helm adalah kebutuhan kita, adapun contoh ini kaitannya dengan hakikat ialah semua perintah Allah ketika kita berada di jalan-Nya ternyata ada;lah untuk kebutuhan dan kemaslahatan kita sendiri.

Yang terakhir ialah ma’rifat,yakni mengenal,maka bila semua urutan dari Tarikat, Syareat, hakikat kita mampu menelaah dan menjalani secara baik  serta ikhlas maka kita akan mengenal Allah bukan sebagai pemberi beban yang namanya perintah dan larangan, karena perintah dan larangan Allah sebenarnya bukanlah kumpulan beban, semua itu adalah wujud dari kasih dan sayang Allah kepada Makhluk-Nya,yang tercermin dari sifat utamanya yakni “Rachman dan Rachim Maha kasih dan Sayang, ia memberi atau mengasihi sebagai wujud rasa sayang, ia memberi perintah dan mencegah suat perbuatan juga karena sayang.

Wallahu a’lam bissawab.




Silahkan baca artikel lainnya yang terkait dengan pos di atas

0 komentar

Posting Komentar

Sampaikan keritik dan saran anda