Sebentar lagi tepatnya 9 Afril 2014 kita akan memilih pemimpin
negara dan wakil kita di parlemen.sekali lagi pemimpin negara bukan pemimpin
agama, kenapa ? karena Indonesia bukan negara yang diatur atas dasar syareah, Indonesia
adalah negara sekuler yang diatur oleh sebuah konstitusi hasil kompromi para
wakil rakyat , tidak soal apa itu bertentangan dengan syareat atau tidak yang
terpenting konstitusi itu lahir setelah disetujui oleh suara terbanyak.
Kita butuh pemimpin yang kapabel dan kredibel , atau yang bisa
bekerja secara profesional hingga bisa berbuat adil tidak memihak kepada
golongannya saja, dan mempunyai moral yang baik agar tindakannya sebagai
seorang leadher menjadi contoh bagi ummat sehingga kebijakan dan regulasi yang
di buatnya mendapat support dan kepercayaan dari masyarakat.
Demokrasi berbeda dengan syuro yang menjadi konsep dasar pemilihan
pemimpin dalam Islam, demokrasi yang artinya “hukum rakyat (berasal dari bahasa
Yunani) mekanismenya adalah menghitung jumlah suara, bukan menimbang mutu suara
, satu orang satu suara, tidak ada bedanya suara seorang maling dengan suara
seorang ulama. Adapun konsep syuro , atau musyawarah dalam memilih pemimpin
dalam Islam ialah memilih yang terbaik dari yang terbaik oleh orang-orang
terbaik, bukan yang terbanyak tapi yang lebih dekat kepada al-haq di sisi Allah.
Menurut saya’ sebagai rakyat dan sebagai Muslim kita harus
punya andil mengarahkan arah perjalanan bangsa ini melalui kebijakan para wakil
yang kita pilih sebagai wasilahnya. Oleh karena itulah memilih wakil yang akan menjadi
pembawa aspirasi kita dan pemimpin yang akan menjadi imam di mana dalam system konstitusi yang kita anut mempunyai
hak prerogatif atau hak istimewa harus mempunyai ikatan emosional secara ideologi atau se Aqidah.
Sulit menerapkan hukum Allah di sebuah negara sekuler, namun
apa yang tidak bisa kita lakukan seluruhnya jangan tinggalkan semuanya, (mengambil ungkapan dari alm. KH Zaenuddin Mz)lakukan
sebagian yang tidak bertentangan dengan hukum yang ada, para wakil kita yang masih
punya loyalitas kepada Islam atau “wala dan barra dengan konstitusi yang mereka
setujui masih memberikan celah yang bisa kita manfaatkan untuk mengangkat dan
menjaga “Ezzah atau kehormatan kaum Muslimin.
Atas dasar itu pilihlah pemimpin yang mempunyai sifat “wala
atau loyalitas yang tinggi kepada Din ini, yakni Islam, karena dengan Islamnya yang baik dia
bisa berlaku adil (menempatkan sesuatu
pada tempatnya) atau profesional, dan juga punya sifat Barra, yakni mampu
melepaskan diri dari hal-hal yang di luar koridor ridha Allah sehingga dia bisa
melakukan tugas legislasinya dengan penuh amanah.