MagzNetwork

Ilmu adalah amanah

Diposting oleh Mastindi | 00.56 | | 0 komentar »

“Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya kepada manusia dalam Al Kitab, mereka itu dilaknati Allah dan dilaknati (pula) oleh semua (makhluk) yang dapat melaknati, (QS 2; 159)

Membaca terjemah ayat di atas mengingatkan saya sewaktu mengikuti Training mengajar untuk kelas TPA dan tahassus, waktu itu rasanya tidak mungkin saya bisa mengajar dengan minimnya pengetahuan agama yang saya miliki, namun ternyata dengan mengajarlah beberapa hal yang dapat saya peroleh di antaranya bertambahnya ilmu yang saya miliki secara autodidak hal ini karena tantangan dalam mengajar menjadikan saya mau tidak mau harus belajar lebih dalam lagi, baik melalui guru atau ustad yang rutin 3 kali seminggu memberikan bimbingan masalah aqidah juga belajar mendalami bahasa Arab kurang lebih selama 5 tahun di sebuah pesantren dengan cara pulang pergi setiap hari kecuali hari Jum,at dan Minggu dari jam 1 siang s/d jam 5 sore.

Ilmu , bukan hanya sebuah kosakata, namun sebuah ungkapan dengan makna mengetahui, karena itulah seilmiyah dan sebagus apapun sebuah buku, tidak dapat disebut sebuah ilmu atau pengetahuan melainkan sekedar kumpulan huruf yang menjadi kata lalu di rangkai menjadi sebuah kalimat, yang setelah disusun sedemikian rupa oleh ahlinya maka menjadi sebuah buku yang punya nilai tinggi.

Bahkan al-Qur,an pun akan hanya tinggal tulisannya manakala tak ada kepedulian bagi ummat ini untuk mendalami isinya.

Nah .. baru dikatakan ilmu manakala sudah terhujam jauh ke dalam hati dalam bentuk pemahaman. Seperti doa kita

“RABBI ZIDNI ILMU WAR ZUQNI FAHMA (Ya Allah berikan kami ilmu dan pemahaman yang mudah)

Adapun Faham adalah modal untuk kita mengajar, dengan faham (setelah kita tahu) akan menjadikan lebih mudah dalam menyampaikan.

Ke seimbangan dalam hidup

Diposting oleh Mastindi | 00.52 | | 0 komentar »
Di suatu pagi saat pulang dari pasar, saya 2 kali saya harus berbalik arah, pasalnya jalan di proboden dengan bangku, intinya tidak boleh lewat, jalan ditutup karena sedang dimanfaatkan warga untuk sesuatu hal, bagi saya bukan lantaran jalan ditutup yang menjadi ibrah, tapi penyebabnya yakni yang pertama karena ada yang meninggal yang kedua karena ada yang hajatan .

2 peristiwa yang bertolak belakang suasananya, yang pertama sedang berduka cita, yang kedua sedang bersuka cita, bahagia dan derita itulah romantika hidup yang bisa menimpa siapa saja, apa dan bagaimanapun status sosialnya.

Beberapa waktu ini kita dihebohkan dengan berita tentang merajalelanya binatang sejenis kumbang yang dikenal sebagai “Tomket, hewan ini konon katanya bisanya lebih ganas dari ular berbisa, saya tidak paham bagaimana penjelasannya , tapi tidak mematikan, hewan ini sebenarnya kawan petani dan hidup di ladang maupun sawah, musuh atau pemangsa hewan ini adalah Tokek sejenis cecak besar sebesar kadal yang berwarna belang, tapi sekarang tokek sudah langka karena diburu manusia lantaran harga hewan ini baik daging maupun kulitnya melonjak mahal, lalu akibat pemangsanya musnah maka yang terjadi populasi tomket meledak tanpa kendali dan bertebaran hingga ke perkotaan.

Apa korelasi yang dapat kita petik dari cerita di atas ? tentang keseimbangan alam !, ada kelahiran , ada kematian , meski kelahiran tidak serta merta dapat menggantikan kehidupan yang telah tiada namun kehadirannya dapat menggantikan setidaknya secara kwantitas, mungkin dan mungkin kelak kehadiran manusia baru akan membawa manfaat yang lebih besar dari kematian beberapa tahun bahkan puluhan tahun sebelumnya.

Manusia tak pernah tahu apa hikmah dibalik sebuah peristiwa melainkan perjalanan waktu yang menjawab , atau bahkan mungkin tak dapat terjawab kecuali oleh orang yang arif dalam memandang kehidupan.

Namun sebagai Muslim kalaupun kita tak dapat menjawab hikmah di balik sesuatu peristiwa, dengan ke Imanan kepada Allah hati akan menjawab semua hal dengan keyakinan kita akan kitab sucinya.

“(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka. (QS 3;191)

Wallahu a’lam bissawab.