Peristiwa Ciketing mengingatkan saya pada pristiwa yg terjadi pada tahun 1994, dimana kami remaja masjid, dan aktivis pengajian harus dipanggil ke polres (Jak-Ut) karena kasus perusakan gereja.
Entah siapa yg memulai , jelasnya pd Ahad pagi tiba tiba puluhan warga berteriak teriak menuju sebuah Gereja yg baru dalam tahap pmancangan kusen,. Sebenarnya hal itu tk perlu trjadi andai pihak pemilik rumah yg akan di jadikan Gereja mematuhi peraturan yg ada (SKB 3 Mentri yg sekarang menjadi KMB), yakni intinya adanya persetujuan dari warga dan adanya beberapa org Kristen dalam lingkungan yg akan di bangun Gereja. Adapun pembangunan gereja ini selain tdk mendapat ijin dari masyarakat stempat , juga tidak mempunyai jamaah disekitarnya, adapun yg ada didatangkan dari temat lain.
Sebagai warga masyarakat yg taat hukum , kami sudah mengikuti prosedur yg berlaku yakni menyampaikan surat keberatan , dari RT, RW, Lurah, dan Camat, bahkan tembusan sampai walikota, dan pihak gerejapun sudah mendapat teguran dari kecamatan, tapi anhnya mereka malah smakin keras kepala, hingga terjadi insiden yg tdk di inginkan. Dan buntut dari pristiwa itu beberapa orang dimintai keterangan secara bergiliran 3 org/panggilan dari jam 8 pagi s/d jam 4 sore termasuk saya , yg padahal waktu kejadian saya tidak tahu menahu , karena sdang mendapat tugas dari Ustadz untuk memasang instalasi listrik pengajian,.
Saya pindah rumah pada tahun 1999, dan pada thun 2007 hal yg nyaris terjadi, dimana sorang misionaris membangun sebuah tempat dgn kedok yayasan social, berbagai bantuan utk warga di berikan , namun ujung unjungnya ternyata merupakan bagian dari program Kristenisasi, pada waktu itulah saya merasa benar benar sndiri dalam melawan kristenisasi, tidak seperti di tpt yg lama, yakni bersama sama remaja masjid & pengajian melawan misionaris,karena ustadz yg ada kurang tanggap atau boleh di kata cuek dgn program mereka,. Alhamdulillah pada waktu itu saya sdh membina masjis Taklim, remaja dan Ibu ibu, pada merekalah saya buka kedok kedok misionaris, hampir setiap taklim tak lupa saya sampaikan betapa pentingnya menjaga Aqidah, keluarga, saudara bahkan tetangga dari perampok, atau setidaknya maling maling Aqidah, al hamdulillah reaksi dari kami cukup membuat meredup misi misionaris.
Bagi saudara saudara Muslim yg belum pernah mengalami apalagi menghadapi misionaris, mungkin apa yg trjadi di Bekasi boleh jadi dianggap sbagai bentuk arogansi Umat Islam dalam hal ini FPI,. . dangkal skali yg berpikiran spt itu,. Atau boleh jadi kita telah terprovokasi media massa terutama Televisi yg menayangkan berulang ulang kasus itu, seolah oleh kita ini biadab, tdk toleran, arogan,. Begitulh media menggiring opini public, dan bodohnya kita gampang termakan, tanpa tabayyun, lebih percaya kpd media yg jelas jelas keberpihakannya pada mereka ketimbang saudara kita sendiri, yg seiman.
Saudaraku !.. mengapa kita hanya melihat sulitnya membangun Gereja di daerah yg mayoritas Muslim, bagaimana dengan daerah yg mayoritas non Muslim , . bila anda ingin tahu disana membangun Masjid juga susah !.. karena SKB 3 Mentri juga berlaku di sana,. Ketika org tua saya pulang dari ibadah haji beliau mengunjungi salah satu kerabat yang tinggal di Bali, karena sudah janji katanya,. Saat waktu adzan tiba beliau tdk mendengar Adzan, karena penasaran beliau brtanya, jawabannya “ disini bangun Masjid susah, dan gak boleh Adzan, karena berisik.
Kesimpulannya, saya ingin bertanya.. satu saja !
Bagaimana sikap kita bila di dekat kita ada kegiatan pemurtatan, apalagi dilakukan secara provokatif , dgn tanpa mengindahkan perasaan umat yg mayoritas, apalagi pemukim yg sudah lama ?
Bila saya yg disuruh menjawab, maka modal utama jawaban saya adalah,. SAYA CINTA KEDAMAIAN, TAPI SAYA SEORANG MUSLIM,. Bukan sbaliknya,. SAYA MUSLIM TAPI SAYA CINTA KEDAMAIAN.. saya TIDAK AKAN memilih yg kedua, krn yg kedua berarti membiarkan saudara saudara saya menjadi MURTAD.
6. Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (QS 66;6)