MagzNetwork


Dalam pelajaran Fiqih kita mengenal lima macam hukum amal. 1. Wajib/harus 2.Sunnah/anjuran 3.mubah/boleh 4. Makruh/dibenci 5. haram

Begitulah (menurut saya) nilai manusia berkenaan dengan fungsi dan manfaatnya bagi orang lain.

Manusia wajib, ialah manusia yang dibutuhkan keberadaannya, dan manusia yang lain akan merasa kehilangan saat kepergiannya, pengertian mudahnya, manusia wajib adalah manusia yang member i banyak manfaat yang bersifat kebutuhan primer baik utk rauihaniah maupun jasadiah kpd yang lainnya. Rasulullah bersabda yg artinya
( “ sebaik baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia yang lain)

Manusia Sunnah, ialah manusia yg keberadaannya dibutuhkan namun bepergiannya tak membuat yang lain merasa kehilangan.pengertian mudahnya manusia sunnah ialah yang banyak memberikan manfaat bagi yang lainnya namun bukan menjadi kebutuhan pokok , maka kepergiannya bukan merupakan suatu kehilangan.

Manusia mubah, ialah seperti pepatah arab mengatakan “wujuduhu ka ‘adamihi,. Artinya “adanya seperti tidak adanya, atau dalam istilah lain, “adanya tidak menambah perginya tidak mengurangi, manusia seperti ini ada atau tidak ada tak begitu diperdulikan.

Manusia makruh, ialah manusia keberadaannya kurang begitu disukai meski bukan menjadi biang kerok tapi ada hal hal tabu yang dilanggar tapi masih dalam batas batas yang bias dimaklumi , adapun kepergiannya hanya membuat orang merasa lega.

Yang terakhir manusia haram, ialah manusia yang keberadaannya menjadi biang onar, sampah masyarakat, merugikan bagi yang lain, membuat malu keluarga dan lingkungannya pendeknya keberadaanya sangat tidak di sukai, dan kepergiannya sangat diharapkan, sebagaimana tidak diharapkan keberadaannya, saat pergi banyak yang senang, bahkan merasa bersyukur,
Lalu dimana posisi kita ?

memahami hidayah

Diposting oleh Mastindi | 08.20 | | 0 komentar »

Secara bahasa HIDAYAH berarti petunjuk,. Hidayah merupakan akar kata dari, HADA, didalam al-Qur,an bila dilacak dgn menggunakan Aplikasi al-Qur,an player kalimat hidayah tidak didapatkan, begitu juga dgn menggunakan al-Mu’jamul mufhars dan fathur rachman, sebagai gantinya (juga merupakan akar kata dari HADA) adalah HUDAN cukup banyak.

Para Ulama membagi Hidayah kepada dua bagian.
Pertama,Hidayah Irsyad wal bayan, Irsyad maknanya kebenaran, jalan yang lurus, kemanfaatan. Adapun bayan ialah nyata, jelas mungkin yang dimaksud ialah suatu kebenaran atau jalan yg lurus yang memerlukan penjelasan itulah al-Qur,an.

(Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa (QS 2;2)
Kita sering meminta hidayah dalam shalat (tunjukilah kami jalan yang lurus) dalam sebuah ayat Nya Allah menjawab

Sesungguhnya Kami telah menunjukinya jalan yang lurus; ada yang bersyukur dan ada pula yang kafir. (QS 76;3)

Kedua ;Hidayah Taufiq merupakan inspirasi yang diturunkan Allah kedalah hati manusia yang dikehendakinya untuk melakukan suatu kebaikan.

Dan kalau Allah menghendaki, niscaya Dia menjadikan kamu satu umat (saja), tetapi Allah menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan sesungguhnya kamu akan ditanya tentang apa yang telah kamu kerjakan. (QS 16;93)

Namun begitu korelasi keduanya sangatlah erat, Sayyid sabiq dalam kitab Aqidahya (al-Aqaid hal. 106 cet.darul Fikr) menjelaskan “hidayah Allah kepada manusia merupakan karunia terhadap mereka, lalu Allah memberikan Taufiq untuk melakukan amal yang shaleh, adapun amal yang shaleh merupakan buah dari kesungguhan setiap diri yang berpegang teguh kepada petunjuk dan wahyu Nya.

Ulama yang lain berpendapat “tidak akan datang hidayah kepada lima macam manusia.
1. Orang yang membiarkan dirinya dalam kejahilan
2. Fanatiq kepada golongan
3. Taqlid buta atau pengkultusan pada individu tanpa dasar
4. Terlalu berlebih lebihan
5. Lalai

Namun secara mudahnya, bila dilihat dari keumumam makna hidayah yaitu petunjuk, tentulah yang dimaksud adalah al-Qur,an, penyakit dan kekotoran hatilah yang menjadi biang keladi seseorang jauh dari hidayah tersebut, sepertri yang Allah sebutkan dalam sebuah ayat Nya.

tidak menyentuhnya (al-Qur,an)kecuali hamba-hamba yang disucikan (hatinya).(QS 56;79)
kata “menyentuh, yang merupakan makna konotatif atau simbolik /kiasan yang berarti membaca , memahami dan mengamalkan isinya , dan mustahil hal itu dilakukan bagi orang yang kotor hatinya,..

Ket; ayat di atas (56;79) oleh sebagian ulama dijadikan dalil larangan menyentuh al-Qur,an dalam ke adaan tidak bersuci.

wallau a’lam


Tayammum

Diposting oleh Mastindi | 08.17 | | 0 komentar »


Sebagaimana yang termasyhur, bahwa syarat terjadinya tayammum karena tidak adanya air, baik secara hakiki (benar tidak ada air)maupun hukmiyah, yaitu ada air tapi sedikit atau terhalang menggunakannya karena suatu sebab seperti sakit.


Hadits hadits yang menjelaskan kaifiyah atau tata cara tayammum,

Dari Amr bin Yasir ra berkata” Rasullah mengirimku pada sebuah keperluan, aku berjunub sedang air tidak kutemukan, maka aku merguling guling sebagaimana bergulingnya binatang, lalu setelah itu akau mendatangi rasulullah saw. dan menceriterakan hal itu,beliau bersabda “sebenarnya cukup bagimu begini,. Kemudian beliau menepukkan telapat tangannya ke bumi satu kali tepuk, lalu beliau mengusap yang kanan dgn yang kirinya, dan punggung telapat tangan dan wajahnya, (muttafaqqun alaihi, lafadz ini milik Muslim)

Dalam hadits tersebut Amr berguling dgn asumsi, bahwa yang ia lakukan adalah badal atau pengganti dari mandi Janabah bukan sekedar pengganti wudhu, namun rasul menjelaskan cukup dgn tayammum sebagai ganti .


Adapun kaifiyahnya dgn menepukkan tangan ke bumi untuk mendapatkan debu, dalam hal tayammum debu di debut SA’ED yaitu apa saja yang menempel pada sesuatu dgn syarat suci, adanya bisa dilantai, kolong, tembok dll.


Hadits di atas menjelaskan bahwa tayammum di awali dengan menepukkan telapak tangan ke lantai atau apa saja yg berdebu, (bila terlalu tebal maka sunnah ditiup) lalu mengusapkan ke punggung tangan kanan dgn yg kiri, lalu yg kiri sebaliknya, setelah itu ke muka.


Adapun pada hadits yang lain disebutkan masih pada bab Tayammum.

Dari Ibnu Umar ra berkata “bersabda rasulullah saw, Tayammum itu dua tepukan, tepukan pertama untuk wajah dan tepukan kedua untuk tangan sampai ke sikut, (HR Darut Qutni)
Dari hadits yg kedua tata cara tayammum ada dua tepukan satu tepukan diusapkan ke muka, satu tepukan diusapkan ke tangan sampai ke sikut, adapun pendapat para Imam adalaah sebagai berikut.


Imam Syafi’e : Tayammun dengan dua tepukan.dan disyariatkan mendahukan wajah atas dua tangan.


Abu Hanifah : Satu tepukan adalah fardhu tepukan ke dua adalah Sunnah.


Achmad. Cukup satu tepukan, untuk tangan dan wajah.


Abu Hanifah dan Malik berkata “tertib bukan syarat dalam tayammum.

Sebagaimana di jelaskan bahwa syarat tayammum karena tidak ada air, maka bagaimana kalau ada air setelah berwudhu.


1. Jika shalat telah ditegakkan, lalu kita mendengar adanya air, maka shalatlah .
2. Jika shalat belum ditegakkan kita melihat air maka dgn sendirinya tayammum menjadi batal,


Hal ini berdasar dari cerita dua org lelaki yang melakukan syafar dan mereka tidak mendapatkan air, lalu keduanya tayammum, dan shalat, setelah itu mereka menemukan air, dan waktu shalat masih tersisa, lalu salah seorang berinisiatif mengulang shalatnya setelah berwudhu dgn air sementara yg satunya tidak,. Setelah mereka pulang keduanya menyaampaikan hal itu kpd rasulullah, maka nabi bersabda “untuk yang mengulang 2 pahala, dan yg tidak 3 pahala. (HR Abu Dawud & An-Nasai)

Penjelasan : 2 pahala bagi yg mengulang adalah pahala shalatnya dgn air dan taymmum, adapun 3 pahala bagi yang tidak mengulang ialah 1 pahala salat dgn taymmum dan dua lagi karena ijtihadnya benar.Wallahu a’lam bissawab.

Ket. Hadits dan penjeelasan dari artikel ini merujuk pada SARAH BULUGHULMARAM FI IBANATUIL AHKAM, pada bab TAYAMMUM.

Mencontoh Setan ?

Diposting oleh Mastindi | 21.44 | | 0 komentar »

Sebuah artikel dalam bentuk catatan di akun facebook, seorang rekan menerangkan :bawa dari satu sisi setan itu bisa ditiru, hal ini mengingatkan saya pada saat mengikuti Daurah di suatu daerah, entah bercanda tau serius Morabbi pernah mengatakan hal sama, beliau menjelaskan yang harus kita tiru adalah kesungguhannya dalam menggoda nak Adam, sampai Iblis atau Setan berkata “bila ada seratus pintu kebaikan, maka aku sanggup memasuki 99 nya, kecuali hanya satu pintu yang aku tidak bisa, yaitu Ikhlas, hal ini sesuai dengan Firman Allah
39. Iblis berkata: "Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan ma'siat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya,
40. Kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlis[799] di antara mereka". (QS 15; 39/40)
Adapun kesungguhan setan dan Iblis dalam menggoda manusia agar kelak menjadi temannya dalam neraka sudah merupakan proklamasi Iblis ketika Allah usir dari Surga.
16. Iblis menjawab: "Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus,
17. Kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat).(QS 7:16/17)
Ulama ahli Tafsir menerangkan “tidak digodanya manusia dari atas dan bawah merupakan pengakuan akan kelemahan Iblis, sebab di atas tempat manusia bermunajah dan berdo’a, adapun dari bawah tempat manusia bersujud, merendahkan diri serendah rendahnya di hadapan Allah. Secara tersirat apabila manusia selalu mendekatkan diri kepada Allah dengan dua hal tersebut, maka ia selalu dalam lindungan dan penjagaan Allah, sebagaimana janji Nya.
99. Sesungguhnya syaitan itu tidak ada kekuasaanNya atas orang-orang yang beriman dan bertawakkal kepada Tuhannya.
100. Sesungguhnya kekuasaanNya (syaitan) hanyalah atas orang-orang yang mengambilnya Jadi pemimpin dan atas orang-orang yang mempersekutukannya dengan Allah.(QS 16; 99/100)
Sepertinya jika ini serius (mengambil contoh dari setan) mengapa harus Setan atau Iblis, bukankan Contoh yang paripurna adalah manusia pilihan, junjungan yang Mulia nabi Muhammad, jangankan hanya mencontoh kesungguhannya, mencontoh banyak hal terdapat pada figur beliau, yang pernah dikatakan oleh Sayyidah Aisyah ra, “Rasulullah adalah al-Qur,an berjalan,.. bahkan Allah memujinya .
Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung. (QS 68;4)
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.(QS 33;21)
Iblis dan keturunannya Allah ciptakan sebagai ujian bagi manusia, dan keberadaantya tentulah menjadi suatu Hikmah yang tak ternilai,.. bukankah Nyamuk yang menganggu (menurut kita) ternyata memberi kehidupan bagi yang lain termasuk manusia,.. subhanallah
Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya tanpa hikmah. yang demikian itu adalah anggapan orang-orang kafir, Maka celakalah orang-orang kafir itu karena mereka akan masuk neraka. (QS 38 ;27)

Shalat

Diposting oleh Mastindi | 01.20 | | 0 komentar »

Secara Istilah Shalat bermakna doa, Shalat adalah Masdhar atau akar kata dari SHALA , YASHLI, SHALATAN

Kalaimat shalat dgn makna doa terdapat dalam surat Attaubah ayat 103,

adapun Shalat secara iStilah Fuqaha ialah “Ucapan dan gerakan yang dimulai dengan Takbir dan di akhiri dgn Salam dengan syarat syarat tertentu.

Shalat adalah kewajiban yang sifatnya Fardhu ‘aen (kewajiban personal) dan menjadi rukun Islam yang ke dua,

Hukum meninggalkannya

Menurut pendapat Acmad, Ishaq dan Ibnu Mubarak dibunuh.

Adapun menurut Imam Syafi’e, Maliki dan Abu Hanifa dihukum pukul atau ta’zir dan di kurung sampai ia shalat.

Iblis dan Setan

Diposting oleh Mastindi | 01.37 | | 0 komentar »

Kalimat IBLIS meskipun terdapat dalam al-Qur,an , mayoritas ahli bahasa Arab sepakat bukan bahasa Arab, melainkan “ajam oleh karena itulah ia tercegah dari proses Tashrif (suatu proses perubahan kalimat dalam bahasa Arab), namun begitu terdapat pula kosa kata dalam bahasa Arab yakni “ABLASA, (kalimat prediket)yang bermakna “kurang kebaikannya, dan akar kata dari kalimat ini (ABLASA) org Arab mengatakan “al-yaksu min rahmatillah, yakni jauh dari rachmat Allah, atau jauh dari kebaikan.

Adapun Iblis secara syareat Adalah dari bangsa Jin, sebagaimana yang Allah jelaskan dalam al-Qur,an

Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam", maka sujudlah mereka kecuali iblis. Dia adalah dari golongan jin, maka ia mendurhakai perintah Tuhannya. Patutkah kamu mengambil dia dan turunan-turunannya sebagai pemimpin selain daripada-Ku, sedang mereka adalah musuhmu? Amat buruklah iblis itu sebagai pengganti (Allah) bagi orang-orang yang dzalim.(QS 18;50)

dan Iblis adalah nenek moyang dari Setan , adapun Iblis sendiri tetap hidup hingga kini, sebagaimana janji Allah kepada Iblis.

14. Iblis menjawab: "Beri tangguhlah saya sampai waktu mereka dibangkitkan".

15. Allah berfirman: "Sesungguhnya kamu Termasuk mereka yang diberi tangguh." (QS 7;14 s/d 15)

Sebagaimana IBLIS kalimat “SETAN juga ‘ajam (bukan bahasa Arab) namun orang arab mengistilahkan dengan “Ba’ada minal khair, maknanya ‘jauh dari kebaikan.

Bila Secara hakikat Iblis atau Setan terhijab dari mata manusia, namun secara istilah banyak juga manusia bersifat keduanya, lihat surat An-Nas , disitu Allah menjelaskan “bahwa tipu daya itu bukan hanya dari bangsa Jin (Iblis dan Setan) dari juga dari manusia, naudzu billah min dzalik.

Referensi: Al-Aqaid dan assasul Balaghah.

Aqidah

Diposting oleh Mastindi | 01.33 | | 0 komentar »

Aqidah merupakan Isim sifat atau Fa’il yang secara lughawi berarti “yang mengikat, kata yang merupan keluarga dari “aqidah ini terdapat dalam beberapa ayat pada beberapa surat , di antaranya dalam surat al-falaq ayat 4 (al-‘uqad) yg maknanya tali ikatan , juga pada surat 2 ayat 235 (‘uqdah) artinya perjanjian,dan pada surat 5 ayat 89 dalam bentuk fi’il (kata kerja) yang berarti sumpah dan pada suarat 20 ayat 27 bermakna kekakuan.


Namun secara syareat atau dalam istilah syareat Aqidah menurut sayyid Sabiq ialah , Ke imanan, sebab apabila kita mengatakan “orang itu kuat ke Imanannya , itu berarti kuat Aqidahnya.


Apabila kita kembali kepada makna Aqidah itu sendiri secara bahasa, Aqidah bias bermakna Ikatan seseorang dgn khaliknya, yang kita kenal dalam bahsa Indonesia sebagai idiologi.
Aqidah juga merupakan pondasi dalam sebuah bangunan Islam dengan konsep Sumpah , yaitu dengan lafadz “ Laila ha Illallahu.

wallau a'lam

Nikmat tidur

Diposting oleh Mastindi | 08.13 | | 0 komentar »

Tidur adalah salah satu nikmat Allah diantara sekian banyak nikmat Nya tak tak terhitung, bagi sebagian orang yang sedang letih karena kesibukan dalam bekerja, kata tidur terasa lebih menyenangkan di telinga bahkan lebih merdu dari nyanyian apapun, laksana Beduk maghrib di saat puasa.

Dalam sebuah artikel tentang kesehatan saya pernah membaca, tentang sebuah penelitian dengan media beberapa ekor anjing yang dikurung dalam dua kandang, pada kelompok kandang pertama dibiarkan tidur namun diberi makan, dan pada kandang kedua dibiarkan makan namun tidak dibiarkan tidur, dgn cara dibunyikan suara suara keras, intinya dilakukan berbagai cara agar anjing di kandang kedua tidak dapat tidur,. Dan hasilnya di hari ke tiga, satu persatu anjing di kandang kedua (yg tidak tidur) mati , adapun di kandang pertama juga mati tapi pada hari ke lima.
Pernah membaca atau mendengar tahanan AS di Guantanamo ? mereka adalah saudara saudara kita yg se Iman yang di tahan karena tuduhan teroris, diantara siksaan yang di lakukan tentara AS adalah menyiksa tahanan dgn tidak dibiarkan dapat tidur,. Itulah siksaan pisik yang paling menyakitkan di antara yg lain, dapat kita gambarkan pada saat kita susah tidur padahal dalam rumah sendiri.

Tidur yang di awali rasa kantuk adalah reaksi tubuh agar kita istirahat, dan adalah tindakan bijak dan termasuk diantara akhlak kita terhadap tubuh kita, sebagaimana yg disabdakan rasulullah, yang intinya tubuh kita juga punya hak., maka bila kita mengantuk tidurlah, jangan kita tahan dgn obat kecuali utk suatu keperluan yang sangat urgen.dalam sebuah ayat Nya Allah berfirman.

dan Kami jadikan tidurmu untuk istirahat, (QS 78;9)

Ayat tsb tentunya tidak hanya sekedar mengatakan “tidur untuk istirahat, namun lebih dari itu, kata istirahat itulah yang perlu kita maknai, artinya tidur yang kita lakukan adalah karena letih dari sesuatu hal yang telah dapat atau sedang kita kerjakan, terlebih hal itu banyak memberi manfaat bagi orang lain, alangkah indahnya bila kita bangun dari tidur ada sesuatu karya yang kita dapat lihat dan saksikan yang kita lakukan sebelum tidur, itulah (mungkin menurut saya) tidur sebagai media istirahat, karena betapa banyaknya orang yang tidur , bukan karena lelah tapi karena kebiasaan, lalu mengantuk ,tidur bermimpi, tanpa ada hal yang di banggakan pada saat bangunnya.
Karena itu,.Syukuri nikmat Allah berupa tidur ini, dengan makna yg sesungguhnya,karena pada saat tidur kita seperti berlatih mati, ini dapat kifahami dari doa tidur yang artinya,

“dengan nama Allah aku hidup dan dengan nama Allah aku mati” (al-hadits)

Dan juga bangun doa dari bangun tidur yang artinya

“segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan kami setelah mematikan kami, dan kepada Nya kami pasti kembali. (al-hadits).

Adzab neraka dlm faham ahlus sunnah

Diposting oleh Mastindi | 01.46 | | 0 komentar »

Suatu ketika ada beberapa orang ikhwan meminta untuk belajar gramatika bahasa arab tingkat dasar yaitu nahwu & sharraf sebagai bekal dalam tarbiyah, seperti biasa setelah belajar diisi dgn diskusi berbagai hal termasuk masalah aqidah, seorang ikhwan mengutarakan pendapatnya sebagai hasil kajian dari majlisnya (katanya) bahwa azab neraka itu abadi, argumentasinya didasari beberapa ayat yg menyatakan tentang itu yang selalu di ikuti dgn kalimat “Khalidina fiha abada, yang artinya “mereka kekal di dalamnya (neraka) selama-lamanya,. Saat itu saya teringat kajian khusus Ramadhan tentang Ilmu Kalam yang disampaikan oleh Ustadz di sebuah pon pes. Kalau tidak salah ini adalah merupakan sebahagian dari faham Mu’tazilah (suatu faham yg mengedepankan logika).

Dalam Faham as-‘ariyah atau ahlus sunnah wal jama’ah, seorang mukmin akan disiksa dalam neraka sesuai dgn kadar dosa yg telah ia perbuat selama ia hidup di dunia yg lalu ia mati tanpa sempat bertaubat, Sayyid Sabiq dalam kitabnya AL-‘AQAID (cetakan Darul Fikri Beirut Lebanon hal 295 s/d 300)pada bab “Mukmin tidak kekal di dalam neraka” beliau memberikan argumentasinya dari Qur,an maupun Sunnah, diantaranya sebuah hadits dari anas r.a berkata


“bahwasanya rasulullah saw bersabda.” Akan keluar dari Neraka orang yg berkata “la ilaha illallahu, dan pada hatinya ada kebaikan walau sebesar zarrah HR Bukhari ,Muslim dan Tirmidzi)


Dalam al-Qur,an juga ada dialaog antara penghuni surga yang sudah lama masuk dgn yang baru masuk,


“40. Berada di dalam syurga, mereka tanya menanya,
41. Tentang (keadaan) orang-orang yang berdosa,
42. "Apakah yang memasukkan kamu ke dalam Saqar (neraka)?"
43. Mereka menjawab: "Kami dahulu tidak Termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat,
44. Dan Kami tidak (pula) memberi Makan orang miskin,
45. Dan adalah Kami membicarakan yang bathil, bersama dengan orang-orang yang membicarakannya,
46. Dan adalah Kami mendustakan hari pembalasan, (QS 74:40 s/d 46)


Beliau melanjutkan penjelasannya dengan sebuah hadits tentang syafa’at rasulullah untuk ummatnya dengan syarat ummatnya tersebut tidak berbuat syirik.


Dari ungkapan ikhwan tadi , dgn tidak berprasangka buruk, mungkin syirik inilah yang membuat seseorang kekal dalam neraka,sebab Allah mengampuni semua dosa selain dosa syirik.


48. Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, Maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.

116. Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan Dia mengampuni dosa yang selain syirik bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, Maka Sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya. (QS 4;48 & 116)