MagzNetwork

Ibadah Puasa

Diposting oleh Mastindi | 16.32 | 0 komentar »
183. Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,


Tak dapat dipungkiri semua perintah dan larangan Allah mempunyai maksud atau tujuan yang jelas, yang pada ujung kemanfaatannya kembali kepada manusia itu sendiri, karena pada prinsipnya bila kita mau bersifat kritis terhadap, Amar dan Nahi, atau perintah & larangan semuanya bukanlah kepentingan Allah, sebab Allah tidak berkepentingan kepada ketaatan manusia, sebagai Zat yang Maha segala-galanya.


Begitu pun puasa yang kita laksanakan, merupakan kepentingan mutlak manusia agar terdidik, melalui hikmah-hikmahnya dengan tujuan akhirnya mendidik kita menjadi orang yang bertaqwa,. Taqwa merupakan strata tertinggi di sisi Allah setelah Islam dan Iman, dan bila ini terwujud maka akan tercipta suatu tatanan kehidupan yang saling menguntungkan antar manusia itu sendiri, sebab dengan Taqwa masing-masing pribadi akan berusaha menjadi orang yang senantiasa mampu memelihara dirinya dari segala hal yang merugikan orang lain dan dirinya sendri.
Rasulullah bersabda .


(Puasalah kamu maka kamu akan sehat)


Kesehatan yang di inginkan oleh Rasulullah tentulah bukan hanya kesehatan lahiriyah atau bersifat jasadiah, sebab hal ini dapat juga dilakukan oleh orang kafir, dan puasa yang diperintahkan mempunyai ciri dan perbedaan yang nyata dengan puasa orang-orang jahiliyah, sebab bila tujuannya hanya sehat tentulah tidak perlu adanya qaidah atau aturan-aturan yang khusus dan waktu-waktu tertentu dalam tehnis pelaksanannya, oleh karena hal itulah yang mulia bersabda dalam haditsnya yang lain,


(Berapa banyak orang yang berpuasa, namun tidak ada yang diperoleh dari puasanya melainkan hanya lapar dan haus saja)


Berpuasa sebenarnya mengajarkan banyak hal kepada kita, yang bermuara pada keikhlasan kita, baik ke ikhlaskan yang bersifat vertikal, atau kepada Allah maupun horizontal, yakni kepada sesama hamba Allah


1. Ikhlas dalam beramal, sebab ibadah puasa adalah ibadah Syirriyah atau rahasia yang pelaksanaannya hanya kita dan Allah saja yang tahu, salah satu contoh bila kita berwudhu bersebelahan dgn orang lain, tahukah kita bila atau dia bila saat berkumur dengan sengaja menelan airnya, di sinilah kita diajarkan kejujuran, oleh sebab itulah puasa adalah amal yang terhindar dari riya.


2. Ikhlas dalam menerima, sebab pahala dari ibadah puasa tidak Allah jelaskan kisaran nilanya, hal ini juga harus mengajarkan kita sikap menerima terhadap ketentuan-ketentuan Allah baik bersifat Taqdir, maupun Sunnah-Nya, juga perintah serta larangan-Nya bukankah tanda Iman kepada Allah ialah kepasrahan yang motto SAMI’NA WA ATA’NA, dan ini menjadi panggilan utama utk pelaksananaan ibadah Puasa.


3. Ikhlas dalam memberi, karena puasa juga mengajarkan kita sifat sosial, terbayangkah anda pada saat lapar, yang kisaran waktunya hanya 13 jam dalam sehari, atau satu bulan dalam satu tahun, padahal ada saudara-saudara kita yang menahan lapar 24 jam dalam sehari dan dua belas bulan dalam satu tahun, tentunya dengan ini semestinya akan tumbuh empati kita terhadap penderitaan orang lain, oleh sebab itulah puasa ditutup dengan pelaksanaan Zakat fitrah sebagai pengingat kepada kita, agar jangan sampai pada hari raya dan hari-hari selanjutnya tentunya, ada saudara kita yang kelaparan pada saat kita bergembira dengan kemenangan menyambut Idul Fitri.


Cukuplah sebenarnya bila kita menelaah hadits Rasulullah yang menjadikan dua syarat agar ibadah puasa kita mempunyai nilai di sisi Allah.


(Barang siapa yang berpuasa pada bulan Ramadhan dengan Iman dan Intropeksi, maka akan diampuni apa yang telah lalu dari dosa-dosanya)


Jadi kesimpulannya, Puasa bukan hanya menahan lapar dan haus saja, tapi juga mampu menahan segala hal yang akan membatalkan nilai pahala puasa itu sendiri, Wallahu A’lam.

Silahkan baca artikel lainnya yang terkait dengan pos di atas

0 komentar

Posting Komentar

Sampaikan keritik dan saran anda