Tidak banyak ayat ayat Allah yang dimulai dengan kalimat Tasbih, yang mana kalimat ini merupakan suatu Sunnnah dari Rasulullah untuk kita ucapkan manakala ada sesuatu yang menakjubkan terjadi di depan mata kita, wajarlah kalau Allah memulai kalimat tersebut dalam ayat yang menjelaskan kisah perjalanan Rasulullah dari Masjidil Haram di Mekkah ke Masjidil Aqsa di Palestina (yang disebut dengan Irsa,) dan dilajutkan dengan mi’raj ke Sidratul Muntaha atau tempat terujung yang malaikatpun tidak dapat sampai kesana.
Peristiwa Isra’ dan Mi’raj merupakan suatu mu’jizat yang dihadirkan Allah kepada Rasulullah pada saat beliau menghadapi masa-masa yang menyedihkan yang kita kenal sebagai ‘Amul Hazan atau tahun kesedihan dimana pada tahun tersebut belia telah ditinggalkan oleh orang orang yang telah banyak memberikan motivasi dan perlindungan dalam berdakwah, yaitu Istri beliau Siti Khadijah dan Pamannya Abu Talib, mungkin untuk pamannya kesedihan Rasulullah ialah karena pamannya tidak meninggal dalam keadaan Islam, padahal banyak jasa yang telah diberikan dalam dakwah Rasulullah.
Peristiwa Isra’ dan Mi’raj juga merupakan suatu sleksi Keimanan yang terjadi setelah beliau menceriterakan peristiwa tersebut kepada para sahabi dan kaum Muslimin, yang konsekuensinya pada waktu itu seorang Muslim yang masih labil atau belum mantap keimanannya menjadi Murtad, adapun yang tertarbiyah secara baik maka semakin besar KeImanannya, seperti yang terjadi pada golongan sahabat utama, betapa tidak peristiwa tersebut terlebih pada masa itu belum ada teknologi canggih seperti sekarang,merupakan sesuatu yang sangat diluar nalar atau secara logoka betul betul tidak masuk di akal, tapi para sahabat utama yang mengenal secara baik Rasulullah dan dalam keyakinannya, meyakini hal tersebut sebagai suatu peristiwa yang menunjukkan kebenaran status Rasulullah sebagai seorang nabi, dan peristiwa itu adalah masuk dalam kategori yang harus di Imani bukan dilogikakan.
Adapun di antara konsekuensi dari Isra’ dan Mi’raj adalah diwajibkannya perlaksanaan ibadah Ritual sebagai ciri khas seorang Muslim yang kita kenal dengan Shalat yang menjadi sarana hubungan secara vertikal seorang makhluk dengan Khaliknya, betapa sangat urgennya ibadah tersebut sampai sampai dalam kondisi apapun kita tetap di wajibkan melaksakannya, bahkan amal kita yang lain akan menjadi sia-sia manakala ibadah yang satu ini ditinggalkan, bahkan yang perlu kita ingat dengan shalat sabda Rasulullah dalam suah haditsnya.
(Yang membedakan kami dengan mereka/kafir adalah Shalat, siapa yang meninggalkannya maka ia telah kafir)
Di antara kaum muslimin ada yang menjadikan momen tersebut sebagai suatu Syiar, untuk mengingatkan kembali, akan peristiwa tersebut, meski belum pernah ada evaluasi akan tingkat efektivitasnya bila dikaitkan sebagai sarana dakwah, namun yang jelas, penting atau tidaknya peringatan tersebut, kita sepakat, sekecil apapun bila ada celah untuk menyampaikan suatu kebenaran maka jangan kita lewatkan, apalagi dalam Isra’ dan Mi’raj Rasulullah mendapat titah penting yang menjadi suatu amal utama seorang Muslim.
Begitu pentingkah shalat ? sampai Allah memanggil lansung RasulNya, padahal untuk perintah yang lain cukup melalui wahyu yang dibawa oleh malaikat Jibril, banyak hal yang perlu kita dalami untuk memahaminya, namun yang jelas, tak ada satu perintahpun yang bila dilaksanakan akan menguntungkan bagi Allah dan bila ditinggalkan akan merugikan bagi Allah semua perintah dan larangan Allah adalah untuk kemaslahatan manusia semata , wallahu a’lam.
Silahkan baca artikel lainnya yang terkait dengan pos di atas
0 komentar
Posting Komentar
Sampaikan keritik dan saran anda