MagzNetwork

MENGAPA KITA ISLAM ?

Diposting oleh Mastindi | 08.16 | | 0 komentar »

Suatu ketika saat pengajian mengadakan tausiah umum kepada semua santri, dari anak anak sampai usia remaja dewasa materinya cukup sederhana yaitu MENGAPA KITA BERAGAMA ISLAM ? sebelum taklim di mulai dilontarkanlah suatu pertanyaan (pertanyaan tersebut akan menjadi bahasan dalam tausiah), maka muncullah beberapa jawaban.
1. Karena Islam adalah agama yang paling benar (dijawab oleh santri dewasa)
2. Karena Islam adalah agama yang cocok dengan fitrah manusia (juga oleh santri dewasa)
3. Yah ! karena orang tua kita Islam Kak ! kalau bukan Islam kita belum tentu beragama Islam (juga oleh santri dewasa)
4. Menggelengkan kepala (ketika pertanyaan ini diberikan pada santri kecil, atau sekelas TPA)
Bila kita perhatikan jawaban tadi cukup sederhana, sesederhana pengetahuan mereka yang didapat dari pengajian, tentunya dengan guru (saya sendiri) yang pengetahuannya juga terbatas, namun jawaban tadi sebenarnya merupakan cerminan realita dari umat islam secara umum, seolah mewakili kenyataan yang ada.
Yang pertama mengatakan “Karena Islam adalah agama yang paling benar” mungkin ini karena didasari Sikap fanatik (dan itu sebetulnya wajib, jika tidak buat apa rasulullah sampai berperang ), buat apa Allah menurunkan surat al-kafirun kalau kita tidak disusuh fanatiq (dalam kamus bahasa Indonesia, kata FANATIK berarti KUAT KEYAKINANNYA TERHADAP SESUATU YANG DIYAKININYA), Namun akan jauh lebih arif kalau sikap fanatik itu dilandasi dengan ilmu, bila mungkin mempelajari berbandingan agama, tentunya dengan tetap perpegang teguh dengan aqidah Islam, jadi sikap kefanatikannya dapat dipertanggung jawabkan.
Yang kedua mengatakan “Karena Islam adalah agama yang cocok dengan fitrah manusia” jawaban ini adalah jawaban yang cerdas yang keluar dari seorang muslim yang faham akan makna Islam, yang mempunyai makna berserah diri, patuh, pasrah yang bila kita ingin melihat akan islam, lihatlah alam sekitar kita, semua berjalan sesuai dengan sunnahtullah/ketenuan Allah, lihatlah bagaimana tomat , anggur dan cabai yang ditanam dalam satu pot yang sama, disiram air yang sama dengan pupuk yang sama, tanah yang sama mengapa buah dan rasanya tidak pernah tertukar, mereka tumbuh secara alamiah yang dalam Islam disebut sunnnahtullah, jadi mereka pasrah, patuh dan tunduk pada ketentuan Allah, Subhanallah.. Meski terkadang pada pohon dan buah terjadi proses aneh, namun namun bila dipersentasi hanya beberapa persen dari yang tumbuh sesuai kodratnya, itupun menurut para ahlinya kemungkinan adanya senyawa kimia yang tak dapat dijelaskan bagi orang yang awam, namun intinya hal itu sebetulnya adalah peristiwa alamiah.
(Hanya kepada Allah-lah sujud (patuh) segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan kemauan sendiri atau pun terpaksa (dan sujud pula) bayang-bayangnya di waktu pagi dan petang hari.Qs 13/15)
Jawaban ketika “Intinya kita Islam lantaran kedua orang tua kita, jadi kesimpulannya kita Islam keturunan, itulalh realitas umat umat yang ada, dan cermin dari kenyataan yang terpampang dalam kehidupan sehari-hari, Islam hanya identitasnya, bahkan yang banyak kita jumpai, seseorang akan diketahui Islam karena 2 kondisi setelah mukhallaf/terbebani kewajiban syara .
1. Ketika nikah (saat itulah kita tahu orang itu Islam dari proses nikahnya)
2. Ketika mati (diketahui juga dengan prosesi acara pemakamamnya, dari dimandikan, dishalatkan lalu dikubur dipekuburan Islam)
Betapa banyak umat islam sadar atau tidak meninggalkan sesuatu yang rukun/mesti bagi agamanya, padahal bila kita mau sedikit faham tentang rukun Islam artinya yang wajib/mesti/harus bagi orang Islam, (bila kita belajar fardhu wudhu atau fardhu shalat tentunya kita faham apa konswekwensi bagi yang meninggalkan secara sengaja salah satu yang fardhu, tentunya wudhu atau shalat kita batal, lalu bagaimana dengan Islam, atau kita meninggalkan rukun Islam, dikecualikan zakat dan haji), inilah yang tidak banyak difahami umat islam secara umum, bahwa sebetulnya, islam kita bisa gugur batal, dalam istilah lain kita murtad secara tidak sadar, naudzu billah min dzalik.
Jawaban terakhir, adalah tidak tahu” ini juga ternyata banyak mewakili umat Islam secara umum, betapa banyak yang tidak tahu mengapa mereka Islam, bahkan lebih fatalnya adalah ketidakfahaman akan kewajibannya selaku muslim, bagi mereka hidup adalah hari ini, dan akherat adalah akan dating, hingga aktifitas /rotasi hidupnya , berjalan tanpa nilai disisi Allah, berangkat pagi lalu pulang sore, lalu mandi, makan tidur, bangun lagi mandi sarapan dan berangkat lagi kerja. Lalu dimana nilai Islam kita ? bukankah hal itu juga dilakukan oleh seekor ayam, wallahu a'lam bissawab

TAQLID

Diposting oleh Mastindi | 18.17 | | 0 komentar »
TAQLID kata ini sering kita dengan yang berarti(Menggantungkan amal secara membabi buta)

Bila ada seorang alim dari para ulama Islam saat ini yang menjadikan perkataannya sederajat dengan perkataan Allah dan Rasul berarti dia keluar dari agama Islam!
(Buku Ikhwanul Muslimin; Deskripsi, Jawaban Tuduhan, dan Harapan Oleh Syaikh Jasim Muhalhil)
Asy-Sya'rani dalam kitab "al-Mizan" menyebutkan bahwa imam yang empat, semuanya mengatakan: "Bila ada hadits yang shahih, maka itulah madzhab kami".
Imamul A'zham Abu Hanifah radhiallahu'anhu berkata: "Tidak benar bagi seseorang untuk mengatakan pendapatku, sampai ia mengetahui dari mana kami mengatakannya."
Malik radhiallahu'anhu mengatakan: "Sesungguhnya saya adalah manusia biasa yang dapat berlaku salah dan dapat benar. Maka hendaklah kalian memeriksa pendapatku. Semua yang sesuai dengan Kitabullah dan sunnah, ambillah. Dan semua yang tidak sesuai dengan keduanya tinggalkanlah.”
Diriwayatkan bahwa Syafi'i radhiallahu'anhu ditanya oleh seseorang, lalu Syafi'i mengatakan bahwa diriwayatkan Rasulullah saw. bersabda begini dan begini. Kemudian si penanya berkata: "Wahai Abu Abdillah, apakah anda mengatakan ini?" Syafi'i menjawab: "Apakah engkau lihat di badanku terdapat ikat pinggang? Apakah engkau pernah melihatku keluar dari gereja?" Dalam riwayat lain, disebutkan beliau terkejut dan marah, air mukanya berubah, dan mengatakan: "Bumi mana yang akan kupijak, dan langit mana yang akan menaungiku, bila aku meriwayatkan tentang Rasulullah saw. yang tidak beliau lakukan."
Abu Daud berkata: "Aku mendengar Ahmad bin Hambal radhiallahu'anhu mengatakan: "Yang dinamakan ittiba' (mengikuti) ialah seseorang mengikuti apa yang datang dari Nabi saw."
Beliau juga pemah mengatakan: "Jangan mengikutiku, jangan mengikuti Malik, jangan mengikuti Syafi'i, jangan mengikuti Auza'i, jangan mengikuti Tsauri, tapi ambillah dari mana mereka
mengambil pendapatnya." Maksudnya adalah al-Qur'anul Karim.
Ya Allah, sesungguhnya pena menuliskan ini disertai rasa takut kepada-Mu dan malu kepada Rasul saw. Apakah diperlukan penjelasan yang menyebutkan bahwa seseorang harus mendahulukan Kalamullah dan rasul-Nya dari selain keduanya? Atau apakah boleh seseorang menguatkan pendapat selain keduanya?
“Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mu'min dan tidak (pula) bagi perempuan yang mu'minah, apabila Allah dan rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan
(yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah ia telah sesat, sesat yang nyata.” (QS. al-Ahzab. 36)
Bila ada seorang alim dari para ulama Islam saat ini yang menjadikan perkataannya sederajat dengan perkataan Allah dan Rasul berarti dia bisa keluar dari agama Islam! Apatah lagi bila
perkataannya lebih didahulukan dari perkataan Allah dan rasul-Nya!!
Bagaimana bila salah satu imam madzhab yang mulia berdiri di hadapan Rasulullah saw., apakah ia akan menolak atau melanggarnya??
Tidak. Demi Allah!! Bahkan ia mungkin tak mampu memandang Rasulullah, karena kemuliaan dan kebesarannya. Para sahabat pernah menanti seseorang dari kaum Badui agar ia bertanya pada Rasulullah saw. kemudian mereka mengambil manfaat dari jawaban yang Rasul berikan kepadanya.
Sesungguhnya rasa malu terkadang telah menjadikan lidah mereka kaku di hadapan Rasulullah saw. untuk bertanya. Seolah-olah di atas kepala mereka ada burung-burung.
Sebagai penutup, saya paparkan kepada anda sebuah nasihat berharga dari Rasulullah saw. sebagaimana disebutkan dalam hadits shahih yang dinukil kitab-kitab Sunan:
"Suatu ketika, Rasulullah saw. menasihati kami dengan suatu nasihat yang membuat air mata menitik, dan hati bergetar. Kami lalu berkata kepadanya: "Wahai Rasulullah, ini sungguh-sungguh
seperti nasihat perpisahan, dengan apa kau wasiatkan kami ?"
Rasul menjawab, "Aku tinggalkan kalian dalam suasana terang benderang. Malamnya seperti siang. Tidak ada yang tergelincir setelahku kecuali orang yang celaka. Dan barang siapa di antara kalian yang masih hidup kelak akan melihat perselisihan yang banyak. Maka hendaklah kalian melakukan apa yang kalian ketahui dari sunnahku dan sunnah khulafa'u rasyidin yang mendapat petunjuk.
"Hendaklah kalian taat, meskipun kepada seorang Habsyi. Gigitlah olehmu ketaatan itu dengan geraham. Sesungguhnya seorang mu'min laksana cucuk onta. Setiap kali diikat ia terikat. Dan jauhilah olehmu perkara-perkara baru (dalam agama). Sesungguhnya setiap perkara baru itu adalah bid'ah. Dan setiap bid'ah itu adalah sesat."

PAGI YANG MENYENTUH PERASAAN

Diposting oleh Mastindi | 08.15 | | 0 komentar »
Seperti biasa pagi hari pergi mengantar anak dan berbelanja adalah kegiatan rutin setiap hari, namun pagi itu ada sesuatu yang benar-benar menyentuh perasaan, saat aku keluar dari sebuah gang sempit

, dgn laju motor 5 kg per jam lewat menyebrang seorang anak berusia kurang lebih 3 tahun, namun bukan itu membuat aku terenyuh, melainkan anak itu menyebrang dengan susah payah sambil menyeret mainan mobilannya, sejenak anak iu menengok dan sekilas kulihat lelahnya menyebrang, tahulah aku anak itu ternyata cacat pada sebelah kakinya, namun tak ada beban dimatanya, beban betapa menderitanya (sebetulnya) dia, saat usia yang sangat dini secara reflek teringat aku pada peristiwa belasan tahun yang lalu saat mendapat kecelakaan dan harus cacat seumur hidup, dan anak itu menderita hal sama denganku saat usia masih sangat dini, kupercepat laju motor, dan langsung masuk rumah, dikamar kutustaskan air mata terbayang sangat jelas saat pertama kali tongkat pesanan (sewaktu dalam perawatan di rumah sakit) tiba dikamarku dan aku pegang, ya Allah !!! tak pernah terbayang, dan terlintas dalam benak hamba harus hidup dalam kondisi pisik yang tak sempurna lagi, aku tak dapat lagi berlari dan berjalan jauh apalagi mengangkat beban berat, ya Allah !! seperti itulah yang kelak akan di alami anak itu. dalam merenung aku berdoa ya Allah tuntunlah anak itu pada jalanMU, pada jalan orang orang yang sukses, Engkau cabut salah satu nikmatMu, maka gantilah ya Allah dengan nikmat yang lebih baik lagi amin.