MagzNetwork

Antara budak dan hamba

Diposting oleh Mastindi | 19.47 | | 0 komentar »

‘Abdun, ada dua makna untuk kalimat ini, hamba dan budak, keduanya mempunyai pengertian yang berbeda meski dari satu kalimat, hamba adalah makluk dari sang pencipta, adapun budak adalah pengabdi yg dibeli dan dimiliki oleh sang majikan.

Dalam qaidah bahasa Arab dari kalimat “’Abdun menjadi bermakna ibadah bila diakhiri ta’ marbuthoh, meskipun kalimat ‘ibadah adalah akar kata atau masdar dari “abada, ya’budu dengan arti menyembah atau mengabdi, maka bila kalimat abdan merukan bagian dari tashrif abada ya’budu, maka maknanya adalah pengabdian atau penghambaan.

Lalu dimana letak perbedaan hamba dengan budak ?

Seorang hamba atau kata/kalimat hamba konotasinya adalah seorang yang lemah yang selalu dalam perlindungan, seorang hamba tidak banyak memberi namun banyak mendapat, sebagaimana firman Allah

“Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dari segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat dzalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah).( QS 14;34)

Sepertinya (sepengetahuan admin) tak ada sepotong pun ayat al-Qur,an yang memberi sebutan budak kepada manusia selaku hamba Allah, bahkan manusia selaku hamba sangat dimuliakan dari pada makhlu Nya yang lain, terhitung saat kali pertama manusia itu di ciptakan.

Betapa mulianya Allah memperlakukan manusia sebagai hambanya, tak sedikitpun secara tersurat maupun tersirat Allah menempatkan hambanya manusia sebagai budak, bahkan untuk meniti jalan hidupnya Allah memberikan manusia kebebasan dalam memilih “

“Dan katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barang siapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir". (QS 18;29)

Adapun turunnya Al-Qur,an juga merupakan wujud atau realisasi dari sayang Allah kepada hambanya, lalu jika demikian dimana posisi budak bila dikaitkan hubungan pencipta dengan hambanNya ?.

Adapun budak seperti kita ketahui merupakan barang belian yang dimiliki, bahkan secara mutlak oleh tuannya. Bahkan pada masa Romawi kuno kita kenal betapa miris dan tidak berharganya seorang budak, di mana mereka terkadang di adu sampai mati dengan budak lainnya, bahkan darahnya setelah dibunuh menjadi syarat bersumpah bagi seorang pangeran, baru kemudian setelah Islam datang kedudukan budak mulai dihapus secara berlahan, bahkan menjadi salah satu amal utama yang berpahala besar “

“12. Tahukah kamu Apakah jalan yang mendaki lagi sukar itu?

13. (yaitu) melepaskan budak dari perbudakan, (QS 90 :12/13)

Kesimpulannya, manusia bukan budak melainkan seorang hamba mulia yang diberi kelebihan dari makhluk Allah yang lain, namun kemuliyaan itu tergantung manusia sendiri apakah mau meraihnya atau mencampakkannya...

Wallahu a’lam

Silahkan baca artikel lainnya yang terkait dengan pos di atas

0 komentar

Posting Komentar

Sampaikan keritik dan saran anda