MagzNetwork

Falsafah Hamzah Washal

Diposting oleh Mastindi | 01.21 | | 0 komentar »
Bagi yang pernah belajar ilmu sharraf pasti mengenal hamzah washal

Washal dalam istilah bahasa secara umum berarti menyambung, adapun  fungsinya dalam sharraf untuk membantu menghidupkan kalimat yang huruf awalnya sukun atau mati , baik itu kata benda maupun kata kerja.

Pada awalnya ketika seseorang masih seperti  manusia pada umumnya  ibarat kata benda (isim) masih bermakna umum (Nakirah), namun ketika ia berniat meningkatkan status sosialnya, saat itulah ia ingin dirinya punya makna yang lain yang lebih khusus, seperti gelar misalnya yang akan menjadi atribut hingga ia bisa tampil berbeda dari manusia secara umum.

Dalam ilmu Nahwu & Sharraf salah satu yang umum di pakai untuk mengkhususkan (me-makrifat-kan) kata benda , ialah dengan memasukkan ‘AL (alif & lam) , namun yang mesti kita ketahui dari paket “AL tersebut,sebenarnya bukan ALIF & LAM (karena Alif tidak bisa berharkat) melainkan HAMZAH dan LAM , Hamzah itulah yang disebut Hamzah Washal, di mana posisi awal pada kalimat sebenarnya bukan pada Hamzah tapi pada LAM, yang dalam posisi sukun atau mati, adapun masuknya Hamzah , agar suatu kalimat dapat terbaca , dan endingnya dapat diberi makna.

Lalu apa korelasi dari perumpamaan di atas ?

Untuk para kandidat yang akan berkompetisi pada pilkades yang akan datang, Ingat !..  pada awalnya anda bukan siapa-siapa, anda seperti  orang kebanyakan , dan ketika anda berniat meningkatkan status sosial anda dengan sebuah atribut  , maka mutlak anda butuh orang lain, butuh konstituen yang akan membantu mewujudkan cita-cita dan idealisme anda, ibarat  isim Nakirah (umum) ketika ingin menjadi makrifat (khusus) butuh “AL, sebagaimana hamzah washal, terkadang  ia berharkat Katsrah sebagai Personifikasi dari kalangan bawah, terkadang Dhommah, sebagai Personifikasi dari kalangan menengah serta Fathah sebagai  Personifikasi dari kalangan atas.

Dan bila kelak anda terpilih jangan abaikan golongan hamzah washal itu, karena bila anda di eja , anda kembali bukan siapa-siapa.

 Adapun terhadap yang tidak memilihmu , jangan engkau dzalimi  haknya, karena mereka juga punya hak sama untuk disejahterakan, karena sebagai  pegawai pemerintah , engkau adalah kepanjangan tangan negara untuk  kemaslahatan rakyatnya.

Penduduk Jakarta secara konstitusi memang tidak punya hak untuk memilih, tapi secara genetika  kami tetap warga Giligenting  sebagai tanah leluhur , Rasul yang mulia saja ketika akan berhijrah ke Madinah sempat bersedih meninggalkan Mekkah sebagai tempat kelahirannya, apa lagi kami.


Jangan coba abaikan peran penduduk gili yang ada di perantauan, karena perputaran roda ekonomi di kampung,terjadi disebabkan suplay rupiah dari luar.
Silahkan baca artikel lainnya yang terkait dengan pos di atas

0 komentar

Posting Komentar

Sampaikan keritik dan saran anda