Artikel ini posting, sesuai
dengan judulnya yaitu tentang tarekat fersi atau menurut saya yang
sangat,sangat awan tentang kedalaman ilmu Islam.
Tarikat, bila mendengar ungkapan ini saya jadi
teringat kepada beberapa rekan saya yang mengaku belajar atau mendalami ilmu tarekat,
entah tarekat aliran apa namanya mereka tidak menjelaskan,karena setahu saya
tarekat itu ada beberapa, mulai dari Naqsabandiyah, Zadziliyah, Akmaliah dan
entah yang apa lagi saya kurang faham.
Namun yang membuat saya kecewa,
seperti ada yang lain sejak mereka mendalami ilmu tersebut, seperti ada
pandangan yang merendahkan terhadap orang lain, seperti sering mengajak
berdebat, dan anehnya lagi saat majadalah itu dilayani dengan argumentasi dari
ayat-ayat al-qur,an dan hadits-hadits yang shaheh mereka mengatakan, “gak
nyambung itu baru syareat,ilmunya anak TK (taman kanak-kanak) kamu belum nyampe
ilmunya.
Sepengetahuan saya,mendalami
Islam itu bila ingin benar benar serius,tentunya ada beberapa syarat yang
mutlak tidak boleh tidak harus di miliki, seperti ilmu tata bahasa Arab, dari
Nahwu, Sharraf, Balaghah tafsir tapi ini anehnya tak dimiliki,bahkan seorang
santri senior yang menjadi Ustadz yakni guru saya sendiri di pesantren bahkan
dilanjutkan ke luar negeri menjadi guru tetap di beberapa majelis taklim., dibuat
seperti tidak berdaya saat di debat .
Sebagai orang awam,saya yang
belum pernah atau mungkin juga lupa mungkin pernah bersentuhan dengan salah
satu cabang ilmu Islam ini,punya penilaian atau tafsir sendiri menurut ilmu
saya yang awan,saya katakan seperti karena hanya amal seperti inilah yang dapat
saya persembahkan untuk kehidupan dan tanggung jawab saya kelak di hadapan
Allah.
Inilah tarekat, syareat, hakikat
dan makrifat menurut saya
Tariqah,adalah
bahasa Arab yang artinya jalan , tentunya jalan yang di maksud adalah jalan
menuju Ridha Allah, dan jalan itu menurut saya adalah Islam dalam hidup kita jangan
sampai kita menggunakan jalan lain, bahkan sampai kita mati pun harus selalu berada
di jalan ini, seperti firmannya.
“
Hai orang-orang yang beriman,
bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali
kamu mati melainkan dalam Keadaan beragama Islam. (QS 3;102)
Adapaun
Syareat, artinya adalah cara, juga bahasa Arab,yakni bagaimana cara
kita berjalan di jalan Allah, tentunya cara kita berada di jalan-Nya harus
sesuai dengan yang di perintahkan oleh yang punya jalan itu, itulah kenapa
Allah menurunkan rasul ke dunia dan dalam bentuk fisik manusia, selain rasul
itu memberikan contoh bagaimana cara menjalani aturan Allah, juga bentuk fisik
dan psikis yang sama dengan kita yakni manusia maka tidak ada alasan bagi kita
untuk mengatakan tidak bisa mengikuti maunya yang mempunyai jalan, karena
pemberi contoh juga manusia. Dan tentunya semua cara yang kita lakukan saat
berada di jalannya mempunyai nilai yang sama, yakni ibadah.
Selanjutnya,
hakikat ,yakni tujuan setiap perintah atau hikmah sebuah amr bila
kita renungi , (dan ini membutuhkan pengetahuan lebih dalam lagi) ternyata
bukan untuk yang punya jalan melainkan demi kemaslahatan pengguna jalan itu,
yakni kita sebagai manusia. Saya beri contoh , anda merasa ribet dan keberatan
saat setiap pengendara harus memakai Helm, dan anda baru merasakan manfaat Helm
tersebut saat anda atau jatuh melihat orang lain kecelakaan , dan kita data
tertinggi penyebab Kematian dalam kecelakaan pengendara sepeda motor ialah luka
di kepala, dan ini bisa di minimalisir bila kita atau pengendara menggunakan
helm .maka saat itulah kita sadar, ternyata mengenakan Helm adalah kebutuhan
kita, adapun contoh ini kaitannya dengan hakikat ialah semua perintah Allah
ketika kita berada di jalan-Nya ternyata ada;lah untuk kebutuhan dan
kemaslahatan kita sendiri.
Yang
terakhir ialah ma’rifat,yakni mengenal,maka bila semua urutan
dari Tarikat, Syareat, hakikat kita mampu menelaah dan menjalani secara baik serta ikhlas maka kita akan mengenal Allah
bukan sebagai pemberi beban yang namanya perintah dan larangan, karena perintah
dan larangan Allah sebenarnya bukanlah kumpulan beban, semua itu adalah wujud
dari kasih dan sayang Allah kepada Makhluk-Nya,yang tercermin dari sifat utamanya
yakni “Rachman dan Rachim Maha kasih dan Sayang, ia memberi atau mengasihi
sebagai wujud rasa sayang, ia memberi perintah dan mencegah suat perbuatan juga
karena sayang.
Wallahu
a’lam bissawab.