MagzNetwork

Bersyukur

Diposting oleh Mastindi | 16.12 | | 0 komentar »
Menceriterakan nikmat Allah adalah tanda syukur, mengabaikannya adalah kufur, barang siapa yang tidak berterima kasih kepada yang sedikit tidak akan berterima kasih kepada yang banyak, siapa yang tidak berterima kasih kepada manusia, ia tidak akan berterima kasih kepada Allah, dan bersatu adalah rachmad adapun bercerai berai adalah adzab.

Apa yang terlintas dalam benak anda saat membaca hadits di atas, saat ini di mana apa yang semula terkunci telah terbuka lebar, satu sisi betapa mudah memperoleh kekayaan sumber pendapatan bagi mereka yang beruntung seolah mengalir tanpa henti memenuhi pundi-pundi tabungannya, dengan kepintarannya uang dapat dilipat gandakan baik dalam bentuk usaha formal yang halal maupun haram, namun pada sisi yang lain bagi yang tidak beruntung betapa sulitnya mencari penghasilan, kompetisi mencari kerja yang sangat ketat di tambah sempitnya lapangan kerja dan susahnya membuka lahan usaha, persaingan yang tidak sehat, banyaknya usaha-usaha ritael yang dikelola para pengusaha besar dalam bentuk mini Market kian menggurita menggulung usaha-usaha micro yang nota bene milik pengusaha kecil, telah menjadikan jurang pemisah secara sosial kian menganga lebar, sementara tidak ada kebijakan atau regulasi yang populer atau pro rakyat.

Saat itulah yang diberi keberuntungan dalam hidup karena kesibukannya kian jauh dari norma syara, bagi mereka waktu adalah, uang bukan peluang mencari ridha Allah, hingga syukur yang mereka nampakkan berubah menjadi pamer, bukan pengayoman terhadap yang lemah secara ekonomi hingga yang tumbuh adalah kecemburuan sosial, kecemburuan yang timbul karena terlalu jauhnya jurang sosial akibat termarginalisasi .

Pada bagian kehidupan yang lain, banyak pihak yang menyembunyikan nikmat Allah, dengan banyak mengeluh tentang kekurangan dalam kebutuhan hidupnya tentunya kekurangan versi mereka, saat di mana kekurangan itu sengaja diciptakan dan dikondisikan sedemikian rupa , dengan tujuan agar orang lain tidak datang meminta bantuan baik dalam bentuk pinjaman maupun kewajiban zakat, lalu bagaimana menceritakan nikmat Allah ? tentunya tidak demonstratif , yakni menceritakan semua keberhasilan dan hartanya pada tempat dan pendengar yang tidak seharusnya.

 ceritakan nikmat Allah dalam bentuk kemurahan hati, dalam bentuk sikap hingga tercipta kedekatan antara aghniya dan masakin agar tercipta kedekatan bahkan keluarnya do’a yang tulus dari mereka (para du’afa), hal ini dapat terwujud apabila si kaya mempunyai rasa empati dan keperdulian yang tinggi terhadap nasib mereka yang tidak seberuntung dirinya.

Syukuri nikmat Allah sekecil apapun, karena syukur yang seperti itu akan mengundang nikmat Allah yang lain sebagaimana janji-Nya

øŒÎ)ur šc©Œr's? öNä3š/u ûÈõs9 óOè?öx6x© öNä3¯RyƒÎV{ ( ûÈõs9ur ÷LänöxÿŸ2 ¨bÎ) Î1#xtã ÓƒÏt±s9 ÇÐÈ  

Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".(QS 14;7)

Berterima kasihlah terhadap kebaikan atau jasa sesama, sebagai bentuk Training untuk kita berterima kasih yang lebih besar dan banyak yaitu Allah.

Sebuah ungkapan mengatakan “ hutang uang bisa di bayar hutang budi dibawa mati, jangan kita remehkan atau menganggap kecil budi baik orang lain, apalagi mengasumsikan kebaikannya hanya sesuatu yang wajar, seperti pemberian hutangan dari warung atau toko baik dalam bentuk barang maupun uang di saat kondisi keuangan kita sedang sekarat, lalu setelah jatuh tempo dan mampu membayarnya kita lunasi hutang tersebut, maka hal yang perlu kita ingat saat itu ialah, yang kita bayar ialah jumlah nominal sebagai barter dari barang yang kita ambil , bukan kebaikan orang tersebut yakni memberi piutang kepada kita di saat kita kesulitan.

Ciptakan kebersamaan, karena bersatu itu adalah indah, bila bersatu dalam tujuan , maka cara apapun yang kita lakukan bila niatnya untuk tujuan yang sama , maka perbedaan akan menjadi suatu khazanah dan mudah untuk di maklumi ikhtilafnya.

Adapun bercerai berai adalah siksaan batin, betapa gamlbang dan begitu jelas contohnya, Multi partai di negeri kita telah membuat permusuhan bukan hanya tingkat akar rumput, tapi jauh menyelusup ke kaum intelektual, buka hanya bertengkar konsep tapi tak jarang juga fisik.







Silahkan baca artikel lainnya yang terkait dengan pos di atas

0 komentar

Posting Komentar

Sampaikan keritik dan saran anda