|M÷uäur& Ç`tB xsªB$# ¼çmyg»s9Î) çm1uqyd |MRr'sùr& ãbqä3s? Ïmøn=tã ¸xÅ2ur ÇÍÌÈ
“ Terangkanlah kepadaku tentang orang
yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya. Maka Apakah kamu dapat menjadi
pemelihara atasnya?, (QS 25;43)
Ayat di atas mengingatkan saya kepada Allahu
yarham Imanuddin yang akrab dipanggil bang Imad, beliau memang bukan seorang
ulama , namun seorang ahli fisika di dewan pakar ICMI.
Beliau mendefinisikan tuhan , “bahwa
tuhan ialah “ sesuatu yang kita rela di dominasi olehnya.
Artinya, bila sesuatu hal telah
mendominasi kehidupan kita dan dalam hal tersebut tak ada nilai ibadahnya sebagai
bentuk ketundukan kita kepada Allah, maka hal tersebut telah menjelma menjadi
tuhan dalam kehidupan kita.
Karena “Al-hawa maknanya adalah
kecenderungan kepada sesuatu yang begitu kuatnya kecenderungan tersebut hingga
mengalahkan hati dan pikiran sehat kita, ibarat hewan yang diperturutkan hingga
lepas kendali dan kita tidak bisa lagi menjinakkannya.
Begitu pun hawa nafsu yang kita
perturutkan tanpa pengendalian , maka lambat laun pelan namun pasti maka hawa
nafsu itu akan mendominasi kehidupan kita, tengoklah para maniak, betapa mereka
merelakan banyak hal demi hobbynya, yang terkadang tidak dapat dicerna dengan
logika sehat.
Pada akhir ayat ada kalimat “Istifham,
yakni pertanyaan dari Allah
“Maka Apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya.
Pertanyaan retoris, yakni tidak perlu
di jawab, karena pertanyaannya sebenarnya adalah jawaban, yakni “tidak mungkin
nafsu di kendalikan lagi bila hati kita pun telah buta.
Silahkan baca artikel lainnya yang terkait dengan pos di atas
0 komentar
Posting Komentar
Sampaikan keritik dan saran anda