FITNAH KEJI ASUWAJA BAHWA PEMBAGIAN TAUHID MENJADI 3 ADALAH BID'AH YANG SESAT, (SESATNYA DIMANA?)
Tapi yang ingin kita kritik adalah pernyataan bahwa tauhid rububiyyah, uluhiyyah dan asma wa shifat tidak ada dizaman para salaf, dan jika ada dizaman sahabat maka diketawain???
Benarkah Demikian? mari kita perhatikan Maqolah Ulama salaf kita.
1. AL-IMAM ABU HANIFAH AN-NU’MAN BIN TSABIT AL-KUFI RAHIMAHULLAH (W. 150 H) BERKATA,
والله تعالى يدعى من أعلى لا من أسفل لأن الأسفل ليس من وصف الربوبية والألوهية في شيء
“Allah ta’ala diseru sedang Dia berada di atas bukan di bawah, karena posisi bawah bukanlah bagian dari sifat rububiyah dan uluhiyah sedikitpun.”
Beliau Juga berkata :
وصفاته كلها خلاف المخلوقين
"Dan Sifat-sifatnya seluruhnya berbeda dari Makhluknya "
Ucapan beliau sangat jelas tentang rububiyah dan uluhiyah Allah, sekaligus menegaskan keimanan beliau terhadap sifat-sifatnya diantara penegasan terhadap sifat ketinggian (al-‘uluw) bagi Allah ta’ala, yaitu ketinggian zat Allah di atas ‘arsy-Nya, di atas langit-Nya. Jadi mengandung tiga macam tauhid sekaligus.
2. MURIDNYA IMAM ABU HANIFAH YAITU AL-IMAM ABU YUSUF YA’QUB BIN IBRAHIM AL-ANSHARI RAHIMAHULLAH (W. 182 H) BELIAU BERKATA :
لا یعرف الا باسماٸه ولا یوصف الا بصفاته.
Sebagaimana firman Allah subhanahu wata'ala dalam kitabNya.
يٰۤاَيُّهَا النَّاسُ اعۡبُدُوۡا رَبَّكُمُ الَّذِىۡ خَلَقَكُمۡ وَالَّذِيۡنَ مِنۡ قَبۡلِكُمۡ لَعَلَّكُمۡ تَتَّقُوۡنَ ۙ
"Wahai manusia! Sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dan orang-orang yang sebelum kamu, agar kamu bertakwa"
Kemudian belian menjelaskan
انما دل الله عز وجل خلقه بخلقه لیعرفوا ان لهم ربا یعبدوه ویطیعوه ویوحدوه.
"Dan sesungguhnya Allahﷻ menunjukkan ciptaannya, yang dengan ciptaan itu dapat dikenali bahwa mereka memiki Rabb, yang mereka sembah, taati dan esakan.
3. AL-IMAM ABU JA’FAR ATH-THAHAWI RAHIMAHULLAH (W. 321 H):
نقول في توحيد الله معتقدين بتوفيق الله: إن الله واحد لا شريك له، ولا شيء مثله، ولا شيء يعجزه، ولا إله غيره
“Dengan taufiq dari Allah ta’ala kami berpendapat bahwa dalam mentauhidkan Allah ta’ala kami meyakini, sesungguhnya Allah ta’ala tidak ada sekutu bagi-Nya; tidak ada yang serupa dengan-Nya, tidak ada yang bisa melemahkan-Nya, dan tidak ada yang berhak disembah selain-Nya.”
فقوله: “إن الله واحد لا شريك له” شامل لأقسام التوحيد الثلاثة، فهو سبحانه واحد لا شريك له في ربوبيته، وواحد لا شريك له في ألوهيته، وواحد لا شريك له في أسمائه وصفاته.
وقوله: “ولا شي مثله” هذا من توحيد الأسماء والصفات.
وقوله: “ولا شيء يعجزه” هذا من توحيد الربوبية.
وقوله: “ولا إله غيره” هذا من توحيد الألوهية.
فهذه أقسام التوحيد الثلاثة صريحة واضحة في نصي هذين الإمامين رحمهما الله.
“Maka makna ucapan beliau, ‘Sesungguhnya Allah ta’ala tidak ada sekutu bagi-Nya,’ ini mencakup dalam tiga macam tauhid; Allah subhanahu wa ta’ala esa, tidak ada sekutu bagi-Nya dalam rububiyah, uluhiyah dan asma’ was shifat.
Dan ucapan beliau, ‘Tidak ada yang serupa dengan-Nya,’ ini bagian dari tauhid asma’ was shifat.
Dan ucapan beliau, ‘Tidak ada yang bisa melemahkan-Nya,’ ini bagian dari tauhid rububiyah.
Dan makna ucapan beliau, ‘Tidak ada yang berhak disembah selain-Nya,’ ini bagian dari tauhid uluhiyah.
Maka tiga macam tauhid ini tegas dan jelas dalam teks ucapan kedua imam (Abu Hanifah dan Ath-Thahawi) rahimahumallah.”
4. AL-IMAM AL-BUKHARI RAHIMAHULLAH (W. 256 H) BERKATA,
قَالَ أَبُو عَبْدِ اللَّهِ : وَإِنِ ادَّعَيْتَ أَنَّكَ تُسْمِعُ النَّاسَ كَلاَمَ اللَّهِ كَمَا أَسْمَعَ اللَّهُ كَلاَمَهُ لِمُوسَى ، قَالَ لَهُ : {إِنِّي أَنَا رَبُّكَ} فهذَا دَعْوى الرُّبوبِيَةِ إِذَا لَمْ تُمَيِّزْ بَيْنَ قِرَاءَتِكَ وَبَيْنَ كَلاَمِ اللَّهِ
“Berkata Abu Abdillah, ‘Apabila engkau mengklaim bahwa engkau mampu memperdengarkan kalam Allah kepada manusia seperti Allah memperdengarkan kalam-Nya kepada Musa, ketika Allah ta’ala berfirman kepada Musa, “Aku adalah Rabbmu” maka klaimmu itu adalah pengakuan rububiyyah (yang semestinya hanya milik Allah ta’ala) apabila engkau tidak membedakan antara bacaanmu dan kalam Allah.”
5. AL-IMAM UTSMAN BIN SA’ID AD-DARIMI RAHIMAHULLAH (W. 280 H) BERKATA,
الشك في ربوبية الله عز وجل زائل عن المؤمن والكافر يوم القيامة فكل مؤمن وكافر يومئذ يعلم أنه ربه لا يعتريهم في ذلك شك فيقبل الله ذلك من المؤمنين ولا يقبله من الكافرين ولا يعذرهم يومئذ بمعرفتهم ويقينهم به
“Keraguan terhadap rububiyah Allah ta’ala hilang dari seorang mukmin dan kafir sekaligus pada hari kiamat, maka setiap mukmin dan kafir sama-sama tahu bahwa Allah ta’ala adalah Rabb mereka, mereka sama-sama tidak ragu, namun Allah ta’ala hanya menerima keimanan kaum mukminin dan tidak menerima dari orang-orang kafir, Allah ta’ala tidak lagi memberikan pengampunan terhadap orang-orang kafir walaupun dengan pengenalan dan keyakinan mereka terhadap-Nya pada hari itu.”
6. AL-IMAM AL-MUFASSIR IBNU JARIR ATH-THABARI RAHIMAHULLAH (W. 310 H) BERKATA,
نخلص له العبادة، ونوحد له الربوبية، فلا نشرك به شيئا، ولا نتخذ دونه ربا
“Kami memurnikan ibadah hanya kepada-Nya, dan kami mengesakan bagi-Nya rububiyyah, maka kami tidak menyekutukan-Nya dengan apapun juga (dalam ibadah), dan kami tidak menjadikan selain-Nya sebagai Rabb.”
Selanjutnya Imam Ath-Thabari ketika mengutip penafsiran Shahabat Ibnu Abbas dan Ibnu Qotadah ketika menafsirkan Surat Al Baqarah ayat 22 beliau berkata :
ن یكون تاویله ما قاله ابن عباس وقتاده , من انه معنی ذلك كل مكلف عالم بوحدنیۃ الله و انه لا شریكله فی خلقه , یشرك معه فی عبادته
Sesungguhnya yang menjadi perkataan Ibnu Abbas dan Ibnu Qotadah, Dari sini dapat dipahami maknya bahwa setiap mukallaf mengetahui akan ke-esaan Allah dan bahwa sanya tidak ada sekutu baginya dalam hal penciptaan, dan bersama dengan itu kaum musyrikin menyekutukanNya dalam ibadah.
فهذا یبین ان مراد ابن عباس و قتادۃ انهم ای المشركون معترفون با لربوبیته و یشركون فی توحید العبادۃ وهو توحید الوهیه, فهذا كما انه تفسیر الموضح لكلام ابن عباس وقتادۃ فهو یدل علی ان ابن جریر رحمه الله تعالی یفرق ایضا بین التوحیدین و لا یجعلهما بمعنی واحد.
“Hal ini menjelaskan bahwa yang dimaksud Ibnu Abbas dan Qotadah bahwa sanya kaum musyrikin mengakui Tauhid Rububiyah dan menyekutukan dalam Tauhid Ibadah yaitu tauhid Uluhiyah, dan Hal ini sebagaimana tafsir yang jelas dari perkataan Ibnu Abbas dan Qatadah Radhiallahu anhuma yang menunjukkan Bahwa Ibnu Jarir Rahimahullah juga membedakan antara kedua Tauhid tersebut dan tidak menjadikan keduanya makna yang satu.”
7. AL-IMAM IBNU BATTHOH AL-‘AKBARI RAHIMAHULLAH (W. 387 H) BERKATA:
أنَّ أصل الإيمان بالله الذي يجب على الخلق اعتقاده في إثبات الإيمان به ثلاثة أشياء:
أحدها: أن يعتقد العبد ربانيته ليكون بذلك مبايناً لمذهب أهل التعطيل الذين لا يثبتون صانعاً.
والثاني: أن يعتقد وحدانيته ليكون مبايناً بذلك مذاهب أهل الشرك الذين أقروا بالصانع وأشركوا معه في العبادة غيره.
والثالث: أن يعتقده موصوفاً بالصفات التي لا يجوز إلا أن يكون موصوفاً بها من العلم والقدرة والحكمة وسائر ما وصف به نفسه في كتابه.
“Bahwasannya pokok keimanan kepada Allah ta’ala yang diwajibkan atas hamba untuk diyakini dalam penetapan iman kepada-Nya ada tiga macam:
Pertama: Hendaklah seorang hamba meyakini rabbaniyah Allah ta’ala, agar dengan itu keyakinan seorang mukmin berbeda dengan para pengingkar yang tidak meyakini adanya pencipta.
Kedua: Hendaklah seorang hamba meyakini wahdaniyah Allah ta’ala, agar dengan itu keyakinannya berbeda dengan ajaran-ajaran para pelaku syirik yang mengimani adanya pencipta namun menyekutukan-Nya dalam ibadah dengan selain-Nya.