Menceriterakan
nikmat Allah adalah tanda syukur, mengabaikannya adalah kufur, barang siapa
yang tidak berterima kasih kepada yang sedikit tidak akan berterima kasih
kepada yang banyak, siapa yang tidak berterima kasih kepada manusia, ia tidak
akan berterima kasih kepada Allah, dan bersatu adalah rachmad adapun bercerai
berai adalah adzab.
Apa yang terlintas
dalam benak anda saat membaca hadits di atas, saat ini di mana apa yang semula
terkunci telah terbuka lebar, satu sisi betapa mudah memperoleh kekayaan sumber
pendapatan bagi mereka yang beruntung seolah mengalir tanpa henti memenuhi
pundi-pundi tabungannya, dengan kepintarannya uang dapat dilipat gandakan baik
dalam bentuk usaha formal yang halal maupun haram, namun pada sisi yang lain
bagi yang tidak beruntung betapa sulitnya mencari penghasilan, kompetisi mencari
kerja yang sangat ketat di tambah sempitnya lapangan kerja dan susahnya membuka
lahan usaha, persaingan yang tidak sehat, banyaknya usaha-usaha ritael yang dikelola
para pengusaha besar dalam bentuk mini Market kian menggurita menggulung
usaha-usaha micro yang nota bene milik pengusaha kecil, telah menjadikan jurang
pemisah secara sosial kian menganga lebar, sementara tidak ada kebijakan atau
regulasi yang populer atau pro rakyat.
Saat itulah yang
diberi keberuntungan dalam hidup karena kesibukannya kian jauh dari norma
syara, bagi mereka waktu adalah, uang bukan peluang mencari ridha Allah, hingga
syukur yang mereka nampakkan berubah menjadi pamer, bukan pengayoman terhadap
yang lemah secara ekonomi hingga yang tumbuh adalah kecemburuan sosial,
kecemburuan yang timbul karena terlalu jauhnya jurang sosial akibat termarginalisasi
.
Pada bagian
kehidupan yang lain, banyak pihak yang menyembunyikan nikmat Allah, dengan
banyak mengeluh tentang kekurangan dalam kebutuhan hidupnya tentunya kekurangan
versi mereka, saat di mana kekurangan itu sengaja diciptakan dan dikondisikan
sedemikian rupa , dengan tujuan agar orang lain tidak datang meminta bantuan
baik dalam bentuk pinjaman maupun kewajiban zakat, lalu bagaimana menceritakan
nikmat Allah ? tentunya tidak demonstratif , yakni menceritakan semua
keberhasilan dan hartanya pada tempat dan pendengar yang tidak seharusnya.
ceritakan nikmat Allah dalam bentuk kemurahan
hati, dalam bentuk sikap hingga tercipta kedekatan antara aghniya dan masakin
agar tercipta kedekatan bahkan keluarnya do’a yang tulus dari mereka (para du’afa),
hal ini dapat terwujud apabila si kaya mempunyai rasa empati dan keperdulian
yang tinggi terhadap nasib mereka yang tidak seberuntung dirinya.
Syukuri nikmat
Allah sekecil apapun, karena syukur yang seperti itu akan mengundang nikmat
Allah yang lain sebagaimana janji-Nya
øÎ)ur c©r's? öNä3/u ûÈõs9 óOè?öx6x© öNä3¯RyÎV{ (
ûÈõs9ur ÷Länöxÿ2 ¨bÎ) Î1#xtã ÓÏt±s9 ÇÐÈ
“ Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan;
"Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat)
kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku
sangat pedih".(QS 14;7)
Berterima
kasihlah terhadap kebaikan atau jasa sesama, sebagai bentuk Training untuk kita
berterima kasih yang lebih besar dan banyak yaitu Allah.
Sebuah
ungkapan mengatakan “ hutang uang bisa di bayar hutang budi dibawa mati, jangan
kita remehkan atau menganggap kecil budi baik orang lain, apalagi mengasumsikan
kebaikannya hanya sesuatu yang wajar, seperti pemberian hutangan dari warung
atau toko baik dalam bentuk barang maupun uang di saat kondisi keuangan kita
sedang sekarat, lalu setelah jatuh tempo dan mampu membayarnya kita lunasi
hutang tersebut, maka hal yang perlu kita ingat saat itu ialah, yang kita
bayar ialah jumlah nominal sebagai barter dari barang yang kita ambil , bukan
kebaikan orang tersebut yakni memberi piutang kepada kita di saat kita
kesulitan.
Ciptakan
kebersamaan, karena bersatu itu adalah indah, bila bersatu dalam tujuan , maka
cara apapun yang kita lakukan bila niatnya untuk tujuan yang sama , maka
perbedaan akan menjadi suatu khazanah dan mudah untuk di maklumi ikhtilafnya.
Adapun
bercerai berai adalah siksaan batin, betapa gamlbang dan begitu jelas contohnya,
Multi partai di negeri kita telah membuat permusuhan bukan hanya tingkat akar
rumput, tapi jauh menyelusup ke kaum intelektual, buka hanya bertengkar konsep
tapi tak jarang juga fisik.
Silahkan baca artikel lainnya yang terkait dengan pos di atas
0 komentar
Posting Komentar
Sampaikan keritik dan saran anda